Visual Cast bisa cek Tiktok @Raline_Story 94
Menceritakan kisah wanita muda yang baru menyelesaikan pendidikan Spesialisnya dikairo. Ia terpaksa harus menikahi seorang CEO yang kejam, dan tidak tersentuh. Pria itu adalah calon suami kakaknya. Ia terpaksa menjadi wanita pengganti di pernikahan mereka. Karena sang kakak yang memilih kabur tepat dihari pernikahan mereka.
Ayyura dan Aydeen pernah bertemu berapa tahun yang lalu di Newyork sebelum Ayyura menutup dirinya seperti ini. Ayyura seakan tidak mengingat wajah Aydeen sama sekali. Sedangkan, Ayyura sudah mengenakan cadar saat ini, otomatis Aydeen belum bisa mengenali wajahnya Yura sekarang.
Yang penasaran bagaimana kelanjutannya?
silahkan dibaca gaes ..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raline_Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5 Rumah Baru
"Aku akan pergi keperusahaan sebentar"! ucap Aydeen kembali acuh.
Mereka baru saja sampai, di mansion mewah miliknya Aydeen. Sebenarnya Mansion ini akan ia jadikan mahar untuk menikahi Malika. Siapa sangka malah ia tinggali dengan Ayyura, gadis yang sebelumnya belum pernah ia jumpai, yang tak lain saudara dari Malika sendiri.
Ayyura hanya mengangguk kecil.
"Kamarku ada disebelah sana, dilantai dua".
Aydeen mendongak lalu menunjuk ke atas.
Lagi-lagi Ayyura hanya menjawab dengan sebuah anggukan pelan tanpa ekspresi.
Mereka mulai berjalan menaiki anak tangga satu persatu, agar bisa sampai kelantai atas.
Setelah sampai di lantai atas, disana terdapat ada dua ruangan yang bersebelahan.
"Ini adalah kamarku". ucap Aydeen menunjuk kamar yang pertama sebelah kanan.
Ayyura langsung mendorong kopernya ke arah ruangan yang berlawanan sebelah Kiri.
Sebuah kamar tepatnya bersebelahan dengan kamar suaminya. Aydeen yang mulai heran langsung mengerutkan keningnya.
"Sudah ku bilang kamarku yang ini"!
Aydeen yang mulai kesal, lalu menahan koper Yura dengan satu tangannya.
"Berarti itu kamarku". jawab Ayyura menunjuk ruangan disebelah kamarnya Aydeen.
"Itu kamar tamu Yura"! ucap Aydeen kesal.
Ayyura Sontak mulai mengangkat wajahnya, lalu memberanikan diri menatap wajah suaminya yang begitu angkuh di matanya itu.
Ia menghela nafasnya dengan pelan ..
"Aku juga tamu disini Bang". jawab Yura sedikit sinis, sambil menatap wajah suaminya yang arogan itu.
Keduanya saling menatap ..
Aydeen menatap lekat kedua manik mata itu.
Karena hanya bagian itu saja yang bisa terlihat, sorot matanya yang indah dan menyejukkan tapi terlihat sayu dan memerah. Mata yang menyimpan sejuta kesedihan didalamnya.
"Kita tidak mungkin tidur satu kamar kan"? tanya Ayyura dengan suara sedikit bergetar, karena berusaha menahan tangisnya.
Aydeen semakin menatap lekat mata sendunya Ayyura, yang kini sudah terlihat berkaca-kaca seperti ada sesuatu yang dia tahan.
"Tidak"! bantah Aydeen.
"Kau benar mana mungkin Aku sudi tidur sekamar dengan Wanita Asing sepertimu"!
"Aku bahkan merasa tidak nyaman jika selalu berada didekatmu, terlebih lagi melihat Kamu dengan penampilan tertutup seperti ini". jawab Aydeen sambil mengalihkan pandangan ke arah lain.
Entah mengapa ia merasa tidak tahan, saat melihat matanya Yura seperti ingin menangis.
"Wanita Asing katanya"?
"Kau juga sama, Kau adalah pria Asing Bang Aydeen, sebelumnya. Aku juga tidak pernah mengenalmu"!
"Astaghfirullah ya Allah". batin Ayyura sedih.
"Kenapa Kau diam, Kau tidak suka dengan ucapanku barusan, jujur Aku belum terbiasa melihat Kamu dengan pakaian serba hitam seperti ini".
"Kita ini di Indonesia, bukan di Arab sana"!
Ayyura tersentak mendengar ucapan monohok dari suaminya itu. Dengan langkah mantap Ayyura mendorong kopernya kembali. Ia segera masuk kedalam kamar yang ada disebelah
Sementara Aydeen terus memperhatikan istrinya dari belakang, hingga akhirnya istrinya menghilang dibalik pintu kamar nya.
""Apa perkataan ku barusan sedikit kasar"?
"Atau .."? Aydeen kembali mengingat kejadian satu jam yang lalu, disaat mereka masih dalam perjalanan. Aydeen sempat membuat sebuah perjanjian pra nikah dengan Ayyura, istrinya.
Flash back on ..
Saat sudah setengah perjalanan menuju mansion miliknya, Aydeen merasa gelisah. Lalu ia menepikan mobilnya kepinggir jalan. Ayyura kaget, ia menoleh ke arah suaminya.
"Kenapa kita berhenti disini Bang"? tanya Yura.
"Ada hal yang ingin Aku sampaikan, penting"! ucap Aydeen memberi dua lembar kertas yang ada ditangannya. Dua buah kertas yang isinya sebuah perjanjian pra nikah di dalam nya.
"Apa ini"? ucap Yura pelan.
"Silahkan dibaca baik-baik"! titah Aydeen.
Ayyura mulai membaca setiap kata yang tertulis di setiap lembar kertas itu.
Ia mulai sesak saat membaca setiap kalimat yang di tulis pada perjanjian itu, semuanya tidak ada yang menguntungkan dirinya. Sebagai pihak kedua Ayyura merasa sangat dirugikan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Secara singkat perjanjian mengatakan ..
Pihak pertama : Aydeen Fayadh Addison
Pihak kedua : Ayyura Fayda Haya
Dan kesimpulan dari isinya seperti ini ..
Pihak pertama memegang semua kendali atas seluruh hidupnya pihak kedua.
Pihak kedua harus melayani semua keperluan
Pihak pertama dengan secara tulus dan ikhlas.
Pihak kedua dilarang meminta nafkah batin kepada pihak pertama tanpa seizin dari Pihak pertama terlebih dulu.
Pihak pertama akan memenuhi nafkah lahirnya pihak kedua sesuai yang ia butuhkan.
Pihak kedua dilarang mengurusi dan ikut campur semua urusan pribadi pihak pertama.
Pihak pertama dan pihak kedua dilarang membocorkan semua kesepakatan ini kepada siapapun termasuk kedua orang tua dua pihak.
Jika sedang berada didekat keluarga dua pihak, pihak pertama dan pihak kedua harus terlihat sepeti keluarga yang harmonis.
Jika sampai orang lain tahu tentang perjanjian dan kesepakatan ini, semua kesalahan akan dilimpahkan kepada pihak kedua.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Ayyura tersentak melihat tiap bait di kertas itu.
Kemudian ia menarik nafasnya dalam-dalam.
"Hmm, cukup satu tahun"! ucap Ayyura tiba-tiba tanpa melihat sang suami disampingnya.
Ayyura masih fokus melihat tiap kalimat yang terlontar di atas perjanjian itu. Aydeen terlihat kaget, lalu menoleh ke arah istrinya, ia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Ayyura saat ini.
"Setelah satu tahun menikah, mari bercerai".
ucap Ayyura datar dengan tatapan kosongnya.
Aydeen terlihat lebih kaget lagi, ia langsung memandang Ayyura lekat, ia masih tetap fokus melihat lembaran perjanjian itu.
"Apa maksud Kamu"? tanya Aydeen sembari
melihat wajah istrinya yang ditutupi oleh cadar.
"Aku yakin orang tua kita akan mengerti nanti, pernikahan karena perjodohan, banyak yang tidak berhasil, apalagi kasus seperti Aku ini, hanyalah seorang yang menjadi wanita pengganti kakak ku"!
sindir Ayyura secara halus, tanpa melihat ke arah suaminya yang menyebalkan itu.
Aydeen termenung sejenak lalu berpikir ..
Kini ia sedikit mengerti ternyata bukan dirinya saja, yang turut merasakan keterpaksaan dari pernikahan ini, namun nyatanya Ayyura juga, merasakan hal yang sama sepertinya saat ini.
"Baiklah kalau begitu, Aku setuju"! jawab Aydeen.
Kemudian ia menghidupkan kembali mobilnya dan melajukan kembali kendaraannya.
Aydeen tersenyum tipis, ia merasa sangat lega sekaligus senang tentunya. Karena keputusan Yura barusan seperti memberikan angin segar, untuk hubungannya dengan Malika nantinya.
Sementara dibalik cadarnya, Ayyura sedari tadi berusaha nampak tenang dan tegar, walaupun pada kenyataan nya hatinya sangatlah rapuh.
Jika perpisahan ini sampai terjadi akan banyak hati yang terluka. Yura mulai membayangkan bagaimana kecewa hati kedua orang tuanya, kedua mertuanya, dan masih banyak hati yang akan terluka oleh perpisahan ini nantinya.
Flash back off ..
Ayyura mulai membuka cadar dan hijab yang ia kenakan seharian ini, Kemudian ia menatap dirinya, pada pantulan cermin besar yang ada dikamarnya. Lalu ia membuka baju syar'inya, dan menggantinya dengan gaun rumahan.
"Sungguh lagi-lagi kecantikan ini membawa sial dan malapetaka bagiku ya rabb, keputusanku untuk menutupi semuanya, sudah benar kali ini".
"Suamiku saja merasa enggan melihatnya".
"Dulu, Aku selalu bangga memperlihatkan, lekuk tubuhku yang sempurna kepada semua orang".
"Naudzubillahi mindzalik". lirih Yura pelan.
"Apa katanya tadi, ia merasa tidak nyaman dengan penampilan tertutupku ini".
"Apa Aku harus mengobral semua tubuhku, kepada orang lain baru ia merasa nyaman"!
"Dasar pria pecundang"! gerutu Ayyura kesal.
Sedangkan Aydeen tidak jadi pergi kekantornya.
ia masih bingung dengan sikapnya Ayyura.
Tiba-tiba ponselnya Aydeen berbunyi dan ia segera mengangkatnya dengan cepat. Ia sudah hapal,
siapa yang berani menelponnya di jam segini.
"Hallo Assalammualaikum, Bang"? sapa Hanna.
"Hmm Walaikumsalam Mam". jawab Aydeen.
"Kok enggak ngabarin Mami dan Abi kalau kalian sudah sampai nak, mana Yura Bang"?
"Hmm, kita berdua baru saja sampai Mam".
"Ehh ini, kita juga lagi beres-beres pakaian".
"Bisa kasihkan Ponselnya kepada Yura, Bang"?
"Yu-yura, eeh"? "Aduh bagaimana ini"?
"Yura lagi dikamar mandi sepertinya Mam".
dusta Aydeen, ia begitu gugup.
"Tolong panggilkan Yura sebentar, Bang"!
titah Hanna tidak mau dibantah.
Aydeen menghela nafasnya, lalu keluar dari kamarnya menuju kekamar sebelahnya.
"Hmm sebentar, akan Abang panggilkan dulu".
jawabnya lesu.
Aydeen mengetok pintu kamarnya Ayyura. sembari ber Acting, seakan-akan Yura memang berada didalam kamar mandi.
Tok .. toktok .. tok .. toktok ..
"Yura .. Yura .. ini ada telpon dari Mami".
teriak Aydeen sengaja.
"Mam sepertinya Yura sedang mandi nih".
dusta Aydeen lagi.
"Hah Kamu serius bang, malam-malam begini".
sahut Hanna dari seberang telponnya.
"Benar mam". tipu Aydeen tersenyum kikuk.
"Baiklah, maaf sudah mengganggu kalian".
"Biar besok Mami telpon Yura lagi". cicit Hanna
"Mami tutup dulu ya nak, Assalammualaikum".
"Oke Mam siap, Walaikumsalam". jawab Aydeen, tersenyum menyeringai, baru saja ia ingin kembali kekamarnya.
Ceklek ..
Ayyura lebih dulu membuka pintu kamarnya.
Wanita ini keluar juga akhirnya, pikirnya ..
Aydeen tersenyum kecut, ketika melihat Ayyura keluar dengan pakaian syari lengkap begitu dengan cadarnya juga.
Aydeen menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir, Ayyura tetap memakai cadar dimalam hari seperti ini, bahkan di dalam kamar disaat tidak ada orang lain, selain dirinya sendiri.
Bahkan dihadapan ia saja, Ayyura belum pernah menampakkan wajah aslinya kepada dirinya,
yang notabene nya kini adalah suami sahnya.
Padahal mereka sudah halal, Aydeen berhak melihat wajahnya, bahkan menyentuh seluruh tubuhnya jika Aydeen mau malam ini.
semakin kesini akan semakin seru