NovelToon NovelToon
Rahim Sengketa

Rahim Sengketa

Status: tamat
Genre:Tamat / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:6.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Asri Faris

Seorang laki-laki muncul di hadapan Ajeng. Tidak amat tampan tetapi teramat mapan. Mengulurkan keinginan yang cukup mencengangkan, tepat di saat Ajeng berada di titik keputus-asaan.

"Mengandung anaknya? Tanpa menikah? Ini gila namanya!" Ayu Rahajeng

"Kamu hanya perlu mengandung anakku, melalui inseminasi, tidak harus berhubungan badan denganku. Tetap terjaga kesucianmu. Nanti lahirannya melalui caesar." Abimanyu Prayogo

Lantas bagaimana nasab anaknya kelak?

Haruskah Ajeng terima?

Gamang, berada dalam dilema, apa ini pertolongan Allah, atau justru ujian-Nya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

Abi memanggil-manggil Ajeng terus mencari dengan wajah panik. Beberapa kali menghubunginya, terakhir malah ponselnya sama sekali tidak bisa dihubungi atau tidak aktif.

Pria itu menggeram marah serasa ingin membanting ponselnya. Bergegas menghubungi Anto dengan nada marah.

"Datang ke rumah Ajeng sekarang, dia menghilang!" pekik Abi dengan lawan bicaranya.

"Siap Tuan!" jawab Anto di sebrang telepon.

Setelah beberapa menit berlalu, Anto datang dengan tergesa. Langsung masuk tanpa permisi. Abi sendiri tengah mengecek CCTV di ruang kontrol. Tak pernah terbayangkan kalau Ajeng bakalan membuatnya susah di penghujung perjanjian.

"Tuan, berdasarkan gambar terakhir, Nona Ajeng tidak kembali setelah keluar siang itu. Bukankah ke rumah sakit?"

"Iya benar, Ajeng ke rumah sakit bahkan melakukan chek up rutin, aku menyusulnya," jawab Abi mencoba mengingat dengan detail.

"Kemungkinan besar setelah dari rumah sakit, Nona Ajeng tidak kembali, kita lacak pakai nomor ponselnya saja," ucap Anto penuh solusi.

"Kamu benar, aku takut terjadi sesuatu dengan Ajeng dan juga anakku. Kalau memang pergi, dia tidak membawa apa pun dari rumah. Bahkan semua barang, pakaian, dan belanjaan yang baru dibeli pun masih belum sempat dirapihkan. Aku takut ada orang yang sengaja menculiknya." Abi nampak kacau sore itu.

Pria itu mondar-mandir tidak jelas. Sementara Anto tengah mencoba melacak No HP lewat Google Maps. Pria itu nampak fokus mengikuti opsi petunjuk yang harus dipilih. Setelah berhasil memasukkan nomor ponsel target dengan tautan undangan yang dimasukkan. Google Maps akan melacak nomor hp lewat satelit secara otomatis.

"Kita ikuti petunjuk arah peta, Tuan, sepertinya Nona Ajeng belum jauh," ujar Anto mengamati layar ponselnya.

Abi ikut mengamati sembari waspada sekitar. Sepertinya ia paham posisi daerah yang dituju.

"Aku tahu tempat ini, kamu juga pasti paham, 'kan?"

"Iya Tuan, sepertinya Nona Ajeng pulang ke rumahnya," jawab Anto paham dengan denah peta berdasarkan petunjuk maps.

"Kalau memang beneran pulang, kenapa harus mematikan ponsel, bahkan tidak mau menjawab teleponku?" tanya Abi lebih kepada diri sendiri.

"Maaf, Tuan, mungkin saja kendala sinyal," ujar Anto menenangkan.

Abi tidak menjawab, namun meliriknya tajam. Hingga membuat asistennya terdiam. Anto menghentikan mobilnya tepat di depan pekarangan rumah yang begitu sederhana. Pria itu mempersilahkan Abi keluar mobil dengan membukakan pintunya.

Suara ketukan pintu yang cukup keras menggema di ruang tamu. Hari sudah gelap, tidak banyak orang berlalu lalang, hanya satu dua orang menuju masjid guna melaksanakan ibadah. Begitu pun si Tuan rumah yang baru saja melewati salam.

"Siapa yang datang malam-malam seperti ini, Nan?" tanya Ajeng masih duduk bersahaja di atas sajadah.

"Nggak tahu, biar aku lihat dulu. Kakak jangan keluar," pesan Hanan beranjak.

Pemuda delapan belas tahun itu membukakan pintu, nampak dua pria dewasa yang cukup dikenal. Seseorang yang dulu pernah menyambangi rumahnya, dan juga datang sebagai walinya dengan alasan lain dan fakta mengejutkan suami sementara dari kakaknya. Seketika, kebaikan tempo lalu seakan luntur, mendengar cerita Ajeng dengan perjanjian konyolnya.

pemuda itu terdiam tanpa mempersilahkan masuk. Membuat Abi langsung pada tujuannya datang.

"Hanan, di mana kakakmu, aku tahu dia di sini?" tukas Abi langsung menyerobot masuk tanpa permisi.

"Iya, memang Kak Ajeng di sini, kalian mau apa?" tanya Hanan dingin.

"Aku mau menjemputnya pulang, di mana dia sekarang!"

Suara perdebatan keduanya membuat Ajeng melangkah keluar. Dirinya tidak pernah berniat menghilang, hanya menepi sejenak.

"Aku tidak mau pulang, aku punya pilihan untuk tinggal di mana pun, termasuk di sini. Kamu tidak perlu khawatir dengan kandunganku, aku akan datang ke rumah sakit sesuai jadwal caesar dari Dokter Stela." Ajeng keluar tanpa melepas mukenanya.

"Tapi aku berhak membawamu pulang, kurang dua minggu yang tersisa, bagaimana aku percaya dan tahu kondisimu baik-baik saja kalau ponselmu saja bahkan dimatikan."

"Aku butuh ketenangan, Tuan Abi yang terhormat, jadi tolong jangan mengusikku selama waktu yang tersisa!" tekan Ajeng yang membuat Abi sedikit tersinggung.

"Kamu lupa hubungan kita seperti apa, bagaimana dengan lingkungan tempat tinggalmu. Ayolah bersikap menyayangi diri sendiri, kamu lebih aman tinggal di rumah lama, dengan begitu statusmu aman. Aku khawatir dengan lingkungan tempat tinggalmu yang tidak bersahabat menjelang lahiran. Tolong pikirkan, kalau memang perlu, Hanan boleh ikut ke sana untuk tinggal bersamamu," ucap Abi lembut.

Tidak pula terdengar memaksa, lebih kepada takut menjelang lahiran banyak tekanan dari luar yang akan menyebabkan kondisi Ajeng tidak baik-baik saja.

Abi jelas menahan kesal dan marah atas sikap Ajeng yang kurang kooperatif. Dia tiba-tiba menghilang tanpa kabar, apa menjamin dua minggu ini akan lurus-lurus saja. Kali ini pria itu sukses menutupi rasa marahnya, dengan menatap wajahnya yang teduh, seakan semua amarah itu luruh.

"Aku sama sekali tidak keberatan Kakak tinggal di sini, dua hari baik-baik saja. Jangan pergi bila tak nyaman!" cegah Hanan membentengi. Menyakinkan kakaknya yang terlihat bimbang.

"Jangan khawatir Hanan, dua minggu saja, tolong kamu sering datang ke tempat kakak ya. Setelah semua berakhir, aku akan menghubungimu untuk menjemputku," pesan Ajeng menenangkan adiknya yang terlihat begitu berat melepas kepulangannya.

Ajeng terpaksa mengikuti saran Abi. Setidaknya ia merasa lega lantaran Hanan akan berkunjung ke rumahnya.

"Lain kali kalau butuh apa-apa bilang, setidaknya aku bisa panggil Hanan ke rumah, bukan kamu yang repot ke sini. Untung kamu baik-baik saja, aku khawatir banget tadi," ucap Abi mengomel. Tangannya terulur mengusap perut Ajeng yang sudah membuncit sempurna.

Ajeng tidak menyahut, kesal sebenarnya dengan pria yang duduk di sampingnya itu. Mereka tengah perjalanan pulang di dalam mobil. Perempuan itu memilih diam, membiarkan pria itu mengoceh sendiri. Ajeng sengaja mengabaikan dengan mengalihkan tatapannya pada jendela mobil. Sampai di rumahnya cukup malam.

"Anto, kamu boleh pulang. Besok langsung datang saja ke kantor, mungkin aku akan sedikit terlambat."

"Siap Tuan!" jawab pria itu pamit.

Ajeng menghindar saat Abi mencoba membantu dengan perhatian. Perempuan itu berjalan mendahului masuk ke rumahnya. Abi mengekor dengan perasaan lega, jujur tadi begitu khawatir dan takut Ajeng tiba-tiba menghilang. Entah seperti apa nasib dirinya nanti. Sungguh itu sesuatu yang tidak boleh terjadi.

"Kamu sudah makan malam? Perlu sesuatu enggak?" tanya Abi lembut. Mendekati ranjang di mana Ajeng duduk diam.

"Belum, tidak ada, kamu keluar sana, aku butuh istirahat!" usir Ajeng ketus.

"Nanti aku pindah ke sofa, aku kangen banget, aku takut kamu ilang tadi. Setidaknya mengabari kalau pulang, aku mikirnya macam-macam."

"Aku pasti akan pergi kalau punya alasan, dengan atau tanpa izinmu. Sekalipun status kita mengikatnya," jawab Ajeng seakan mengutarakan jeritan hatinya.

"Kalau tidak punya alasan, bagaimana caranya pergi, sedang ada anak kita di sini. Jangan membuat aku khawatir lagi," ucap pria itu menatapnya serius.

Beberapa hari telah berlalu, sesuai jadwal dari dokter, Ajeng harus melakukan caesar sebelum adanya kontraksi. Semua persiapan sudah matang dilakukan, termasuk hati yang sesungguhnya belum siap kehilangan.

"Hari ini kita ke rumah sakit, persiapan!" ucap Abi penuh semangat dan binar bahagia.

Ajeng mengangguk, memantapkan hatinya dengan yakin. Akhirnya hari ini tiba, hari yang paling dinanti, tetapi juga ditakuti. Sepanjang perjalanan terus memeluk perutnya sendiri, takut sekali tidak ada kesempatan memeluknya nanti. Hanya doa dan harapan yang tersemat dalam hati, semoga ada keajaiban untuk esok hari.

"Terima kasih sudah melewati sembilan bulan ini, tolong berjuang yang terbaik, aku akan menemanimu," ucap Abi yang seketika diangguki Ajeng. Hanya kepasrahan yang menyelimuti, bahkan terdiam sembari memejam saat Abi tanpa sadar mencium keningnya sebelum masuk ke ruang operasi.

Pria itu menanti dengan tidak sabar. Bahkan selama proses berlangsung terus menggumamkan doa kebaikan untuk keduanya. Hatinya begitu gelisah, beginilah rasanya khawatir, dan takut kehilangan. Bahkan suara tangisan pertama yang terdengar membuat hatinya bergetar, setitik bening kristal tanpa sadar jatuh di sudut matanya. Ia menatap haru mendekap malaikat kecil yang langsung diberikan padanya untuk diadzani.

.

TBC

.

Teman-teman sambil nunggu cerita ini up mampir ke novel teman aku yuk ...!

1
Fincencia Fatmawati
Sangat suka karya2 Asri Faris 👍🏻
Hera Puspita
panggilan nya sering ganti2 ya thor, kadang bunda, kadang mama 🤭🤭🤭
Hera Puspita
betul tebakan ku kl terjadi apa2 sama abi
Hera Puspita
mgkin terjadi sesuatu dgn abi
Hera Puspita
😁😁😁😁😁perempuan dapat rayuan seperti itu pasti melehoi hati nya 🤭🤭
Hera Puspita
😭😭😭😭
Hera Puspita
yg nabrak hanan, vivi x ya 🤔🤔
Hera Puspita
ketauan sama mama nya sendiri abi 🤭🤭🤗🤗
Hera Puspita
izin sama org tidur 😁😁😁
Hera Puspita
🥰🥰🥰🥰
Hera Puspita
😁😁😁😁
Hera Puspita
menarik buat di baca, cerita nya bagus, tetap semangat kak author 🤗🤗
Hera Puspita
baru mampir thor
Lastri Naila
Luar biasa
Ryan Jacob
semangat Thor
Katherina Ajawaila
thour plases biar Ajeng mau Terima Abi sebagai suami nya
Katherina Ajawaila
semoga hati Ajeng luluh ya thour
Katherina Ajawaila
ceraiin aja istri ngk punya Aklah
Katherina Ajawaila
perempuan bar 2 liar ngk jelas
Katherina Ajawaila
laporin Vivi biar msk prodeo kan sering balap liar tuh perempuan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!