NovelToon NovelToon
Alice Celestia Dalian

Alice Celestia Dalian

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Beda Usia / Cinta Beda Dunia / Teen School/College / Identitas Tersembunyi / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

"Jatuhkan mobilnya ke jurang sekarang juga!" Dalian mendorong pundak Ayah.

Jalanan licin membuat mobil tergelincir.

"Kyaaa!!!"

Semua orang menjerit saat mobil melaju liar menuju tepi jurang hingga ke dalam.

"Jedderr!! Jedderr!!" Petir menyambar.

Seakan meramalkan malapetaka yang akan datang.
Dan dalam kekacauan itu, terdengar suara di tengah hujan dan petir, suara yang hanya Dalian yang bisa dengar.

"Selamat datang, gadis berambut hitam."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku Merasa Sahabatnya Terlalu Baik

Chelsey berdiri di depan toko buku, jantungnya berdebar kencang. Dia menggenggam erat daftar rekomendasi novel yang telah dia cetak dari grup pembaca, mencoba menenangkan dirinya.

Ketika dia melihat Karel berjalan mendekat dengan gaya culun nan santai, mengenakan kemeja panjang dan celana panjang longgar dengan tak lupa kaca mata bulat tebalnya, perasaannya bercampur aduk antara gugup dan antusias.

"Udah lama nunggu?" tanya Karel begitu tiba di depannya.

"Nggak, baru aja," jawab Chelsey sambil tersenyum kecil. Dia berharap senyumnya tidak terlihat terlalu gugup.

"Elo tampak beda, Chelsey."

"Be- beda?"

"Em... boleh nggak gue bilang, ca--."

"U- udah yuk masuk," ajak Chelsey.

Mereka pun masuk ke dalam toko buku. Wangi khas kertas dan buku baru langsung menyambut mereka.

Chelsey berjalan mendahului Karel, menuju rak bagian novel, tempat buku-buku yang dia incar berada. Wajahnya berubah cerah dan ceria.

"Jadi, lo suka baca novel, ya?" tanya Karel sambil melihat-lihat sekitar. Dia terlihat sedikit bingung di antara deretan buku.

"Iya," jawab Chelsey sambil mengeluarkan daftar bukunya. "Gue suka cerita yang bisa bikin gue masuk ke dunia lain. Kayak... pelarian kecil dari kenyataan."

Karel mengangguk, memperhatikan Chelsey yang sibuk mencari buku. "Kayaknya seru, sih. Gue jarang baca novel. Gue lebih sering baca komik atau artikel."

Chelsey tertawa kecil. "Itu juga bagus, kok. Tapi, lo harus coba baca novel sesekali. Siapa tahu lo suka."

Setelah beberapa menit mencari, Chelsey menemukan salah satu buku yang dia incar. Dia mengambilnya dari rak dan menunjukkan kepada Karel. "Ini salah satu buku yang lagi hits. Ceritanya tentang persahabatan yang berubah jadi cinta."

Karel mengerutkan alis, seolah mencerna informasi itu. "Cinta, ya? Hmm... kayaknya gue harus belajar banyak soal itu," katanya sambil tersenyum jahil.

Chelsey merasa wajahnya memanas. Dia cepat-cepat menunduk, pura-pura membaca sinopsis di belakang buku. "Mungkin lo bisa mulai dari sini," gumamnya pelan.

Mereka melanjutkan perjalanan ke rak lain. Karel, yang awalnya hanya menemani, kini tampak tertarik.

Dia mulai mengambil beberapa buku acak, membaca judul-judulnya dengan ekspresi ingin tahu.

"Eh, Chelsey," panggil Karel sambil mengangkat sebuah buku tebal. "Menurut lo, gue cocok baca ini?"

Chelsey menoleh dan melihat buku yang dipegang Karel. Judulnya Seni Hidup Minimalis. Dia tertawa kecil. "Lo serius mau baca itu? Bukannya lo tipe orang yang nggak peduli sama hal-hal kayak gitu?"

"Makanya gue nanya," jawab Karel sambil tersenyum lebar. "Gue pikir, siapa tahu lo bisa bantu gue jadi lebih baik."

Perkataan itu membuat Chelsey terdiam sejenak. Hatinya terasa hangat, meski dia tahu Karel mungkin hanya bercanda. "Ya udah, kalau lo mau coba, kenapa nggak?"

Mereka menghabiskan waktu cukup lama di toko buku, memilih beberapa novel dan buku lain. Chelsey akhirnya membeli tiga novel yang ada di daftarnya, sementara Karel membeli buku Seni Hidup Minimalis meski dengan setengah bercanda.

Ketika mereka keluar dari toko, Chelsey merasa lebih rileks. Dia menatap Karel yang tampak menikmati pengalaman itu. "Makasih udah nemenin gue, Karel. Gue tahu ini bukan tempat favorit lo."

Karel menoleh, lalu tersenyum. "Nggak masalah. Gue malah jadi tahu banyak hal baru soal lo. Lo ternyata punya sisi yang cukup... serius juga, ya."

Chelsey hanya tertawa kecil, tapi dalam hati dia merasa senang. Meski obrolan mereka ringan, momen itu membuatnya merasa lebih dekat dengan Karel. Bahkan, untuk sementara, dia melupakan kecanggungannya soal Dalian.

Namun, di tengah perjalanan pulang, Karel tiba-tiba bertanya, "Chelsey, Dalian udah selesai latihan belum, ya?"

Pertanyaan itu langsung menusuk hati Chelsey. Senyum di wajahnya perlahan memudar, tapi dia mencoba tetap tenang. "Mungkin udah," jawabnya singkat.

Mereka melanjutkan perjalanan dalam diam. Chelsey berusaha menyembunyikan perasaannya, sementara Karel tampaknya terlalu sibuk memikirkan sesuatu yang lain untuk menyadarinya. Meskipun momen di toko buku itu menyenangkan, Chelsey tahu bahwa bayangan Dalian masih terus hadir di antara mereka.

Chelsey melirik jam tangannya dan merasa belum ingin mengakhiri waktu bersama Karel. Dia menggenggam erat tas belanjaannya, berusaha mencari alasan untuk tetap mengobrol dengannya.

"Karel," panggil Chelsey, mencoba terdengar santai. "Lo lapar nggak? Ada kafe baru di dekat sini yang katanya enak. Mau coba?"

Karel mengangkat alis, lalu tersenyum tipis. "Boleh juga. Gue nggak nolak kalau soal makan."

Chelsey tersenyum lega. Mereka pun berjalan menuju kafe yang dimaksud. Kafe itu kecil tapi nyaman, dengan suasana hangat berkat dekorasi kayu dan tanaman gantung di sudut-sudutnya. Mereka memilih meja di dekat jendela, yang menghadap ke jalan.

Pelayan datang membawa menu, dan Chelsey langsung sibuk memilih. "Katanya di sini ada pasta dan dessert yang enak banget," katanya sambil menunjuk beberapa pilihan di menu. "Lo mau pesan apa?"

Karel mengamati menu dengan santai. "Lo duluan aja yang pesen. Gue ikut rekomendasi lo."

"Serius?" tanya Chelsey dengan nada geli. "Kalau gue pesenin yang manis banget gimana?"

"Gapapa. Lo tau yang terbaik, kan?" jawab Karel sambil tersenyum, membuat Chelsey terdiam sejenak.

Kata-kata sederhana itu entah kenapa membuat dadanya berdebar. Akhirnya, Chelsey memesan pasta carbonara dan kue tiramisu untuk Karel, sementara dia sendiri memilih aglio olio dan panna cotta. Setelah pelayan pergi, mereka mulai berbicara tentang buku-buku yang baru mereka beli, membahas hal-hal ringan.

Karel terlihat lebih rileks, membuat Chelsey sedikit melupakan kekhawatirannya.

Namun, di tengah obrolan, Karel tiba-tiba berkata, "Chelsey, makasih ya, udah ngajak gue ke sini."

Chelsey menatapnya, bingung. "Makasih kenapa? Gue cuma ngajak lo makan."

"Tapi gue merasa lebih kenal lo hari ini," jawab Karel, suaranya serius. "Gue pikir lo orangnya pendiam, tapi ternyata lo punya banyak sisi yang menarik."

Wajah Chelsey memanas. Dia mencoba tersenyum, meski hatinya bergemuruh. "Ah, lo lebay."

Karel hanya tertawa kecil. "Beneran, kok. Dalian harusnya lebih sering ngajak gue ketemu lo. Gue merasa dia pelit."

Nama Dalian disebut, dan Chelsey langsung teringat kembali pada kenyataan. Senyumnya perlahan pudar, tapi dia berusaha menyembunyikannya. "Dia cuma sibuk sama urusannya sendiri."

Sebelum pembicaraan bisa berlanjut, pesanan mereka tiba. Aroma pasta dan dessert mengisi udara, membuat suasana sedikit lebih santai.

Karel langsung mencoba carbonaranya dan mengangguk puas. "Enak juga. Pilihan lo bagus."

Mereka makan sambil melanjutkan obrolan ringan, meski Chelsey merasa ada dinding tipis yang mulai tumbuh di dalam dirinya. Di satu sisi, dia senang bisa menghabiskan waktu seperti ini dengan Karel. Tapi di sisi lain, dia tahu bahwa bayangan Dalian masih ada di antara mereka, seperti selimut tipis yang tidak terlihat tapi terus terasa.

Setelah selesai makan, Karel menawarkan untuk membayar tagihan, tapi Chelsey bersikeras mereka membaginya. "Gue yang ngajak, jadi gue yang bayar sebagian," katanya sambil tersenyum, berusaha menyembunyikan perasaan campur aduk di dalam hatinya.

Ketika mereka keluar dari kafe, Karel berjalan di sebelah Chelsey, membantunya membawa tas belanjaan. "Chelsey," panggilnya tiba-tiba.

"Hm?"

"Kalau gue sering bikin lo nggak nyaman, kasih tahu aja, ya."

Chelsey menatapnya bingung. "Maksud lo apa?"

Karel menggaruk kepalanya, terlihat sedikit canggung. "Gue ngerasa lo terlalu baik ke gue hari ini. Gue takut lo malah jadi beban gara-gara gue."

Perkataan itu membuat Chelsey merasa sesak. Dia ingin mengatakan bahwa dia justru senang, bahwa dia berharap momen seperti ini bisa lebih sering terjadi.

Tapi dia hanya bisa tersenyum kecil dan berkata, "Nggak usah khawatir. Gue nggak merasa terbebani sama sekali."

Dalam perjalanan pulang, Chelsey memikirkan ucapan Karel. Dia sadar, meskipun mereka bisa berbagi momen seperti ini, hati Karel tetap belum sepenuhnya bisa dia miliki. Tapi untuk saat ini, dia memilih menikmati apa yang dia punya, meski hanya sedikit.

1
Afi Afifah
duuh haruu~ 🥺🥺
Afi Afifah
Ini indah Thorr 🤩🤩 kasih efek CGI pasti keren beuddd 👍👍
Afi Afifah
weh weh apa-apaan ini
Afi Afifah
"OMG... berarti yang mati itu bukan cuma karakter random, tapi bagian dari diri Dalian sendiri... tanpa sadar, Dalian telah berkorban banyak 🥺🥺
Afi Afifah
Ha? Masa? Bohong kan?
Ih!! Pandita ini masih belum kebongkar kedoknya. Ayo Thorr bongkar dia!!! /Panic//Panic/
Afi Afifah
Hahaha,,, love language mereka emang padu~ /Facepalm//Facepalm/
Afi Afifah
Dalian jatuh nyungsep di dada Karel di UKS tuh... plot twist-nya absurd tapi satisfying 😳😳 ugh~ Sukkaa~
Afi Afifah
Hahaha,, entar dulu reuniannya!!!
Fokus ke kabur 😂😂
Afi Afifah
Gue bakal nangis diem-diem ini Thoorr 😭😭 apalagi pas Cian bilang, “Pergi… sekarang…” Please, jangan mati Cian!!!
Afi Afifah
Dalian yang keliatan fragile tapi dalam banget hatinya ❤❤
Afi Afifah
Hajar Dia, KAYA !!
Afi Afifah
Hahaha... ini dibikin adegan lucu dulu gimana ya Thoor,, biar gk tegang 🤣🤣
Afi Afifah
Respect banget sih, Kaya udah mental baja walau badan udah goyang 💪💪
Afi Afifah
Kok Noveltoon lemot banget sih?! Sumpah!! Bikin mau komen jadi beraattt gini 😑😑
Afi Afifah
Ini gila sih... deep parah 😭😭
Afi Afifah
Kamu bohong kan?!
Afi Afifah
Mindblowing! 😱😱
Afi Afifah
Ha?

"anak itu sudah menyerah" ... ini line-nya bikin ngilu.

Langsung kepikiran: “Waduh, Dalian kenapa nih? Dia beneran hilang arah atau dipengaruhi makhluk gelap?” 😱😱
Afi Afifah
Fix! Ini Kaya 🤩🤩
Afi Afifah
Simpel tapi ngena banget. Powerful. Bikin pengin peluk diri sendiri.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!