Sienna Saamiya Albinara gadis muda yang terpaksa menikahi Samudera Bagaskara lelaki dingin penuh misteri, karena sebuah alasan konyol.
Dera, yang mencurigainya menjebaknya dalam pernikahan tanpa cinta.
"Ditempat ini semua yang terjadi harus atas izinku!" - Samudera
"Jika bukan karena itu semua, aku takkan sudi terkurung bersamanya!" Binar.
Dulu aku mengagumimu, sekarang aku membenci perlakuanmu, namun putus asa ku menaruh harap padamu - Sienna Saamiya Albinara.
Aku terlalu marah hingga tak merasa telah begitu banyak cinta yang tumbuh untukmu - Samudera Bagaskara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cotton Candy Zue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 30 : Sweet Morning
Binar sedang membaca novel saat tiba-tiba suaminya masuk ke kamar agak tergesa-gesa di tambah wajah yang lelah.
Binar terkesiap, "S-sudah pulang yang M-maaf aku gak tau." gagapnya sedangkan Dera diam saja sambil mengoyak dasinya asal, lalu melempar jasnya sembarangan.
Melihat itu, Binar berinsiatif mengambil jas suaminya untuk di pindahkan ke tempat pakaian kotor.
"Tetap di situ." ucap Dera terdengar memerintah.
"Tapi_"
"Aku bilang tetap disitu dan baca bukumu sampai aku selesai membersihkan diri, memang kakimu tidak sakit?" ujar pria itu, tanpa menatap istrinya.
Dera mengambil jasnya lalu memasukkan ke tempat pakaian kotor dan berniat mandi untuk menyegarkan tubuh lelahnya.
Ia mengguyur tubuh atletisnya di bawah shower dengan air dingin, hari ini benar-benar hari yang melelahkan.
Selesai mandi, Dera buru-buru memakai piyama dan cepat-cepat menghampiri istrinya.
"Selesai? Aku tadi sebenarnya mau siapkan air hangat tapi__" ucapan Binar terhenti karena Dera yang langsung menjatuhkan dirinya ke kasur.
Bahkan sekarang pria itu bergerak-gerak hingga kepalanya berada di pahanya.
Ya, Dera meletakkan kepalanya di paha istrinya, tidak salah kan?
"Aku lelah, sangat. Aku juga enggak butuh air hangat, diamlah. Biarkan aku seperti ini, sebentar saja." ujar Dera sambil memejamkan matanya.
"...."
Hening, Binar tidak menjawab.
Dera membuka matanya, "Kenapa diam? Kamu tidak suka aku di posisi ini?"
"Hah? Bukan gitu, aku cuma bingung mau jawab apa, y-ya sudah tetap begini seperti kata kamu, sebentar saja kan?"
"Memang kalau lama nggak boleh?"
tanya Dera.
'Ih dia kenapa sih, gak tau apa aku bingung jawabnya! Kalau jawab nggak, ntar salah, kalau jawab iya, akunya yang gak nyaman.' dumelnya dalam hati.
Binar tidak nyaman, tapi bukan karena risih,bukan!
Hanya saja, dia takut salah tingkah!
Bagaimana kalau perasaan ini semakin tak terkendali???
Binar belum benar-benar tahu soal suaminya kan? Dia bahkan tidak bisa menjamin apakah pernikahannya akan terus bertahan walaupun Dera sudah pernah berkata akan berusaha saling mencinta.
Dera nampak memejamkan matanya dengan nyaman, bahkan wajahnya ia hadapkan pada perut Binar, tangannya melingkari pinggang istrinya itu.
"Dia tidur ya? Manisnya." kekeh Binar, ternyata suaminya yang menakutkan bisa jadi bayi manis saat tidur dengan posisi seperti sekarang ini.
Binar sedikit terkesiap saat kepala Dera bergerak mendusal di perutnya.
"Beneran kaya punya bayi deh, hihi." kekehnya pelan sekali, takut suaminya dengar terus bangun, kan malu.
✨✨✨✨✨
Besoknya, Binar sudah bangun pagi-pagi sekali seperti biasa.
Padahal, kakinya masih sakit untuk jalan, untungnya tidak melepuh berkat salep yang di berikan oleh mertuanya, secepat mungkin.
"Duh, Nona jangan nanti saya di marahi Nyonya." tolak seorang pelayan ketika Binar malah membawa sepiring udang asam manis untuk dihidangkan di atas meja makan.
"Ih gak apa-apa, bibi. Aku bisa. Oh iya, jangan panggil gitu lagi ya ke aku, bibi seumuran ibu aku loh, gak enak jadinya." ujarnya
"Nggak enak gimana toh, Nona ini. Orang saya pelayan, anda majikan kok. Nggak sopan."sahut wanita setengah baya itu.
"Pokoknya harus gitu, udah deh mau bawa ini ke meja dulu." kata Binar meninggalkan pelayan tersebut dalam keadaan khawatir.
Khawatir nanti di marahi, Nyonya Anna.
"Duh!" wanita setengah baya itu menggeplak dahinya sendiri.
"Binar!" teriak Dera, suaranya bahkan sampai ke bawah saking kencangnya pria itu memanggil sang istri.
Binar reflek menoleh ke arah lantai atas.
Agak tertatih, perempuan itu meninggalkan ruang makan ketika sudah meletakkan makanannya dengan benar.
"Binar, kamu kemana sih?!" pekik pria itu kini di tambah dengusan kesal.
"Heh, di panggil Kak Dera, gak denger?! Cepet sana, bikin berisik pagi-pagi!" hardik Rayna yang berjalan menuju ruang makan.
Sedangkan, Ayla yang ada di belakang Rayna memberikan senyuman manis seolah berkata, 'Biar saja, maklum.'
Yah, Binar harus maklum dengan kesenjangan yang di buat salah satu adik iparnya. Dia juga sadar diri, soalnya.
"Kenapa?" tanya Binar saat sampai di depan kamarnya, Dera sudah rusuh sendiri di depan pintu.
"Kamu kemana? Aku butuh kamu, ayo!" Dera menarik tangan Binar begitu saja, melupakan tangan yang ia tarik masih sakit.
"Aduh, pelan-pelan, kaki sama tangan aku__" ucapannya terhenti saat merasakan tubuhnya melayang, Dera menggendongnya ala bridal.
Ia bisa melihat wajah tampan dengan rambut basahnya itu dari bawah sini.
"Sudah tahu, sakit ngapain datang ke bawah? Kamu itu istri aku atau __ ah sudahlah, dimana kamu taruh dasi hitamku?" tanya pria itu kemudian.
Setelah, Dera siap.
Mereka berdua turun ke bawah untuk sarapan tapi dengan Dera menggendong Binar seperti tadi.
"Turunin aku, aku malu." bisik Binar ketika mereka sudah turun tangga.
Rayna dari kejauhan melihat itu dengan tatapan sengit.
"Apaan sih, lebay!" gerutu gadis itu, lain dengan Anna dan Ayla yang tersenyum penuh arti.
"Senangnya, kalau mereka akur , iya kan, Pa?" kata Anna pada suaminya, suaminya cuma berdehem singkat dan kembali fokus pada tabletnya.
"Tck, gak seru papamu!" Anna menyenggol anak bungsunya sambil tertawa kecil.
"Manis banget sih pengantin baru." goda Anna ketika keduanya sudah sampai di depan seluruh keluarga.
Rayna memutar bola matanya malas, melihat itu semua.
"Apa sih, mama." sahut Dera, lalu menarik kursi untuk Binar dan dirinya.
Binar cuma menunduk malu, sungguh ia malu dan jadi tidak nafsu makan.
"Mau makan yang mana, aku ambilkan." tawar Dera.
"Aku bisa ambil sendiri." sanggah Binar cepat-cepat, sudah cukup drama korea nya untuk pagi ini! Haduh!
"Tangan kamu kan lagi sakit, biar aku ambilkan sekalian aku suapi ya?"
'Duh kok makin jadi sih ni orang, kan malu!' dumel Binar dalam hati.
"Jangan, aku bisa sendiri. Yang sakit kan cuma satu tangannya."
tapi sayangnya, Dera tidak memperdulikan itu dan tetap mengambil nasi dan lauk untuknya dan istrinya dalam satu piring.
"Buka mulut!" titah pria itu dengan wajah datar dan membuat Binar mau tak mau menurut karena takut dengan ekspresi suaminya.
"Kamu gak makan?"
"Ini makan juga." sahut Dera, lalu menyuapkan sesendok ke mulutnya.
Binar melotot kaget.
"Kak itu bekas Binar! Ih, kakak kan gak suka makan minum bekas orang lain!" pekik Rayna, karena setahunya Dera itu sangat tidak suka makan dan minum kalau alatnya bekas orang lain.
"Bukan orang lain, bekas istriku bukan masalah." kata Dera dengan santainya, tidak tahu apa kalau pipinya sekarang panas, pasti pipinya merah sekarang, ah dia malu banget karena perlakuan suaminya ini!!!
"Aaaaaa.... romantis banget gak kuatttt." kata Ayla histeris tapi tertahan karena takut ditegur papanya yang sudah memasang wajah galak.
"Kalau mau romantis- romantisan itu di kamar jangan disini, gak bagus di liat Ayla."
Nah kan, di tegur Tuan Bagaskara beneran.
Hayo Lo....
"Ih papa, apaan si." protes Ayla, pura-pura cemberut.
"Cepet makan terus sekolah, jangan liat kakak kamu sama istrinya, awas aja kalau ketahuan pacaran di sekolah."
Dan anak gadis itu jadi cemberut sungguhan ketika dirinya jadi sasaran.