SQUEL "GAIRAH SANG CASANOVA"
SERI KEEMPAT.
#POVPELAKOR
Karena kesalahan di masa lalu, membuat seorang wanita yang kini bekerja di sebuah club' malam bertekad menghancurkan rumah tangga seseorang.
Dia adalah Bianca, wanita cantik dengan tubuh gemulai, juga parasnya yang cantik rupawan. Namun, nasib baik sepertinya tidak berpihak padanya.
Bianca hidup sebatang kara, setelah sang ayah meninggal saat dia remaja. Semua keluarga tidak ada yang sudi menampungnya hingga dia hidup dengan liar di luar sana.
Dan ia merasa semua nasib sial itu akibat perbuatan seorang wanita bernama Joana, yang kini terlihat bahagia dengan suaminya. Hidup penuh tawa, dan bergelimang harta.
Hingga akhirnya Bianca bertekad, untuk menggoda suami wanita itu.
"Bizard Welling Tanson, aku akan membuatmu jatuh dalam pelukanku dan menghancurkan Joana!"
Apa yang membuat Bianca ingin membalaskan dendamnya pada Joana? Cus ikuti ceritanya.
Salam Anu 👑
Ig @nitamelia05
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Janji Temu
Siang itu, Bianca kembali berdiri di depan ruangan Bizard setelah seorang klien pergi dari sana. Dia segera mengetuk pintu, dan meminta izin pada sang pemilik ruangan. "Tuan, apa saya boleh masuk?"
Mendengar suara Bianca, Bizard sontak mengangkat kepala. Kala itu ia sedang mencoret-coret buku catatan. "Masuklah, tidak siapapun di sini."
Bianca langsung tersenyum sumringah. Dia menatap dua buah kotak bekal di tangannya. Kemudian memutar kenop untuk masuk ke dalam ruangan Bizard. Wanita cantik itu menghampiri Bizard yang terlihat cukup sibuk hari ini. Sebab pandangan pria itu belum juga beralih pada setumpuk kertas putih yang berisi kalimat-kalimat yang tidak Bianca mengerti.
Bianca meletakkan kotak bekal di atas meja. "Saya bawakan makan siang dan salad buah untuk Tuan."
Mata Bizard langsung fokus pada kotak berwarna pink yang baru saja diletakkan oleh Bianca. Dia seperti sedang menerawang isinya.
"Lalu bagaimana denganmu? Bukankah itu jatah makan siangmu?" tanya Bizard, merasa tak enakan jika Bianca selalu mementingkan dirinya.
"Saya memang sudah menyiapkannya dari rumah, Tuan. Tadinya kalau anda tidak masuk, mau saya kasih ke Tuan Ronald. Tapi berhubung anda ada di sini, jadi saya berikan pada anda. Saladnya enak lho," jelas Bianca dengan wajah yang senantiasa tampak sumringah. Memberikan energi positif bagi Bizard yang tengah dirundung banyak masalah.
Melihat Bizard yang tampak bergeming sambil senyum-senyum. Bianca pun sengaja menggoda pria tampan itu.
"Kalau tidak mau, biar saya kasih ke Tuan Ronald, sepertinya dia belum makan." Satu tangan Bianca sudah terulur, tetapi Bizard segera melindungi makanan yang ada di atas meja. Enak saja! Pikirnya.
"Tidak! Biar aku yang makan makanan ini."
Sebuah ketegasan yang membuat Bianca tersenyum lebar. Dia merasa satu langkah lebih maju jika Bizard menerima semua perhatian darinya.
"Good job, kalau begitu selamat makan, Tuan," ucap Bianca, setelah mengatakan itu, ia memutuskan untuk keluar dari ruangan Bizard. Namun, pria itu malah mencekal langkahnya.
"Tunggu!"
Bianca memutar lehernya ke belakang, hingga dia kembali melihat wajah tampan Bizard.
"Kamu sudah makan?" Sambung pria itu.
Bianca menggelengkan kepala. Dia memang belum makan siang, karena mementingkan Bizard terlebih dahulu.
"Kalau begitu ambil kotak bekalmu, kita makan bersama supaya aku tahu kalau kamu tidak berbohong."
Wanita cantik itu sedikit terperangah dengan ajakan Bizard. Akan tetapi karena tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Bianca langsung patuh. Dia melanjutkan langkah untuk mengambil kotak bekal miliknya. Dia menarik sudut bibirnya ke atas membentuk sebuah seringai, sebab perjalanan untuk mengambil hati Bizard sepertinya cukup mulus.
***
Setelah makan siang, Bizard langsung dijemput oleh Aneeq. Pria dengan status ayah tiga anak itu mengemudikan mobilnya sendiri, sementara urusan perusahaan ia limpahkan kepada Caka.
Mereka menuju cafe Moonlight, tempat yang sudah mereka sepakati untuk mengadakan janji temu. Selama perjalanan, Bizard mulai merasa gamang, sementara Aneeq berusaha untuk memenangkan.
"Tenanglah, Bee. Aku tahu kamu tidak akan mungkin mengambil keputusan dengan asal-asalan. Jadi, apapun itu, semoga ke depannya kalian bertambah baik," ucap Aneeq sambil menyetir. Mulutnya mungkin berbicara dengan Bee, tetapi matanya fokus ke jalan raya.
Bizard mengangguk lemah. Dia sama sekali tak bicara hingga mereka sampai di tempat yang dituju. Bizard dan Aneeq segera melangkah ke dalam, dan masuk ke satu ruangan VVIP yang sebelumnya sudah direservasi.
Deg!
Jantung Bizard langsung berdebar dengan kencang, saat melihat Joana sudah lebih dulu datang. Wanita itu langsung mengangkat kepala, begitu mendengar suara langkah kaki dan ia yakin itu adalah suaminya.
"Bee," panggil Joana dengan suara yang bergetar. Bahkan bola matanya senantiasa berkaca-kaca. Rasanya dia ingin segera memeluk Bizard, dan membuat pria itu tak pergi lagi dari sisinya.
Namun, melihat Bizard yang tampak acuh tak acuh. Membuat Joana cukup sadar, bahwa Bizard masih marah padanya.
Setelah berbasa-basi dengan memesan minuman dan makanan. Akhirnya Aneeq memulai pembicaraan. Memecah keheningan di antara pasangan suami istri itu.
"Ehem! Bisa kita mulai?"
Mendengar itu, Joana dan Bizard yang sedari tadi diam, akhirnya saling pandang. Lalu keduanya mengangguk kompak. Aneeq menarik nafas lebih dulu, kemudian membuangnya secara perlahan.
Dia menatap Bizard dan Joana secara bergantian. "Begini, Joana. Aku sudah mendengar semua masalah kalian dari Bizard. Tapi, aku tidak akan mungkin langsung memutuskan sesuatu, hanya karena aku mendengarkan satu pihak saja. Jadi, bisakah kamu juga menceritakan awal mulanya pertengkaran-pertengkaran kalian?" Tanya Aneeq.
Joana mengangkat kepala dengan wajah sendu. Dia pun mengangguk, bersedia untuk bercerita. Dia memulai semuanya di mana saat Bizard sering mengeluh tentang waktu yang ia punya. Dia memang sadar, jika sebagian waktunya terkuras hanya untuk bekerja. Namun, dia pun menyelipkan beberapa alasan di sana.
Joana terus bercerita hingga terakhir masalah yang mereka hadapi, yaitu tentang Edwin yang tiba-tiba mengajak Joana makan siang bersama. "Aku bersumpah, Bee. Aku tidak menjanjikan apapun padanya. Dan lagi, tadi pagi aku sudah bicara pada Daddy, bahwa aku telah memutuskan kerja sama dengan perusahaan Edwin. Daddy sudah menyetujuinya. Aku mohon, Bee. Maafkan segala kesalahanku. Saat itu hanya takut kamu marah, bukannya menutup-nutupi." Jelas Joana dengan air mata yang mulai berjatuhan. Membasahi pipi mulusnya.
Aneeq melirik Bee yang tampak menundukkan kepala. Dia tahu pria itu tak mampu untuk bicara.
"Bee, Jo. Aku tidak bermaksud untuk mencampuri urusan rumah tangga kalian. Aku juga tidak akan memihak siapapun, meski Bee adalah adikku. Jika dia salah, maka aku akan menganggapnya salah. Begini, dari apa yang kalian bicarakan, aku mengambil kesimpulan. Bahwa Bee, akan selalu mendukung kamu, apapun itu. Asal satu, kamu tidak melupakan kewajibanmu sebagai seorang istri. Yaitu mementingkan 3 persoalan, sumur, dapur, kasur ...."
"Tapi sekarang yang menjadi masalahnya Joana menduduki kursi direktur utama, dan aku tahu itu tidak mudah, pekerjaan di perusahaan membuatmu sangat sibuk. Nah, dari sana, harusnya kamu berpikir, Jo, bahwa urusan rumah tidak akan mungkin kamu handle sendiri, artinya, ya kamu coba cari sesuatu yang membuat pekerjaanmu ringan. Cari asisten rumah tangga misalnya, jadi untuk segala keperluan rumah, entah itu beres-beres dan memasak, sudah ada yang membantu kamu. Ketika sudah seperti itu, waktumu untuk berdua dengan Bee, akan jauh lebih berpeluang. Jangan anggap dirimu serba bisa, jika pada kenyataannya kamu tidak mampu. Bukankah begitu?"
Joana terdiam, merasa tersentil oleh ucapan Aneeq. Selama ini dia memang merasa bahwa dia tidak butuh bantuan orang lain.
"Ayo coba renungkan ... karena setelah masalah waktu, aku menangkap masalah lain, yaitu tidak adanya keterbukaan di antara kalian. Jangan malas untuk bicara dengan pasangan, meskipun masalahnya tentang mantan, karena itu semua bisa membuat pasangan kalian merasa lebih dicintai dan dihargai. Tidak ada alasan takut marah, karena pada dasarnya kita akan jauh lebih marah ketika melihat pasangan kita berbohong," tegas Aneeq, menasehati kedua adiknya, agar lebih bahagia dalam menjalani biduk rumah tangga.
"Dan ingat, bahwa kepala rumah tangga adalah seorang pria. Kita tidak bisa merubah kodratnya, maka dari itu seorang kepala harus jauh lebih tegas, agar organisasi dalam rumah bisa berjalan dengan baik. Saranku, mulailah semua dari awal lagi, diskusikan apa yang perlu dibenahi dan diperbaiki. Jika memang sudah tidak bisa, aku serahkan semuanya pada kalian berdua. So, bagaimana denganmu, Bee?"
Tangan Joana berkeringat dingin, dia mulai ketar-ketir saat melihat tatapan suaminya. Dia takut, jika pada akhirnya Bee malah memilih untuk melepaskannya. Joana menggeleng kecil dengan lelehan air mata, dia memohon dengan sorot matanya, agar Bizard tetap mempertahankan rumah tangga mereka.
Sementara Bizard merasakan ludahnya yang tercekat di tenggorokan. Dan pada akhirnya, dia pun mengangguk kecil. "Aku memaafkanmu, aku mau memulai semuanya dari awal. Tapi aku tidak tahu, jika kelak kamu mengulanginya, kesempatan itu masih ada atau tidak."
***
Sirem kupi dong Oey, mau ikut lomba nih Abang Bee. Lomba suami paling sabar. wkwkwk🤣🤣🤣