Kisah seorang anak laki-laki yang beruntung menemukan sebuah batu misterius yang menuntunnya menuju takdir tertinggi.
Takdir yang akan menjadikannya yang terkuat dan takdir yang akan membuatnya menundukkan semua jenius yang ada.
Ini adalah takdir yang telah menghilang dari dunia, ini adalah takdir tertinggi...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lin Kay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tinju Sembilan Gelombang
Di waktu pagi ketika sinar matahari bahkan belum menunjukkan dirinya, kabut cukup tebal tampak telah menutupi area pegunungan yang hidup.
Di area yang terbuka tepat di sebuah hutan pegunungan Jinyang, suara nafas terengah-engah terdengar memenuhi sebuah area disana.
Tepat di halaman sebuah rumah kayu sederhana, seorang anak laki-laki tampak melakukan gerakan push up dengan sebuah batu besar diatas punggungnya. Selain itu, beberapa gelang besi hitam tampak terpasang pada tangan dan kakinya.
Entah telah berapa lama kedua tangan kecil itu bergerak naik turun menahan tekanan dari batu besar diatas punggung.
"2997.."
"2998.."
"2999.."
"3000!!.."
Bang!!
Ketika kuota targetnya telah terpenuhi, anak laki-laki yang tak lain adalah Xiao Yuan ini segera melempar baru dari punggungnya kemudian dirinya berbaring terlentang di rerumputan untuk menghilangkan penatnya sejenak.
"Hah... Hah..."
"Ini cukup melelahkan. Tapi bahkan setelah terus melakukan ini hampir setiap hari, lapisan ketiga tampak masih jauh..." Xiao Yuan tampak berkata dengan lemas ketika nafasnya mulai kembali beraturan.
"Sangat baik untuk bekerja keras, tapi mau bagaimanapun keberadaan ramuan juga sangat dibutuhkan dalam kultivasi..." Suara familiar terdengar dari arah rumah dan Xiao Yuan segera duduk untuk melihat ayahnya yang berjalan kearahnya dengan sebuah mangkok kayu ditangannya.
"Ini adalah sari dari buah giok biru, salah satu ramuan tingkat dua. Dengan ini, harusnya dinding yang menahanmu akan segera menghilang..." Lanjut Xiao Xuan sembari menyerahkan mangkok kayu pada anaknya.
"Ramuan tingkat dua?..." Xiao Yuan tampak tercengang saat mangkuk kayu itu telah ada di tangannya. "Bukankah ini bisa digunakan untuk meringankan luka ayah?..." Lanjutnya lagi ketika wajahnya mulai menatap ayahnya.
Xiao Xuan menggeleng perlahan. "Dengan tingkat luka dalamku, itu takkan berpengaruh sedikitpun untukku. Lalu cepatlah minum ramuannya dan kita mulai meditasinya..." Ucapnya dan Xiao Yuan segera mengangguk.
Setelah Xiao Yuan menelan ramuan tingkat dua yang diberikan ayahnya, Xiao Yuan kemudian segera duduk bersila dan bermeditasi sesuai instruksi ayahnya.
Pada waktu ini, Xiao Xuan juga mulai menjelaskan metode kultivasi yang efektif pada anaknya. Sementara ayahnya menjelaskan dengan serius, Xiao Yuan juga mendengarkan dengan tenang.
Setelah sekitar setengah jam Xiao Yuan bermeditasi untuk menyerap khasiat dari ramuan tingkat dua, tampak bahwa Xiao Yuan mulai merasakan beberapa perubahan dalam tubuhnya.
Panas segera menyerang tubuhnya dan energi disana tampaknya agak meluap walau tak begitu terlihat karena bagaimanapun ini hanyalah meditasi seorang alam pondasi.
Ketika energi yang meluap ini menyebar dalam tubuhnya, Xiao Yuan kemudian merasakan kesegaran dalam tubuhnya serta semangat yang membara.
Pada waktu ini, Xiao Xuan tersenyum melihat keberhasilan anaknya dan Xiao Yuan segera membuka matanya untuk menghentikan meditasinya.
Ia mengangkat tangan kanannya dan mengepalkannya dengan erat. "Ini... Lapisan ketiga!..." Ucap Xiao Yuan dengan senyuman lebar saat melihat kekuatannya yang meningkat.
"Itu langkah awal yang bagus..." Ucap Xiao Xuan yang kini mulai berjalan ke dekat sebuah pohon di depan rumah mereka.
Ia kemudian berhenti dan berdiri menghadap ke arah anaknya. "Baiklah, bagaimana jika sekarang kita mulai memberikan beberapa seni beladiri padamu?..." Ucap Xiao Xuan dan Xiao Yuan berdiri dengan semangat untuk mengangguk setuju.
"Sekarang kau dapat melepaskan gelang besi di tangan dan kakimu..." Ucap Xiao Xuan saat matanya tertuju pada gelang besi pada tubuh anaknya.
Xiao Yuan melihat kearah gelang besi oada tangan dan kakinya lalu mengangguk pelan sebelum akhirnya mulai melepaskan keempat gelang besi tersebut.
"Sekarang, apakah kau memiliki seni beladiri yang membuatmu tertarik?..." Tanya Xiao Xuan, ia mengetahui bahwa anaknya semalama ini telah dihajar untuk melatih seni beladiri lawannya. Dengan begitu, Xiao Yuan pasti akan memiliki keinginan untuk menguasai salah satu seni beladiri yang pernah ia rasakan kekuatannya.
Xiao Xuan kemudian menunduk dengan bingung untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan tersebut. Ketika dirinya agak berpikir keras, ia kembali mengingat kejadian kemarin ketika dirinya dihajar terakhir kali. Yang sangat ia ingat adalah perkataan dari Xiao Dan yang akan kembali mencarinya untuk menunjukkan kesempurnaan seni beladiri Tinju Sembilan Gelombang.
Kembali mengingat ini membuat darah Xiao Yuan tampak mendidih, dirinya mengepal dengan semangat dan menatap ayahnya dengan yakin.
"Tinju Sembilan Gelombang, aku akan memulainya dengan itu..." Ucapnya dengan sorot mata yang kuat.
Melihat anaknya yang begitu yakin, ini membuat Xiao Xuan memejam dan mengerti keinginan balas dendam dari sang anak. "Itu sebenarnya seni beladiri tingkat dua yang lumayan..." Ucapnya untuk menyemangati ketika dirinya mulai berbalik untuk berhadapan dengan pohon besar disana.
"Tinju Sembilan Gelombang tergolong seni beladiri tingkat dua yang hebat. Itu membuat penciptaan bentuk energi sebagai beberapa putaran gelombang di tangan penggunanya. Dari satu hingga sembilan gelombang, semua itu mewakili tingkat kekuatan penghancurnya. Bahkan jika seorang ahli alam Duniawi menggunakan seni beladiri ini, mereka dapat menghancurkan puluhan meter area tanah..." Xiao Xuan menerangkan ketika dirinya kini telah siap dengan kuda-kudanya juga tangan kanannya yang telah siap melancarkan serangan.
"Perhatikan, Ini adalah bentuk sempurna dari seni beladiri Tinju Sembilan Gelombang..." Ucap Xiao Xuan ketika sembilan putaran gelombang energi besar telah berputar di sepanjang tangan kanannya.
Brakk!!
Ketika kekuatan dahsyat di tangan kanannya telah menabrak pohon, Xiao Xuan sukses menumbangkan pohon besar tersebut bahkan area tanah yang di lewati robohnya pohon tersebut juga mendapatkan dampak yang besar.
Melihat kekuatan yang di tunjukkan oleh ayahnya, mata Xiao Yuan tampak berbinar dan bersemangat untuk mencobanya juga.
Xiao Xuan kemudian berbalik untuk melihat anaknya yang melihat dirinya dengan mata yang berdenyut semangat. "Itu adalah bentuk sempurna dari Tinju Sembilan Gelombang dan aku hanya menggunakan kekuatan setingkat alam pondasi saja untuk menahan kerusakan yang tidak perlu..."
"Sekarang giliranmu untuk mencobanya..." Lanjut Xiao Xuan dan anaknya segera mengangguk dengan semangat.
..
Dua hari berlalu sejak Xiao Yuan mulai berlatih dan dirinya telah mencapai beberapa perkembangan dalam seni beladiri yang ia pelajari.
Dirinya berlatih begitu keras baik siang ataupun malam untuk mencapai kesuksesan dalam seni beladiri yang ia ingin kuasai ini hingga akhirnya dirinya telah membentuk tiga gelombang. Ini kecepatan yang cukup hebat, mengingat Xiao Dan bahkan butuh tujuh hari untuk membentuk tiga gelombang ini. Bagaimanapun, level kualitas mentor mereka juga sangatlah jauh.
Di pagi hari tepat di depan rumah mereka, sepasang ayah dan anak ini telah melakukan aktifitas mereka sejak tadi. Xiao Yuan tampak sedang menunjukkan kualitas seni beladirinya sedangkan ayahnya tampak berdiri di pinggiran untuk menonton.
Pada tengah lapangan yang sempit pada halaman rumah, Xiao Yuan tampak berdiri dengan tenang. Dirinya beberapa kali menarik dan menghembuskan nafasnya untuk mencapai fokus yang dalam. Ini akan menjadi pertunjukan seni beladirinya yang terakhir untuk hari ini.
Pada detik selanjutnya, Xiao Yuan tampak membuka matanya dengan tenang dan ia menatap ruang udara kosong dengan serius. Selanjutnya, tubuhnya segera membentuk kuda-kuda yang mantap dan tangan kanannya telah siap untuk menerjang angin.
Ketika energi spiritual mengalir, tangan Xiao Yuan tampak sedikit bercahaya dengan auranya. Ada tiga gelombang yang berputar dan secara samar ada sebuah gelombang kecil yang mulai terlahir disana.
"Ha!!."
Dengan teriakan kuat dari mulutnya menjadi awalan, Xiao Yuan tampak memajukan tangannya ke depan dan berhasil memecah udara kosong di depannya.
Dengan peningkatan yang baru pada saat ini, dirinya tampak tersenyum dengan semangat dan ayahnya di belakang mengikuti dengan senyuman lembut.
Setelah Xiao Yuan telah selesai dengan seni beladirinya, tampak Xiao Xuan berjalan untuk mendekat. "Ini perkembangan yang cukup bagus. Dari sini kau akan berlatih secara mandiri. Sampai akhirnya dirasa tepat, aku akan mengajarimu seni beladiri yang lain..." Ucao Xiao Xuan ketika dirinya telah berada di dekat anaknya.
"Ayah, Kalau begitu aku akan berlatih di tempatku biasa berlatih.." Xiao Yuan berkata dengan semangat.
Xiao Xuan kemudian mengangkat alisnya sebelum akhirnya mengangguk setuju. "Kalau begitu ayah akan pergi..." Ucap Xiao Xuan lalu berjalan masuk ke rumah ketika anaknya mengangguk setuju.
Setelah mendapatkan persetujuan, Xiao Yuan kemudian mulai bersiap untuk berangkat menuju ke tempat latihannya sehari-hari. Itu adalah tempat di hutan dimana dirinya di temui oleh Xiao Dan beberapa hari yang lalu.
Setelah sampai di dekat batu datar di tengah hutan, Xiao Yuan tampak bersemangat untuk menatap pohon-pohon yang mengelilingi tempatnya tersebut. "Baiklah, ayo memulai!.." Xiao Yuan berkata dengan tangan yang mengepal dengan semangat.
Kemudian, Xiao Yuan kembali dengan aktifitasnya untuk melatih seni beladirinya berharap untuk meningkat ke tingkat selanjutnya yakni empat gelombang yang utuh.
Di tengah hutan tersebut, Xiao Yuan tampak mulai menari dengan kedua tangannya yang terus meninju ke batang pohon yang ada di pinggiran area terbuka tersebut.
Dirinya tampak begitu bersemangat, bahkan saat aliran keringat mengalir deras di pakaiannya, dirinya tak begitu memperhatikan. Sebaliknya, wajah lucu nan tampan itu menjadi semakin serius.
Waktu tampaknya begitu misterius, sore berlalu dengan cepat, Xiao Yuan tampak masih berlatih tanpa istirahat sekalipun dan itu sama sekali tidak sia-sia.
Pada waktu berikutnya ketika dirinya telah melayangkan tinju terakhir, Xiao Yuan kemudian berhenti dan menatap ke langit yang telah menjadi jingga.
"Sebaiknya aku akhiri disini?..." Ucap Xiao Yuan.
"Tapi sebelum itu..." Kata-kata Xiao Yuan terhenti ketika dirinya memandang dirinya yang telah basah dengan keringatnya. Pakaiannya sangat kotor bahkan kedua tangannya ada noda darah sebagai akibat dari latihannya tersebut.
"Membasuh diri terlebih dahulu mungkin lebih baik?..." Gumamnya pelan dan berjalan ke suatu tempat dengan sumber suara air disana.