Aku yang membiayai acara mudik suami ku, karena aku mendapat kan cuti lebaran pada H-1. Sehingga aku tidak bisa ikut suami ku mudik pada lebaran kali ini, tapi hadiah yang dia berikan pada ku setelah kembali dari mudik nya sangat mengejutkan, yaitu seorang madu. Dengan tega nya suami ku membawa istri muda nya tinggal di rumah warisan dari orang tua mu, aku tidak bisa menerima nya.
Aku menghentikan biaya bulanan sekaligus biaya pengobatan untuk mertua ku yang sedang sakit di kampung karena ternyata pernikahan kedua suami ku di dukung penuh oleh keluarga nya. Begitu pun dengan biaya kuliah adik ipar ku, tidak akan ku biar kan orang- orang yang sudah menghianati ku menikmati harta ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leni Anita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
Aku dan Gita sedang sarapan di temani oleh Bi Sri, kami sarapan sambil ngobrol. Aku tidak pernah menganggap bi Sri sebagai asisten rumah tangga, Bi Sri sudah ku anggap seperti orang tua ku sendiri. Aku pernah meminta Bi Sri untuk tinggal di rumah ku, tapi dia menolak karena dia mempunyai seorang anak perempuan yang sedang kuliah, Bi Sri tidak mau meninggal kan nya sendirian di rumah.
"Arin, buka pintu nya Rin!" Terdengar teriakan dan gedoran dari mas Randi di pintu belakang.
"Biar kan saja Bi, selesai kan sarapan bibi dulu!" Aku melarang bi Sri yang sudah berdiri dan mau membuka pintu untuk mas Randi.
"Baik bu!" Bi Sri kembali dudu dan melanjutkan sarapan nya.
"Arin, buka pintu nya Rin, aku mohon!" Terdengar suara mas Randi memohon.
"Mbak suami mu cengeng banget, masa baru segitu aja udah keok!" Gita berkata sambil mencebik kan bibir nya.
"Dia sih berani nya di ketek ibu nya doang!" Aku menjawab ucapan Gita sambil tersenyum.
"Arin, cepat buka pintu nya!" Kini Mia juga mengeluarkan suaranya diiringi gedoran pada daun pintu yang semakin kasar.
Kami sudah selesai sarapan dan aku segera membuka pintu, aku melihat kedua nya dengan senyum manis ku.
"Keterlaluan kamu Rin, kamu sengaja kan memutuskan aliran listrik ke gudang!" Mia langsung berkata sambil menggaruk tubuh nya yang tampak banyak di penuhi bintik- bintik merah.
"Arin, kamu semakin keterlaluan Rin!" Mas Randi tampak nya juga sangat marah pada ku.
"Keterlaluan mana mas, menikah lagi secara diam- diam dan membawa gundik mu untuk numpang hidup pada ku, atau sikap ku yang sekarang?" Aku berkata sambil melipat tangan di dada.
"Mas Randi menikahi ku karena kamu mandul!" Mia berkata dengan lantang.
"Lalu apakah kau juga hamil anak nya mas Randi? Tanyakan pada suami mu siapa yang mandul di sini!" Aku menunjuk tepat di wajah mas Randi.
Mas Randi tampak gugup dan dia langsung masuk ke dalam rumah, begitu pun dengan Mia yang mengikuti nya.
"Mau kemana kau?" Aku mencekal pergelangan tangan Mia ketika dia baru saja melangkah kan kaki nya.
"Lepas kan Rin, kau tidak berhak melarang ku masuk. Aku ini istri nya mas Randi!" Jawab Mia dengan pongah nya.
"Mas Randi sama seperti mu, dia juga numpang di rumah ini. Ikuti aturan ku jika masih mau tinggal di rumah ini!" Aku menarik tangan Mia dan membawa nya ke ruang makan.
"Kerjakan tugas mu sebagai babu di rumah ini, aku sendiri yang akan mengawasi mu. Jika kau berani macam - macam, Gita yang akan memberi mu pelajaran!" Aku berkata sambil mendorong Mia tepat di meja makan.
"Tenang saja mbak, aku akan membuat nya menyesal karena berani masuk ke dalam rumah ini!" Gita berkata sambil tersenyum pada Mia.
Aku meninggal kan Mia di ruang makan, aku biar kan Gita mau melakukan apa saja pada nya. Aku yakin Gita pasti bisa memberikan Mia pelajaran berharga yang belum pernah dia dapat kan sebelum nya.
Tring.
Ponsel ku berbunyi dan aku melihat ada pesan dari Hera, kakak nya mas Randi.
[Arin, kirim kan uang bulanan untuk Ibu dan Ayah, Sekalian uang kuliah Kinan. Jadi menantu setidaknya berguna sedikit lah] Begitu lah bunyi pesan yang di kirim kan oleh calon mantan ipar ku itu.
[Mereka kan orang tua mu, jadi kamu aja yang berikan mereka uang nya] Aku membalas pesan dari mbak Hera.
[Rin, Randi adalah anak lelaki satu - satu nya di keluarga kami, jadi dia punya kewajiban menafkahi orang tua nya. Jadi sebagai istri nya Randi, kau punya kewajiban memenuhi semua kebutuhan mereka] Mbak Hera kembali mengirim kan pesan dengan di serta 3 buah emotikon marah.
[Minta aja sama Mia, dia juga istri nya mas Randi!] Aku kembali membalas pesan dari mbak Hera.
[Mia tugas nya melahirkan anak buat Randi, karena kamu mandul. Jadi kewajiban mu memenuhi semua kebutuhan Ayah dan Ibu!] Mbak Hera membalas nya dan mengatakan bahwa aku mandul.
Segera aku mengambil gambar hasil pemeriksaan ku dan mas Randi dari ruang sakit, dan aku kirim kan gambar nya pada mbak Hera.
[Lihat lah ini, aku tidak mandul. Tapi adik mu yang mandul!] Aku menulis pesan di bawah foto yang aku kirim kan.
[Aku gak percaya, pasti kamu yang mandul. Bukan adik ku] Balas mbak Hera dengan emotikon marah.
[Terserah mau percaya atau tidak, tapi itulah kenyataan nya. Dan aku perjelas lagi bahwa aku tidak punya kewajiban memberikan nafkah pada Ayah dan Ibu mu, jadi silah kan minta uang pada adik mu, Randi!] Tulis ku lagi dan aku kirim kan pada mbak Hera.
[Dasar menantu durhaka, wanita mandul!] Mbak Hera mengirim kan cacian nya pada ku.
Aku tidak membalas pesan mbak Hera lagi, biar kan saja mereka kebingungan tanpa aliran dana dari ku.
[Cepat kirim kan uang nya Rin, atau kau akan tahu akibat nya! Mbak Hera mengancam ku.
Aku tidak perduli apa pun yang akan di lakukan oleh mbak Hera, aku tidak takut sama sekali dengan ancaman nya. Sayang nya dia jual di pulau seberang sana, jika dia ada di sini dia pun akan menerima nasib yang sama seperti Mia.
Dreeeetttt, dreeeeett. Ponsel ku berbunyi aku melihat nama ibu mertua ku terpampang di layar nya. Pesan dari mbak Hera tidak lagi aku balas, mungkin itu lah sebab nya si nenek lampir itu menelepon ku.
Aku sudah gatal ingin segera adu mulut dengan calon mantan ibu mertua ku, aku pun menjawab panggilan dari nya.
"Durhaka kamu Arin, kami adalah orang tua nya Randi dan kau berani menolak keinginan kami!" Terdengar suara yang memekak kan telinga dari pulau Sumatera.
"Anak mu Randi, bukan aku. Jadi minta aja sama mas Randi, bukan pada ku!" Jawab ku dengan santai.
"Wanita mandul tidak tahu diri, cepat kirim kan uang nya!" Bentak ibu mertua ku dari seberang sana.
"Aku tidak mandul, tapi anak mu yang mandul. Mau dia menikahi 1000 wanita pun kau tidak akan menimbang cucu dari nya!" Aku membeberkan fakta tentang anak nya.
"Laki - laki tidak bisa di sebut mandul, jika tidak juga hamil berarti salah wanita nya. Kau yang mandul!" Ibu mertua ku tetap menyebut ku mandul.
"Terserah jika anda tidak percaya, Oh ya bu Siti, apakah kau ingin melihat keadaan menantu kesayangan mu di sini?" Aku bertanya pada ibu mertua ku dengan menyebut nama nya.
"Kurang ajar kau Arin, kau apakan Mia. Aku tidak akan mengampuni mu jika kau berani memperlakukan Mia dengan buruk!" Ibu mertua ku tampak nya semakin emosi mendengar nama menantu kesayangan nya.
Aku memutuskan panggilan dari nya secara sepihak dan aku pergi ke dapur. Aku melihat Mia sedang mencuci piring di wastafel, lalu aku merekam Mia yang sedang mencuci piring. Aku kirim kan video itu ke whatsApp ibu mertua ku dan langsung centang 2 berwarna biru.
[Iblis kau Arin, berani nya kamu menjadikan Mia sebagai pembantu mu. Aku akan membalas mu Arin] Ibu mertua membalas pesan yang aku kirim kan dengan perasan marah bercampur dengan kesal.
Sayang sekali aku tidak bisa melihat wajah ibu mertua ku, mungkin saat ini wajah sudah merah padam menahan amarah melihat menantu kesayangan nya aku jadikan babu gratisan di rumah ku. Aku sangat ingin melihat penderitaan mu dan juga keluarga mu, calon mantan ibu mertua.