Bagaimana jadinya kalau kita dijodohkan dengan orang yang kita cintai?
Pasti bahagia sekali bukan? Tapi, tidak untuk Nabila. Justru perjodohan inilah yang menjadi pintu awal penderitaannya.
Bagaimana tidak? Nadeo sang suami yang terang-terangan mengatakan tidak menginginkan pernikahan ini dan akan melakukan poligami. Parahnya lagi, nadeo membawa istri kedua tinggal satu atap bersama dengan Nabila. Wanita mana yang tidak sakit hati, melihat orang yang kita cintai bermesraan setiap hari didepan kita.
Bisakah Nabila bertahan dengan rumah tangganya? atau lebih memilih mundur dan kalah? Yuk baca selengkapnya di menepi (mencintai dalam sepi?)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon da alfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin Berpisah
Malam sudah semakin larut. Tapi tak sedetik pun mata Nadeo bisa terpejam. Entah mengapa akhir-akhir ini bayang Nabila selalu muncul di pikirannya. Ada suatu hal yang dimiliki nabila, dan tak dimiliki oleh wanita lain. Nabila beda, Nabila istimewa.
Setelah kejadian kemarin, kejadian dimana Nadeo telah mengambil mahkota Nabila secara paksa, Nabila terlihat murung, dan terkesan sangat menjauhinya. Nadeo sadar, Nabila pasti marah padanya. Tapi kalau boleh jujur, tak ada sedikitpun penyesalan di hati Nadeo, karna telah meniduri Nabila secara paksa. Ah..., melakukan secara paksa pun memiliki kenikmatan tersendiri. Yang ada kini Nadeo malah kecanduan pada tubuh Nabila. Jika boleh, Nadeo ingin mengulanginya lagi. Tunggu sebentar, mengapa tidak boleh? Bukankah Nadeo berhak atas tubuh Nabila? Tuhan sekalipun tak melarangnya. Dirinya halal akan Nabila.
Membayangkannya saja membuat Nadeo geli sendiri. Rasanya ingin sekali menyentuh dan membelai Nabila lagi. Tapi jika dilakukan secara paksa, pasti Nabila akan marah.
"Aku gak tahu Bil, kenapa kamu begitu candu dan merusak fungsi otakku?" Gumam nadeo, "Kamu muncul di pikiranku, rasanya ingin mengulang lagi hal gila kemarin."
Bahkan Nadeo lupa, di sampingnya ada istri keduanya yang sudah terlelap sedari tadi. Tak peduli, Nadeo malah tersenyum-senyum membayangkan hal gila yang ia lakukan kemarin.
...****************...
Nabila menutup pintu kamarnya, ia sudah bersiap untuk berangkat kerja. Ia telah membangkitkan lagi semangatnya yang sempat padam.
Saat Nabila berbalik, sudah ada Nadeo dihadapannya. Ada apa? Kenapa akhir-akhir ini Nadeo selalu ingin mendekatinya? Ada rasa canggung di antara mareka berdua. Seperti biasa, Nabila pasti ingin langsung pergi, tapi Nadeo mencegatnya.
"Bil, aku pengen ngomong sama kamu."
"Ada apa Mas? Aku buru-buru mau berangkat kerja!"
Salah tingkah saat Nadeo ingin mengobrol dengan Nabila. "Aku...., aku mau minta maaf sama kamu soal kejadian kemaren, aku khilaf."
Minta maaf? Khilaf? Seenak jidatnya mengatakan minta maaf dan khilaf. Bagaimana bisa ia khilaf, padahal Nabila sudah memohon untuk tidak melanjutkannya. Dasar lelaki!
Nabila melipat tangan di dada sambil menghela napas jengkel. "Untuk apa Mas minta maaf?"
"Aku tau aku salah, harusnya aku gak ngelakuin ini sama kamu."
Nabila menyeringai. " Mas pikir dengan Mas minta maaf, bisa ngembaliin perawan aku yang Mas ambil secara paksa?" Sindir Nabila, "Aku bukan lagi wanita yang sempurna Mas, setelah Mas ceraikan aku nantinya, gak gampang untuk aku cari pasangan yang bisa menerima aku dengan keadaan seperti ini."
"Aku gak berniat buat ceraikan kamu!"
"Ck! Mas lupa? Dulu mas sendiri yang mengatakan itu!"
Diam sejenak. "Itu dulu, sekarang aku sadar aku gak akan ceraikan kamu!"
"Lalu aku menjadi apa? Istrinya Mas itu Mbak raya, aku bukan siapa-siapa di sini, aku orang ke tiga dalam hubungan kalian!"
"Nabila, pokoknya aku gak akan tinggalin kamu!"
"Aku yang akan ninggalin kamu Mas!" Tegas Nabila.
"Bil..." Lirih Nadeo.
"Sebenarnya kalau bukan karna mama, sudah dari dulu aku pergi dari sini Mas, aku muak di sini!"
Mendengar itu, hati Nadeo sedikit lega. Karna ternyata Nabila masih memikirkan Mamanya. Hatinya sedikit tersenyum, sebelum Nabila melanjutkan ucapannya.
"Tapi setelah melihat perlakuanmu ke aku, sepertinya kamu tidak pernah memikirkan perasaanmu ke aku. Dan sepertinya niat hatiku untuk berpisah dari mu sudah mantap, aku sudah tidak ragu lagi."
Seketika kaki Nadeo terasa lemas, benarkah Nabila ingin berpisah? Tidak, ini tidak boleh terjadi. Nabila terlanjur sudah mencuri hatinya, lalu sekarang ia ingin pergi begitu saja. Bila perlu Nadeo akan berlutut memohon agar Nabila tidak meninggalkannya.
"Bil..., aku mohon jangan ngomong seperti itu!" Mohon Nadeo sembari meraih lengan Nabila, tapi Nabila segera menepisnya dengan kejam.
"Keputusanku sudah mantap Mas. Aku sudah capek, dan aku akan ngasih tau Pakde dan Bude apa yang terjadi sebenarnya." Lirih Nabila.
Sudah tekad Nadeo akan melakukan apa pun agar Nabila tak meninggalkannya, berlutut. Akhirnya Nadeo berlutut di hadapan Nabila.
"Bil, aku mohon jangan...." Lirih Nadeo.
"Percuma Mas kamu lakuinnya sekarang, aku tidak butuh itu. Menangis darah pun aku sudah tak peduli." Ujar Nabila seraya pergi.
Nadeo bangun dan mengejar Nabila, samapai ke lantai bawah. Nabila berhenti karna ada panggilan masuk di Hpnya. Bude. Itulah nama yang tertera di layar Hpnya, cepat Nabila menjawab panggilan tersebut.
"Halo bude, assalamualaikum?" Sapa Nabila.
"Waalaikum salam"
"Ada apa Bude?" Tumben saja Budenya menelpon pagi-pagi. Padahal ia tahu Nabila akan berangkat kerja.
"Pakde sakit-sakitan terus, manggil-manggil kamu. Kamu pulang ya?" Pinta Bude dengan suara serak, sepertinya menahan tangis.
"Iya Bude, Nabila akan usahain untuk pulang!"
Seketika perasaan khawatir menghampiri Nabila. Ia tak sempat bertanya sakit apa Pakdenya? Atau sangat parahkah? Malah ia tak tahu kapan sambungan telepon terputus. Rasa khawatir mengganggunya, hingga ia tak sadar telah berdiri mematung dan melamun.
"Kenapa Bil?"
Nabila tersentak dari lamunannya, tapu ia tahu apa yang ditanyakan Nadeo. Dengan cepat Nabila menjawab "Pakde sakit, besok aku akan pulang ke sana!"
"Aku ikut, kita akan pulang bersama!" Sergah Nadeo.
Nabila menatap Nadeo, seriuskah laki-laki itu? Atau ini hanya triknya dia saja, agar hati Nabila luluh padanya, dan tak jadi meninggalkannya. Apakah ini sebuah sogokan?
"
n
🥰🥰😝
🥰🥰cegukan