NovelToon NovelToon
Moonlight After Sunset: Black Magic

Moonlight After Sunset: Black Magic

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Balas Dendam / Epik Petualangan / Akademi Sihir
Popularitas:250
Nilai: 5
Nama Author: Riana Syarif

Buku kedua dari Moonlight After Sunset, bercerita tentang Senja, seorang gadis yang terlilit takdir membingungkan. Untuk mengetahui rahasia takdir yang mengikatnya, Senja harus membuang identitas lamanya sebagai Bulan dan mulai menjalani petualangan baru di hidupnya sebagai putri utama Duke Ari. Dalam series ini, Senja aka Bulan akan berpetualang melawan sihir hitam sembari mencari tahu identitas aslinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riana Syarif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perubahan

"Setiap rahasia pasti memiliki maksud di dalamnya, sama seperti tempat itu."

****

"Nona!" teriak Vanilla saat Senja pertama kali membuka matanya. Ia terlihat terkejut dengan ekspresi wajah yang bingung. Ekornya terus berkibar kesana-kemari sambil mengamati keseluruhan tubuh Senja.

"Apa Nona baik-baik saja?"

Pertanyaan Vanilla yang tiba-tiba sontak membuat Senja terkejut, alisnya bahkan terlihat hampir menyatu saat Vanilla menyodokkan kepalanya ke tubuh Senja.

Jujur saja Senja bingung harus bersikap seperti apa saat ini. Ia pun memilih untuk mendorong tubuh Vanilla menjauh dan melihat hal aneh apa yang sedang terjadi pada tubuhnya.

Senja memeriksa keseluruhan tubuhnya, namun ia tidak menemukan hal aneh apapun disana. Ia mencoba kembali memeriksa tubuhnya dengan menekan-nekan pelan area tersebut. Namun lagi-lagi, ia tidak menemukan apapun.

"Hah, apa ini?" tanya Senja kesal. Ia terlihat begitu emosional apalagi setelah kejadian beberapa saat yang lalu.

Vanilla hanya diam mengamati nona nya itu. Ia enggan berbicara ataupun menjelaskan apa yang sebelumnya terjadi saat nona nya sedang asyik tertidur di bawah pohon tersebut.

"Vanilla!" teriak Senja saat Vanilla mengabaikannya dan memilih untuk pergi bermain dengan kelinci yang baru saja terbang ke arah mereka.

Senja yang diabaikan hanya bisa menghela napas panjang sambil terus memeriksa bagian tubuhnya. Ia sedikit penasaran dengan reaksi yang diberikan Vanilla sebelumnya.

Senja tahu Vanilla tidak pernah bersikap seperti itu padanya, meskipun hanya bercanda. Ia tahu jelas sifat hewan suci miliknya itu. Jelas sekali jika Vanilla sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

****

Senja yang bosan dengan tempat rahasia itu memutuskan untuk pergi meninggalkan Vanilla sendirian disana. Ia kemudian kembali menuju Paviliun nya untuk beristirahat.

Namun betapa kagetnya Senja saat ia mendapati hari yang sudah beranjak siang itu. Ia terlihat bingung dengan ekspresi wajah yang sulit untuk di deskripsikan.

"Apa-apaan ini? Aku merasa hanya 3 jam berada di bawah sana."

Senja mengeluh dengan rasa tidak percaya, seakan-akan waktu berjalan cepat disini. Senja sangat yakin bahwa ia hanya berada di ruang bawah tanah selama 3 jam saja dan itu tidak kurang dan tidak lebih.

"Tapi apa ini?" gumamnya tidak percaya.

"Apa jangan-jangan waktu di ruang bawah tanah dan waktu nyata itu berbeda." lanjutnya saat hendak berjalan menuju taman Permaisuri Mawar.

"Nona."

Eza menghampiri Senja dengan terburu-buru. Ia terlihat seperti sedang di kejar oleh sesuatu yang mendesak.

"Nona, saat ini Tuan Duke sedang mencari anda."

Mendengar kata 'Duke' membuat kedua mata Senja melotot dengan kaget. Ia terlihat tidak senang dengan bibir yang sedikit terangkat.

"Duke ingin membicarakan hal yang penting dengan Nona, namun saya mengatakan pada pelayan Duke bahwa anda sedang beristirahat untuk memulihkan diri, lalu ia kembali."

Eza kemudian menjelaskan segala hal yang terjadi saat itu pada Senja. Beruntung sekali karena ia memiliki bawahan yang setia seperti Eza.

"Jadi intinya, aku harus tetap menemui Duke sebelum kembali ke Akademik."

"Jika Nona tidak berkenan, saya bisa sampaikan hal ini pada mereka."

"Tidak perlu, aku akan menemuinya setelah ini."

Senja lalu pergi meninggalkan Eza setelah menyuruhnya untuk menyampaikan pesan kedatangannya pada Duke.

Sesampainya di Paviliun, Senja dengan cepat melemparkan dirinya ke bathtub untuk berendam. Ia terlihat nyaman dengan air hangat yang mulai membuat tubuhnya menjadi lebih rileks daripada sebelumnya.

Senja masih memikirkan kejadian tadi yang menimpanya, namun saat ini bukan waktunya bagi Senja untuk memikirkan hal itu.

Ia jadi penasaran alasan apa yang menyebabkan Duke memanggilnya saat ini. Apakah Duke ingin menanyakan perihal kejadian di Paviliun permaisuri atau malah sebaliknya.

"Apa yang dikatakan Selir Reliza padanya?"

Senja memikirkan wajah ibu tirinya itu, meski ia merasa muak dengan sikap ibu tirinya, hal itu tidak akan membuat Senja menjadi takut pada wanita licik tersebut.

Ia malah menjadi lebih tertarik dengan cerita palsu apa yang akan diberikan oleh ibu tirinya untuk membuat Senja tersudut seperti biasanya.

"Ini akan menarik," lirihnya sambil mengambil handuk dan bergegas pergi menuju kamar ganti.

Beberapa saat kemudian, Senja keluar dengan pakaian simple bernuansa alam. Bajunya berwarna silver senada dengan warna rambutnya sedangkan untuk bagian bawah, dipadukan dengan rok jins berwarna biru muda.

"Silahkan Nona."

Di luar Paviliun sudah ada pelayan Duke yang tengah menunggu kedatangan Senja. Ia sengaja berdiri di luar Paviliun karena Eza dengan tegas melarang mereka masuk ke wilayah dalam.

Dengan salam ringan Senja pun mengikuti pelayan tersebut menuju rumah utama. Disana ia sudah di hadapkan oleh Selir Amarilis yang tampak sangat kesal dengan adanya Senja di kediaman itu.

Hal yang sama juga berlaku untuk Selir Reliza dan beberapa bawahan setianya. Mereka memandang Senja dengan cibiran yang tampak begitu jelas.

Senja hanya mengabaikan keduanya dengan pandangan acuh tak acuh. Ia menganggap mereka hanya patung hidup yang tak lebih dari sampah.

"Jika bukan karena anak sialan itu, mungkin saat ini Sarah sudah mendapatkan posisinya," gumam Selir Amarilis sambil menghentakkan kakinya sebelum beranjak pergi dari tempat itu.

"Sial, aku pasti akan membunuhnya kelak."

Berbanding dengan Selir Amarilis yang menampakan dengan jelas rasa tidak sukanya, Selir Reliza malah terlihat santai dengan pandangan mata tajam yang menusuk.

Ia menatap Senja dari ujung rambut sampai kaki. Pandangannya tidak pernah lepas dari sisi Senja. Ia menatap Senja seakan-akan tatapan itu bisa menembus kulit Senja dan membunuhnya. Seperti laser yang siap menembakkan peluru tepat ke jantung Senja.

"Nyonya..."

Seorang pelayan menghampiri Selir Reliza dan berbisik tepat di telinganya. Entah apa yang dikatakan oleh si pelayan itu, namun yang pasti seketika wajah Selir Reliza menjadi gelap dengan gigi yang saling beradu.

Ia lalu kembali menatap Senja dengan pandangan membunuh, berbeda sekali dengan sebelumnya. Senja hanya membalasnya dengan senyuman nakal, seolah-olah dia tahu apa yang sedang mereka bicarakan.

Dengan kesal Selir Reliza meninggalkan tempat itu tepat setelah Senja memasuki bagian utama aula kediaman Duke. Tempat itu bukanlah tempat biasa yang bisa dimasuki oleh siapa saja, hanya mereka yang dipanggil yang boleh masuki aula.

Aula itu adalah tempat dimana para pendosa akan ditanyai dan diintrogasi. Seperti itulah tempat ini diciptakan. Senja asli dulu sering datang ke tempat ini karena panggilan hukuman.

Ia di panggil karena telah melakukan kejahatan kepada Sarah ataupun Arina. Hal itu sering terjadi karena pengaruh Amel yang selalu memprovokasi Senja asli untuk selalu melakukan perkelahian.

"Tunggu sebentar Nona." seru pelayan itu sebelum pergi meninggalkan Senja sendirian di depan pintu aula.

Pelayan itu kemudian mendatangi rekannya dan berbisik pelan. Mereka terlihat sedang mengobrolkan hal yang serius sebelum salah satu dari mereka pergi dan membuka pintu aula untuk Senja.

"Silahkan masuk Nona."

Pintu lalu terbuka lebar dan menampakkan isi dalamnya. Dengan tenang Senja melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut. Tepat saat langkahnya yang ke tiga, pintu aula tertutup kembali.

Senja tidak lagi kaget dengan hal itu, memang setiap kali ada rapat ataupun hukuman, pintu tersebut selalu terkunci rapat. Hal itu dilakukan agar tidak ada seorang pun yang tahu apa yang sedang terjadi di dalamnya.

"Salam Duke, semoga ketenangan alam selalu melindungi anda."

Duke hanya melambaikan tangan dan menyuruh Senja untuk duduk di kursi yang telah disiapkan sebelumnya. Tanpa banyak kata Senja kemudian pergi menuju kursi kosong tersebut.

"Lumayan," gumam Senja setelah ia menduduki kursi tersebut. Awalnya ia berpikir jika kursi itu terasa gatal atau ada hal aneh di dalamnya, ternyata tidak ada sama sekali.

"Senja de Ari."

Panggilan Duke terasa aneh, suaranya bergetar sedikit dengan nada sendu yang kentara sehingga tanpa sadar membuat Senja menatap matanya.

"Maaf...!"

Kata selanjutnya yang dilontarkan Duke sontak membuat Senja merinding. Ia tanpa sadar menahan napas dan mulai berkeringat dingin.

"Sial, apalagi ini?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!