Arden membenci wanita gendut yang merupakan teman masa kecilnya. Permusuhan itu semakin menjadi ketika Kayla bertunangan dengan pria bernama Steve. Selain kebencian, ada yang aneh dari sikap Arden ketika bertatapan dengan Kayla. Hasrat untuk memiliki wanita itu timbul dalam benaknya.
Sekuel dari Istri Rasa Simpanan.
Follow IG : renitaria7796
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Kayla
"Alex, kamu pergilah. Aku akan bersamanya," ucap Kayla.
"Memangnya dia siapamu, sih?" tanya Alex.
"Sialan! Kamu yang siapa?" Arden mencengkeram kerah kaus yang dipakai Alex dan Kayla lekas melerai adegan pertengkaran itu termasuk kru kapal.
Ini sungguh memalukan. Seharusnya Kayla tidak membuat masalah. Ia tahu sifat Arden yang gegabah jika itu menyangkut dirinya atau Anthea. Sejak kecil Davin saja dibuat kesal karena berbuat baik padanya. Arden sangat cemburu sejak dulu.
"Lepaskan dia, Arden! Aku tidak akan bicara padamu jika berkelahi," ancam Kayla.
Arden melepas cengkeramannya, tetapi Alex tidak terima lantas memberi bogem mentah di wajah Arden. Kayla terkesiap begitu juga dengan yang lain. Arden tidak mau kalah dan membalas tinjuan itu dua kali lipat.
"Kalian! Hentikan!" ucap kru kapal yang datang dari berbagai sisi termasuk pengunjung yang melerai keduanya.
Kayla merangkul pinggang Arden agar diam di tempat sementara Alex dibawa turun oleh pengunjung yang lain. Dua orang pria berebut satu wanita. Kayla bukan senang, melainkan sangat malu akan situasi ini.
Kayla membungkuk memohon maaf kepada yang lain karena pertengkaran itu. Ia segera menarik tangan Arden menuju kabin. Pintu dibuka, keduanya masuk, lalu Kayla menutup dengan membantingnya.
"Puas! Tidak malu bertengkar seperti itu?" ucap Kayla kesal.
"Jadi, ini semua salahku begitu? Dia yang mulai!" ujar Arden tidak kalah kerasnya.
"Seharusnya kamu tidak meladeninya. Kita telah membuat keributan. Kamu sama sekali tidak berubah. Memang apa salahnya jika aku bersama Alex?" tanya Kayla marah.
"Kamu sudah berjanji untuk bersamaku. Kita akan gila bersama. Kamu lupa dengan ucapanmu kemarin?"
"Hanya satu hari, Arden! Hari ini aku bebas untuk kencan dengan pria mana pun."
"Oh, jadi ini kehidupan bebas yang kamu inginkan? Berganti-ganti pasangan, tidur bersama mereka. Apa itu yang kamu inginkan?" Arden menatap tajam Kayla. Ia mencengkeram kedua lengan wanita itu. "Aku bisa! Aku bisa melakukan apa pun yang kamu minta."
Kayla menatap mata Arden. "Arden. A-aku .... "
"Kita sudah terlalu jauh. Kenapa harus berhenti sekarang? Lanjutkan saja. Aku akan menjadi apa yang kamu inginkan," ucap Arden.
Kayla mengangguk. Arden langsung memeluknya dengan erat. Mengecup puncak kepala Kayla beberapa kali seolah takut wanita itu akan pergi.
Arden menunduk, ia meraih dagu Kayla, lalu mendaratkan kecupan di bibir sana. Kayla terdiam. Ia menerima perlakuan lembut Arden.
"Ayo, ikut bersamaku. Aku sudah menyewa hotel," kata Arden.
Lagi-lagi Kayla mengangguk. Ia menuruti ucapan Arden. Mengikuti ke mana langkah pria itu. Kayla masih terngiang-ngiang atas ucapan sahabat kecilnya.
Sudah terlanjur. Kenapa harus berhenti?
Ya! Kata-kata itu. Arden dan Kayla telah melakukan sentuhan fisik yang lebih dekat. Arden memang benar. Mereka telah berhubungan jauh. Sudah bertindak sebagai orang asing dan berjanji untuk melakukan tindakan gila bersama.
Arden adalah sahabatnya. Mengetahui segala tentang dirinya. Kayla menatap punggung lebar Arden. Ya! Pria itu yang telah menawarkan diri untuk menjadi apa pun baginya. Ya, Kayla akan menerimanya. Arden adalah pengobat hatinya yang terluka.
"Arden!" seru Kayla.
Arden berhenti melangkah. Ia memutar diri menatap Kayla. "Ya."
Kayla memandangnya. "Aku akan terus bersamamu."
Arden tersenyum, ia kembali memeluk Kayla. "Iya, aku tidak akan meninggalkanmu."
"Terima kasih. Kamu sahabat terbaikku."
Arden tersentak mendengarnya. "Lupakan itu. Lebih baik kita bersenang-senang."
Senyum manis terbit di bibir Kayla. Wajahnya kembali ceria dan Arden senang memandangnya. Sekarang Arden tidak peduli anggapan Kayla. Yang Arden tahu adalah mereka akan tetap bersama.
...****************...
"Wah! Berapa uang yang kamu habiskan untuk menginap di resort dengan pemandangan laut seperti ini?" tanya Kayla.
"Tidak usah pikirkan soal itu. Aku sudah merencanakan liburan. Jadi, aku menabung untuk setiap persinggahan," jawab Arden.
Arden membawa Kayla menginap di resort berbintang. Mereka berada di Negril Beach. Di sana banyak terdapat resort lengkap dengan fasilitas lengkap.
"Sore nanti aku ingin melihat matahari terbenam," kata Kayla.
Negril Beach, merupakan pantai pasir putih dengan air laut yang indah. Disebut juga sebagai pantai panjang dan terdapat Tebing Negril di atas laut dengan tumbuhan karang yang menjadi favorit pengunjung untuk menikmati matahari terbenam.
"Besok kita coba untuk wisata laut. Kita snorkeling," ucap Arden.
"Aku mau!" seru Kayla.
Arden menepuk sisi tempat tidur sebelahnya. Kayla berlari duduk di samping pria itu. Arden menjatuhkan dirinya bersama Kayla di atas tempat tidur.
"Sebelum itu, kita lakukan hal menarik," bisik Arden dengan meniup telinga Kayla.
Kayla terkikik geli. Ia mengusap bahu bidang dari Arden, lalu jari-jemarinya menyusuri rahang tegas dari pria itu. Kayla berinisiatif sendiri. Ia mengecup rahang Arden. Perlahan kecupan itu bergeser ke ujung bibir sampai Kayla menemukan bagian terfavorit untuk dicecap.
Kayla menyusuri bibir Arden dengan indra perasanya. Ia menggelitik, mencoba untuk masuk ke dalamnya. Menuntut Arden beradu bersamanya. Arden menerima godaan itu. Ia membelit, memainkan indra perasanya. Membuat bibir Kayla basah oleh ludahnya.
Arden menarik baju dari belakang lehernya. Ia membuka kaus dalam, tali pinggang, lalu membuangnya ke lantai. Kayla memeluknya, ia merasakan hangatnya tubuh Arden dalam dekapannya.
"Kayla," bisik Arden.
Kayla mengecup bahu lebar Arden. Kecupannya naik ke leher jenjang sampai pada daun telinga dan di sana Kayla memberikan gigitan kecil yang membuat Arden tersengat gairah.
Keduanya kembali menyatukan bibir. Arden memeluk Kayla, memutar posisi agar ia dapat lebih leluasa menyusuri tubuh indah wanita itu. Hal yang baik untuk Kayla. Ia bisa mengusap dan menatap bagian depan tubuh Arden.
"Delapan otot yang seksi. Kamu pasti bekerja keras," ucap Kayla.
"Ya, seperti dirimu." Arden beringsut duduk dengan Kayla tetap di pangkuannya. Ia meraih tengkuk belakang Kayla, dan kembali meminta wanitanya melakukan permainan menyesap bibir.
Jemari Arden turun ke bawah. Menyelinap masuk ke balik blouse yang Kayla pakai. Lima jari mengangkat pakaian yang Kayla kenakan. Menyusuri punggung halus yang sudah lama Arden nantikan. Tidak cukup dengan itu, ia menambahkan tangan lainnya.
Arden memeluk, mengusap dari atas ke bawah, lalu berpindah pada perut rata Kayla. Menggelitik inti di sana yang membuat Kayla memindahkan kecupannya di tulang selangka Arden.
"Bolehkah," bisik Arden, di saat ia ingin menuju kain katun yang Kayla pakai pada bagian dalam.
Lagi-lagi Kayla mengganguk. Ia ingin merasakan sentuhan di sana. "Iya."
Arden menatap Kayla, kembali mengecup bibir wanita itu kemudian menjatuhkannya di atas tempat tidur. Arden masih bermain dengan jari-jarinya di perut rata Kayla. Ia memberanikan diri untuk mengecupnya yang berhasil membuat Kayla mengeluarkan suara berat. Bukan hanya kecupan, tetapi sapuan indra perasa yang menggelitik titik pusat Kayla sampai dering telepon membuyarkan semuanya.
"Siapa, sih?" Arden meraih gawai di atas nakas. Ia terbelalak melihat panggilan video dari seseorang di sana. "Ini Aretha."
"Jangan bilang kita bersama," kata Kayla, lalu menarik selimut menutupi dirinya.
Bersambung