Aira menikah dengan pria pujaannya. Sayang, Devano tidak mencintainya. Akankah waktu bisa merubah sikap Devan pada Aira?
Jaka adalah asisten pribadi Devan, wajahnya juga tak kalah tampan dengan atasannya. hanya saja Jak memiliki ekspresi datar dan dingin juga misterius.
Ken Bima adalah sepupu Devan, wajahnya juga tampan dengan iris mata coklat terang. dibalik senyumnya ia adalah pria berhati dingin dan keji. kekejamannya sangat ditakuti.
Tiana adalah sahabat Aira. seorang dokter muda dan cantik. gadis itu jago bela diri.
Reena adik Devan. Ia adalah gadis yang sangat cerdas juga pemberani. dan ia jatuh cinta pada seseorang yang dikenalnya semasa SMA.
bagaimana jika Jak, Ken, Tiana dan Reena terlibat cinta yang merumitkan mereka.
Devan baru mengetahui identitas Aira istrinya.
menyesalkah Devan setelah mengetahui siapa istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IJINKAN AKU MENCINTAIMU 30
Rendra tengah mengamati Aira dari tempatnya berdiri. Netranya memandang takjub akan ciptaan Tuhan yang terpatri di wajah ayu Aira.
Setengah mati Rendra menahan semua rasa yang melanda hatinya kini. Ia tahu jika menempatkan perasaan yang salah kepada wanita yang telah bersuami.
Tiba-tiba bahunya di tepuk. Rendra menoleh.
"Om Rehan!" Sahutnya sambil tersenyum.
Pria setengah baya itu juga tersenyum lalu memeluknya.
"Assalamualaikum, Nak. Apa kabarmu?" Tanya Rehan hangat sambil mengurai pelukannya.
Rendra tersenyum. "Wa'alaikum salam. Saya baik-baik saja, Om,"
"Ah ... Om nggak nyangka. Anak semuda kamu bisa jadi wakil direktur rumah sakit ini?" Tanya Rehan antusias.
Ya, ketika pengenalan staff rumah sakit. Rehan dikenalkan pada Rendra sebagai wakil direktur rumah sakit yang telah diakuisisinya.
"Oh ya, dengar-dengar ayah dan ibumu sedang pergi ke negeri lain untuk menemani adikmu?" Tanya Rehan.
"Iya Om, kata mereka aku sudah besar. Jadi bisa mengurus diri sendiri," jawab Rendra.
Tiba-tiba kepanikan terjadi. Semua orang berhamburan keluar ballroom. Teriak-teriakan terdengar di mana-mana.
Beberapa body guard menghampiri Rehan dan Rendra. Mereka diamankan. Tadinya Rendra menolak karena mengkhawatirkan Aira.
Tapi, Rehan bersikeras membawa Rendra dari sana. Ia tak mau terjadi apa-apa pada putra sahabat karibnya ini.
Rehan menyangka jika Aira akan aman bersama Devan, putranya sendiri. Mau tak mau Rendra mengikuti kemauan pria yang menjadi sahabat ayahnya ini.
Selain itu. Rendra tak punya kekuatan penuh untuk menerobos orang-orang yang berhamburan keluar.
Rombongan keluarga Bramantyo dan Bima langsung dibawa ke mansion pribadi Bramantyo.
Sampai sana, barulah Rehan menyadari jika putra, ponakan dan menantu serta bawahan putranya masih ada di lokasi kejadian.
Rehan langsung berang. Ia menelpon pihak kepolisian. Tentu saja, pihak kepolisian telah bergerak sebelum perintah Rehan datang.
Linda sangat cemas. Begitu juga Sinta. Mereka mengkhawatirkan anak-anak mereka.
"Sudahlah Kak. Mereka semua laki-laki. Tidak usah khawatir," ujar Rio Bima menenangkan kakak iparnya.
"Biarpun mereka laki-laki. Mereka adalah anak-anak ku. Tentu aku khawatir. Terlebih menantuku juga ada di sana!" Sergah Linda gusar.
"Tahu nih, Papa. Masa nggak khawatir sama anak sendiri. Mana penjahatnya bawa senjata api lagi tadi," ujar Sinta cemas.
Sedangkan Reena dan Safeera saling berpelukan karena takut. Mereka berjalan mendekati mamanya.
Linda yang melihat kedua putrinya ketakutan langsung memeluknya. Terdengar isakan kecil dari keduanya.
Rendra juga menghela napasnya berat. Ia juga sangat mengkhawatirkan Aira, gadis yang ia sukai.
Semua hening. Netra Linda terpejam. Reena dan Safeera sudah berada di kamarnya masing-masing. Linda tak henti-hentinya berdoa akan keselamatan semuanya.
Rehan dan Bima mencoba melihat siaran televisi. Biasanya akan ada siaran langsung jika ada peristiwa heboh. Terlebih tadi banyak wartawan yang hadir.
Namun, sayang. Berita yang ditayangkan hanya ulasan kejadian. Tidak ada siaran langsung. Bahkan semuanya tidak mengetahui aksi yang dilakukan oleh kedua wanita yang membantu membekuk para penjahat.
Rehan terus memantau perkembangan. Napasnya terdengar lega saat mendengar pemberitaan jika penjahat telah dilumpuhkan dan kini ditangani pihak kepolisian dan keamanan rumah sakit.
"Alhamdulillah tidak ada korban jiwa, kecuali terlukanya para penjahat itu."
Terdengar napas kelegaan dari semuanya. Termasuk Rendra.
Rehan menelpon body guard yang menjadi pengawal putranya di sana.
"Jadi semuanya sudah diurus oleh pihak kepolisian?" Tanya Rehan.
Kemudian ia mengangguk-angguk. Ada sebersit tanya pada diri Rehan. Kenapa berita seheboh ini bisa hanya diulas biasa saja oleh media.
"Kak. Kenapa media tidak meliput kejadian ini secara langsung? Bukankah berita ini cukup mengejutkan dan ada banyak wartawan di sana?" Tanya Rio sedikit heran setelah melihat tayangan berita televisi.
Rehan mengangguk setuju. "Aku tidak tahu soal itu. Sepertinya ada yang disembunyikan oleh pihak kepolisian."
Sedangkan semuanya hanya bisa diam dengan pikirannya masing-masing.
Sedangkan di tempat lain. Seorang perwira polisi menatap sebuah Vidio yang menayangkan perkelahian dua wanita melawan para penjahat.
"Katakan, apa benar wanita ini adalah Aira Pramesti Irawan?" Tanya Perwira bernama AKBP Andrea Putra Birawa S.H.
"Benar komandan!" Ujar salah satu perwira yang menjadi bawahannya.
"Mba Aira sudah menikah dengan Devano Bramantyo!' lapor AKP Diyo Manggala.
Andrea menghela napas lega. Teringat kejadian beberapa tahun silam di mana gadis itu menjadi sasaran pembunuhan.
"Panggil Tuan Devan kemari. Kita harus memberitahu siapa istrinya ini!" Titahnya tegas.
Dengan sikap sempurna, Diyo mengangkat tangan ke pelipisnya memberi hormat.
"Siap laksanakan!" Kemudian Diyo berlalu setelah membalik badan.
Ken keluar dari ruang interogasi. Tidak ada yang bisa ia lakukan pada ke enam penjahat yang telah tak sadarkan diri itu. Terlebih pihak kepolisian mengambil alih.
Ken mendatangi Jaka. "Di mana Tuanmu?"
Jaka mengambil ponselnya. Terdengar dering telepon tak jauh dari mereka berdiri.
"Ah ... itu Tuan dan Nona Aira," ucap Jaka menoleh asal bunyi ponsel yang ditelponnya.
Ken dan Jaka menghampiri. Ken senyum-senyum melihat Aira. Netranya beralih kepada wanita yang sama mungilnya dengan kakak ipar sepupunya ini.
"Awas matamu itu, Ken!' Davin memperingati.
Ken memamerkan giginya yang rapi. Mengangkat dua jari menada 'V'. Tiba-tiba mereka didatangi dua orang pria berseragam polisi.
"Selamat malam Pak Devan!" Ucap salah satu polisi sambil memberi hormat.
Devan membalas hormat polisi tersebut. "Iya, ada apa?"
"Maaf, Pak. Anda diminta untuk segera datang ke mabes polri. Anda ditunggu oleh komandan kami, Pak!" Jelas perwira polisi itu.
"Untuk apa?" Tanya Devan sambil mengernyitkan dahi.
"Maaf Pak. Ini perintah top of secret!" Papar polisi tadi.
Devan memandang Ken. "Pak Ken juga disuruh menghadap Pak!"
Devan mengangguk. "Jak, antarkan Aira dan sahabatnya ini pulang," titah Devan.
"Ah tidak usah. Saya bawa motor sendiri," ucap Tiana menolak.
Devan menatap datar sahabat istrinya itu. Mata kelam dan tidak bisa dibantah oleh siapapun. Tiana menunduk takut. Akhirnya mengikuti apa yang pria itu suruh.
Setelah Devan dan Ken pergi mengikuti ke dua polisi itu. Mereka pun pergi meninggalkan ballroom.
"Beb ... misua lu galak banget ya. Gue jadi takut!" Bisiknya pelan pada Aira. Takut jika pria kepercayaan Devan itu mendengarnya.
Aira menahan senyum. "Kau baru tahu sekarang. Aku dari dulu," bisik Aira lagi.
Tiana mengangguk. Tiba-tiba matanya bersibobrok dengan Jaka melalui spion tengah mobil. Tatapan tajam Jaka, menciutkan nyali Tiana.
Segalak-galaknya macan betina. Tetap akan tunduk dengan si raja rimba bukan? Itulah istilah yang bisa diterapkan pada kedua gadis bar-bar ini. Sepanjang perjalanan pulang, Tiana dan Aira memilih bungkam karena sudah diberi aura intimidasi oleh Jaka.
Sedangkan di markas besar polisi. Dua pria hanya tercenung mendengar penjelasan komandan kepolisian, tentang Aira.
"Apa, saya bisa menjaminkan keselamatan Aira? Saya sudah menarik semua video yang menampilkan wajahnya!" Ucap Andra penuh harap.
Devan merasa merinding. Begitu juga Ken. Ia tak menyangka jika kakak ipar sepupunya itu adalah wanita yang paling dicari.
"Saya bisa menjaminkan keselamatan Aira, istri saya dengan nyawa saya sendiri, Pak Komandan!" Ujar Devan tegas.
Andrea bernapas lega. Hampir selama sebelas tahun menyembunyikan identitas Aira. Menenggelamkan semua bakat dan keahlian gadis itu agar tidak tercium oleh siapapun.
Kali ini, pria yang dulu menjadi kakak asuh Aira memberi tahu. Siapa wanita yang dinikahi oleh Devano Bramantyo itu.
Sementara di tempat lain. Tiana yang sudah sampai kamarnya bisa bernapas lega. Masalahnya sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya jantung gadis itu berdetak kencang. Selain rasa takut yang mendominasi. Tapi, ada rasa lain yang menyeruak ketika netra Jaka menghujam penglihatannya.
"Nggak atasannya kayak gitu. Bawahannya nggak jauh beda!" Umpat Tiana kesal.
"Baru kali ini, gue Tiana Bheezha Handika merasa terintimidasi oleh laki-laki!" Ujarnya bermonolog.
"Sejarah terbesar juga. Seorang Aira Pramesti Irawan tertunduk oleh tatapan laki-laki!" Lanjutnya.
"Aish .... ya harus lah! Devan itu kan suaminya!" Teriaknya lagi.
"Ah ... diamlah Kau Tiana! Jangan jadi gila sama lelaki menyeramkan itu!'
Tiana memejamkan matanya. Tapi lagi-lagi wajah Jaka melintas dengan tatapan dinginnya.
"Ck ... brengs**! Enyah kau laki-laki horor!'
Alhasil. Tiana uring-uringan hingga waktu nyaris subuh. Baru ia tertidur.
Bersambung.
Widih ... Kenapa lu Tiana?
Eh ... Aira kok jadi misterius gini ya? Siapa sih doi?
Next?
triple update
keren kan othor 😂😘
x mau devan... apalagi anu2 devan dh disentuh oleh tangannya si model itu bah
yaah airaa aku kira kamu akan mendiamkan dan membalas sakit hatimu .aku krcewa