Hamil atau tidak, Danesh dengan tegas mengatakan akan menikahinya, tapi hal itu tak serta merta membuat Dhera bahagia.
Pasalnya, ia melihat dengan jelas, bagaimana tangis kesedihan serta raungan Danesh, ketika melihat tubuh Renata lebur di antara ledakan besar malam itu.
Maka dengan berat hati Dhera melangkah pergi, kendati dua garis merah telah ia lihat dengan jelas pagi ini.
Memilih menjauh dari kehidupan Danesh dan segala yang berhubungan dengan pria itu. Namun, lagi-lagi, suatu kejadian kembali mempertemukan mereka.
Akankah Danesh tetap menepati janjinya?
Bagaimana reaksi Danesh, ketika Dhera tetap bersikeras menolak lamarannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#20. Rumah Dhera. Part 4•
#20
Ting
Tong
Bunyi bel pintu, mengalihkan perhatian semua orang. sang ART yang sejak tadi diam di belakang takut menunjukkan wajahnya, kini tampak berjalan ke arah pintu.
“Selamat siang semua, maafkan Saya Tuan Andre, karena sudah membuat Anda menunggu. Karena acara di tempat sebelumnya mundur satu jam dari jadwal seharusnya.”
Wajah pria paruh baya tersebut tampak lelah, terlihat sekali jika ia terburu-buru, harap maklum karena orang yang menunggunya adalah tuan besar Geraldy.
“Tidak apa-apa Pak, karena pembicaraan penting baru saja usai.” Daddy Andre berdiri, dan bersalaman dengan pria yang baru saja datang tersebut.
Daddy Andre memperkenalkan pria yang baru saja datang tersebut pada Ayah Randi. “Tuan Randi, perkenalkan, ini Tuan Haikal.”
“Tuan Haikal adalah penghulu kenalan Saya.”
Danesh tampak terkejut ketika mendengar pembicaraan daddy Andre. “D-Dad … kenapa Daddy memanggil penghulu?” tanya Danesh penasaran, firasatnya mengatakan akan terjadi pernikahan. Bukan bermaksud mengelak apalagi menolak, hanya saja dirinya memang belum seratus persen mempersiapkannya.
“Diam!” Namun kalimat tegas tersebut, seketika membuat Danesh berhenti bicara, sekaligus memberangus rasa ingin tahunya.
Sebenarnya niat Danesh datang ke Jakarta hanya untuk melamar Dhera, dan setelah orang tua dari kedua belah pihak setuju, barulah Danesh membawa Dhera pulang ke Jakarta agar bisa menikahi wanita yang kini mengandung anak-anaknya tersebut dengan layak.
Tapi ternyata Daddy Andre membuyarkan semua rencana indahnya, dan akhirnya Danesh hanya bisa pasrah karena kini di hadapan kedua orang tuanya, calon mertuanya, dan dua saksi laki-laki. Ia tengah menjabat tangan Ayah Randi.
“Apes bener nasibku, mana ada pengantin baru yang wajahnya amburadul kayak begini.” Dalam hati Danesh mengumpat dengan perasaan dongkol luar biasa.
“Tunggu, mas kawinnya mana?” Tanya pak penghulu.
Mommy Bella baru teringat kotak perhiasan yang ia bawa dari rumah, dengan niat mengunci sasaran. Syukurlah, perhiasan itu kini bisa digunakan dengan semestinya dan di waktu yang tepat.
Kotak beludru itu memiliki detail ukiran bunga di setiap tepinya, bukan hanya terlihat indah, tapi juga mewah, dan berkelas. Isinya tentu saja satu set perhiasan, berupa kalung, sepasang anting, gelang, dan tentu sebuah cincin. Bening berkilau karena berhiaskan berlian.
Syukurlah Mommy Bella menyisakan edisi spesial dari setiap seri baru yang baru saja diluncurkan perusahaannya. Karena momen seperti inilah yang Mommy Bella takutkan sejak dulu. Semua serba tiba-tiba, seperti ide si penulis cerita yang selalu jahara. 😏🤧
“Ini mas kawinnya, kurang lebih nilainya 900 juta rupiah,” ujar mommy Bella, enteng saja sepertinya uang sebesar itu hanya setara dengan 900 rupiah saja. 🥲💰
“Dan satu lagi Pak … “ Danesh tak ingin diam saja, ia pun turut menambahkan jumlah mahar yang hendak ia berikan pada calon ibu dari anak-anaknya. Tak ayal lagi, semua orang tercengang, setelah mengetahui ternyata mahar yang diberikan mempelai pria sangat tidak biasa.
Kedua mata Danesh kini ditatap dengan tajam oleh ayah Randi, karena ijab akan segera dimulai, namun alih-alih mengucap ijab, ayah Randi justru kembali bicara, karena sejak tadi ia hanya diam, meski setuju dengan usulan calon besannya.
“Aku memang bukan seorang ayah yang baik, tapi Setelah ini, tanggung jawabku atas Dhera akan berpindah kepadamu, Aku tak boleh dan tak bisa lagi mencampuri urusan rumah tangga Kalian. Kamu yang akan memikul beban berat istri dan anak-anakmu.” Danesh mengangguk yakin.
“Tapi bukan berarti Aku lepas tangan, karena jika kamu melalaikan kewajibanmu pada mereka. Maka bukan lagi hentaman yang akan Kamu dapatkan, tapi … ini … “
Jika tadi Danesh mengangguk, dan iya-iya saja, maka kini Danesh menelan ludah dengan susah payah, dadanya bergemuruh kencang mengalahkan gegap gempita genderang peperangan. Selain karena kalimat mendalam seorang ayah yang akan melepas putri tersayangannya, Ayah Randi juga mengarahkan jari telunjuknya di pelipis Danesh, seolah-olah sedang menodongkan senjata api.
“Ahahaha … iya, baiklah, jika semua sudah siap, dan mahar juga sudah Saya catat, mari kita mulai ke acara inti.” Pak penghulu yang melihat hal yang tidak biasa, berusaha mencairkan suasana.
Kedua tangannya menggenggam erat, tangan Danesh dan ayah Randi yang sedang bersalaman. Kemudian pria itu menyodorkan secarik kertas yang bertuliskan kalimat ijab, lengkap dengan jumlah mahar dari mempelai pria.
Di detik-detik ini, Danesh merasa waktu berjalan semakin lambat, tapi detak jantungnya justru berdetak semakin kencang, layaknya kuda yang sedang berlari di pacuan. Saat-saat seperti ini adalah saat yang sangat sentimental bagi seorang Ayah, yang memiliki anak perempuan.
“Saudara Danesh Alexander Geraldy... "
Paling mulutnya yang rame macam petasan
Kamu msh cinta Dhesi kan...? Ayo benjuang lagi....
Cemungutz Qomar....😂😂😂😂😂
Alhamdulillah,,akhirnya Bu Rita sadar juga...
Eh....siapa gerangan yg diruangan dokter Gadisha...?
Tenang saja Qomar atawa Marco Bu Rita kan gak tahu kalau kamu polisi yg hebat , anak buahnya kapten Danesh??🤔😇😇