Mariza dan Derriz menikah karena perjodohan. Selama satu tahun pernikahannya, Derriz tak pernah menganggap Mariza.
Mereka tinggal satu rumah tapi seperti orang asing. Derriz sendiri yang membuat jarak diantara mereka. Karena Derriz mencintai dan masih menunggu mantan kekasihnya kembali, Luna.
Seperti yang di katakan Derriz di awal pernikahannya. Mereka akan berpisah ketika Luna kembali. Apalagi Mariza tak bisa membuatnya jatuh cinta. Bagaimana bisa jatuh cinta jika selama ini saja Derriz selalu menjaga jarak darinya. Bukan hanya di rumah, tapi di kantor juga mereka seperti orang asing.
"Apa alasanmu ingin bercerita dariku?" tanya Derriz saat Mariza memberikan surat cerai yang sudah dia tandatangani.
"Apa aku kurang memberikan uang bulan padamu? Apa masih kurang?" Derriz tak terima Mariza ingin bercerai darinya.
"Karena masa lalumu sudah kembali, Mas! Aku pergi karena aku sudah tak ada gunanya lagi di sini!" jawab Mariza.
"TIDAK!" jawab Derriz membuat Mariza bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Pamit, Mas! 29
Izha masuk ke dalam paviliun yang sudah di siapkan oleh Axcel untuknya. Dia merasa terharu karena semua kebutuhan sudah di siapkan oleh Axcel. Di lemari juga ada beberapa potong baju baru untuknya. Dia tas nakas tempat tidurnya ada sebuah note yang di tinggalkan.
#Aku tak tahu kamu suka atau tidak dengan beberapa pakaian yang aku pilih. Nanti saja setelah menikah kita beli bersama. Istirahatlah, karena suamimu tak akan menemukanmu di sihi. Ini adalah tempat yang aman untukmu!#
Isi note yang di tinggalkan oleh Axcel bersama dengan bunga mawar merah di sana. Izha malah bingung dengan yang di lakukan Axcel. Apakah dia sedang mempermainkan dia juga?
"Ada apa ini? Apa mungkin dia juga sedang ingin mempermainkan perasaan dan hidupku? Ya Allah, ada apa dengan hidupku? Kenapa semuanya sangat membingungkan. Baru saja keluar dari rumah yang terasa bagai neraka, sekarang aku masuk ke tempat yang belum bisa aku tahu tujuannya apa membawaku kesini. Aku tak kenal Pak Axcel," ujar Izha yang memang masih bingung dengan perlakuan yang di berikan Axcel padanya.
Malam menjelang, Izha yang hanya berdiam diri di dalam paviliun. Dia tak keluar dari dalam paviliun, tepatnya di dalam kamar. Dia masih bingung dengan yang terjadi padanya. Tak lama pintu kamarnya di ketuk. Izha melangkahkan kakinya untuk membuka pintu.
"Pak Axcel ..."kaget Izha saat melihat Axcel datang berdiri bersandar di tembok dengan pakaian santai. Terlihat sangat tampan dengan pakaian casual seperti ini.
"Kau seharian mengurung diri di dalam kamar apa tak bosan? Di depan dan di belakang paviliun kamu ini ada banyak tempat yang bisa membuat kamu tenang. Ya sudah, ayo kita makan. Kamu harus tetap sehat untuk menghadapi perceraian kamu!"ujar Axcel.
Berjalan lebih dahulu, pria itu ternyata memang mengerti dan tahu batasan antar dirinya dan Izha. Apalagi status Izha yang masih menjadi istri orang lain. Kadang ucapannya membuat Izha bingung. Apalagi dengan perlakuan manis yang bahkan belum pernah dia rasakan dari seorang pria. Baik dari ayah maupun suaminya selama ini.
Mereka duduk di kursi masing-masing. Izha yang pernah makan bersama dengan Axcel sudah tahu apa yang harus dilakukan. Tanpa di minta oleh siapapun Izha mulai mengambilkan nasi dan juga lauk pauk untuk pria itu. Barulah dia mengambil untuknya. Melihat yang dilakukan oleh Izha membuat Axcel tersenyum tipis. Tipis sekali bahkan tidak disadari oleh Izha.
mereka makan dengan tenang dan tanpa ada pembicaraan hanya suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring.
"Apa kau sedang diet?" suara Axcel mengagetkan Izha.
"Tidak, Pak!" jawab Izha.
"Baiklah, tambah lagi makanannya!" perintah Axcel yang memang hanya melihat sedikit makanan yang Izha Ambil.
"Tapi ..."
"Sedang tidak diet kan? Lagian amu diet apa lagi? Badanmu kecil seperti itu!" omel Axcel mengambilkan nasi dan beberapa lauk ke piring Izha.
"Pak, tapi tak sebanyak ini. Nanti mubazir!" protes Izha merengut saat melihat piring di hadapannya. Izha memang sedang tak naf-su makan beberapa hari ini. Mungkin karena sedang banyak fikiran sehingga membuatnya tak berselera. sekarang ah dia malah harus menghabiskan banyak makanan.
"Agar tak mubazir maka makanlah! Aku akan menunggu dan mengawasi kamu makan!"jawab Axcel.
Izha mendelik dan merengut kesal, akhinya dia mulai kembali menyuapkan makanan yang ada di piringnya. Benar saja, Axcel tak beranjak dari duduknya dan melihat Izha makan. malah membuat Izha semakin tak nyaman dengan hal itu, tapi Axcel tak peduli.
"Istirahatlah, jangan tidur malam-malam atau memikirkan hal yang tidak penting!"ucap Axcel mengusap lembut kepala Izha dan pergi setelah mengantarkan Izha sampai depan pintu.
Izha masih berdiri di sana. Mencoba menetralkan perasaannya. Usapan lembut di kepala Izha mengingatkan ayahnya sebelum berubah seperti sekarang. Dulu, dahulu sekali sebelum bertemu dengan Sherly, ayahnya selalu mengusap lembut kepalanya sebagai bentuk kasih sayang dan juga penghargaan atas pencapaian dia di sekolah. Kini, usapan itu dia rasakan dari orang asing yang bahkan katanya ingin menikahi dia setelah selesai masa Iddah. Izha masuk sambil menangis, dia tak ingin ada orang yang melihat jika dia menangis di sana.
"Mulai sekarang kamu akan diantar dan dijemput bekerja oleh Pak Adnan. Jika ingin pergi ke suatu tempat setelah pulang kantor katakan dulu padaku," ujar Izha.
"Apa ini tidak terlalu berlebihan Pak? Karena saya sudah terbiasa menggunakan angkutan umum, kemanapun saya pergi," jawab Izha merasa tak enak dengan perlakuan Axcel kepadanya.
"Mulai sekarang biasakanlah!" jawab Axcel singkat membuat Izha menahan napas.
"Rencananya sepulang kerja saya akan pergi untuk ke rumah kedua orang tua saya," ujar Izha sebelum masuk ke dalam mobil.
"Baiklah, hati-hati di jalan dan jaga jarak dengan pria itu!" ucap Axcel sebelum masuk ke dalam mobilnya.
Izha di buat tidak percaya dengan perkataan Axcel. dia mengkode Ken untuk menanyakan maksud dari perkataan Axcel, tapi Ken malah mengangkat kedua bahu sambil terkekeh.
"Astaghfirullah, ada apa dengan hidupku. Tak bisakah aku merasakan hidup tenang," ucap Izha yang juga masuk ke dalam mobil mewah yang sudah di siapkan untuknya.
"Pak, berhenti agak jauh dari kantor ya, Saya tidak ingin ada teman-teman atau karyawan lain yang melihat saya turun dari dalam mobil mewah seperti ini. Nanti mereka malah berpikir yang macam-macam. Saya sedang tidak ingin meladeni ocehan mereka. Tenaga saya terlalu berharga untuk hal yang tidak berguna,"pinta Izha.
"Baiklah, tapi saya yakin Pak Axcel akan tahu hal ini," jawab Paak Adnan.
"Tidak apa-apa, Pak! Dari pada saya harus ribet," jawab Izha.
Izha turun dari dalam mobil dan sedikit berjalan untuk tiba di area perusahaan Dirgantara. Dia buru-buru masuk ke dalam lobi perusahaan untuk menuju ke ruangannya.
"Bu Mariza, maaf ini ada surat untuk anda," ujar resepsionis.
"Terima kasih Bu,"Izha mengambil amplop itu.
Dia sudah menduga jika itu adalah surat dari pengadilan agama. Izha segera membuka amplop coklat dan membacanya. Dua hari lagi adalah sidang perceraian pertama mereka. Izha tersenyum hambar melihat amplop di depannya.
akhir nya babang axcel turun tangan jg menyelamatkan izha
skrg otw menjemput calon ibu mertua mu ya babang axcel👍👍
muak sangat sm s derris
buat izha cepet bebas dr derris n axcel membantu smua nya biar lancar
klau udh beres dgn derris br izha d bantu axcel untuk menyelamatkan ibu nya
babang axcel gercep dong tolongin izha ya, kasian izha sendirian