Widia Ningsih, gadis berusia 21 tahun itu kerap kali mendapatkan hinaan. Lontaran caci maki dari uanya sendiri yang bernama Henti, juga sepupunya Dela . Ia geram setiap kali mendapatkan perlakuan kasar dari mereka berdua . Apalagi jika sudah menyakiti hati orang tuanya. Widi pun bertekad kuat ingin bekerja keras untuk membahagiakan orang tuanya serta membeli mulut-mulut orang yang telah mencercanya selama ini. Widi, Ia tumbuh menjadi wanita karir yang sukses di usianya yang terbilang cukup muda. Sehingga orang-orang yang sebelumnya menatapnya hanya sebelah mata pun akan merasa malu karena perlakuan kasar mereka selama ini.
Penasaran dengan cerita nya yuk langsung aja kita baca....
Yuk ramaikan ....
Update setiap hari...
Selamat membaca....
Semoga suka dengan cerita nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Keesokan harinya, Widi pamit berangkat kerja pada kedua orang tuanya. Setelah kepergian Widi. Nia dan Wendi langsung bergegas pergi ke suatu tempat yang tanpa diketahui oleh Widi.
"Ayo Bu, cepetan!" titah Wendi yang tidak sabaran.
"Iya Pak, sebentar mau ambil tas dulu." Nia mengayunkan kaki nya masuk ke dalam rumah untuk mengambil sesuatu.
"Ayo Pak kita berangkat!" sahut Nia sudah kembali berdiri di samping suaminya.
"Sudah tidak ada yang ketinggalan lagi?" tanya Wendi seraya menatap istrinya dari atas hingga ke bawah.
"Sudah siap semua Pak, yuk," balas Nia langsung menggandeng tangan suaminya
Mereka langsung masuk ke dalam mobil yang sudah disiapkan sopir pribadinya, dipertengahan jalan, Nia merasa takut untuk bertemu sama kakaknya sendiri. Mengingat kejadian dulu yang sangat kejam.
"Bapak yakin mau ke rumahnya?" tanya Nia dengan rasa gugup di hatinya.
"Iya yakin, kenapa Bu?"
"Nggak ada apa-apa kok Pak," balasnya dengan cepat, menutupi rasa gugupnya.
"Apa Ibu takut?" tanya Wendi dengan penasaran.
"Enggak kok, Siapa yang takut?" balas Nia dengan melas terlihat dari raut wajahnya.
"Maaf Bu, dari yang saya tanggapi jangan takut sama orang yang pernah menyakiti kita ," Sambung Leon sopir pribadi mereka.
"Tuh dengerin!" ledek Wendi. Meskipun caranya salah, Wendi tetap mensupport istrinya agar berani menghadapi sesuatu .
"Maaf Pak Leon. Apa saya terlihat sangat takut?" tanya Nia masih meragukan kemampuannya.
Leon pun langsung melihat ke arah Nia Ibu dari majikannya.
"Sedikit sih hehehe. Nggak usah takut sama mereka, semakin kita takut semakin mereka mudah menjatuhkan harga diri kita." support Leon.
"Orang seperti mereka itu sangat gampang untuk dilawan, apalagi Ibu dan Bapak di dalam mobil mewah yang sudah dibelikan oleh anak kalian. Saya yakin mereka akan bertekuk lutut di depan Ibu dan Bapak," sambung Leon Seraya tersenyum ke arah majikannya, ucapan membuat mereka bahagia. Amanah yang disampaikan oleh Widi. Nia dan Wendi pun merasa bimbang.
"Tapi, anak kami meminta merahasiakan semuanya sebelum ia yang membongkar atas kesuksesannya selama ini."
"Nggak apa-apa Bu, percaya sama saya. Tidak lama lagi dan Bapak akan membayar semua hinaan mereka dengan kesuksesannya. Itu karena mereka belum mengetahui bahwa nona Widi memiliki beberapa aset saham," ucapan Leon semakin meyakinkan orang tua Widi.
"Apalagi masalah yang viral itu, saya sangat yakin itu pasti ulah mereka. Biasanya yang menghianati kita sendiri itu orang terdekat, bukan orang jauh." seketika ucapan Leon mampu membuat Nia membuang rasa takut.
"Terima kasih Pak Leon, sudah meyakinkan saya, insya Allah saya tidak takut lagi," balas Nia dengan tersenyum bahagia, iya tuh mendadak berubah menjadi orang yang percaya diri.
"Nah, gitu dong Bu. Kita harus percaya diri dan berani, supaya orang-orang tidak gampang menjatuhkan kita untuk kedua kalinya." seru Wendi memberi semangat pada Nia.
Leon tersenyum melihat orang tua majikannya kembali ceria melalui kaca tengah, begitu juga dengan Nia. Ia merasa bangga ternyata masih ada orang yang sangat peduli dengan kehidupannya.
Tidak berselang lama mobil yang mereka tumpangi, berhenti di jalanan tepat di depan rumah lama.
"Apa ini rumahnya Bu Pak?" tanya Leon yang celingak-celinguk mencari lokasi.
Nia dan Wendi melihat ke arah luar mobil, mereka bingung melihat tanah bekas rumah lamanya sudah dijadikan warung oleh seseorang.
"Ini kan tanah kita yang lama Pak, kok bisa berubah?" tanya Nia yang dilanda kebingungan, begitu juga dengan Wendi sama halnya dengan Nia.
"Memangnya nona Widi tidak memberitahu sama Ibu dan Bapak," tanya Leon heran melihat Nia dan Wendi yang kebingungan. Lantas mereka langsung keluar dari mobil, tidak menyangka tetangga lama Nia dan Leon menyambut kedatangan mereka begitu keluar dari mobil.
"Mbak Nia," pekik seseorang dari kejauhan, Nia pun langsung menoleh begitu mendengar namanya dipanggil.
"Udah lama tidak datang kemari, apa kabarnya Mbak Nia, Mas Wendi." sahutnya dengan nafas ngos-ngosan, ya Mbak Yulia lah yang melihatnya dari kejauhan.
"Ngomong-ngomong ini mobil mewah punya siapa? Kalau punya Mbak Nia dan Mas Wendi kayaknya nggak mungkin deh," ucap Mbak Yulia dengan tatapan meremehkan.
"Kenapa tidak mungkin? Semua orang bisa kok memiliki mobil mewah ini," sambung Leon dengan ketus, ternyata Leon sudah ditugaskan oleh Widi untuk melindungi kedua orang tuanya dari orang jahat. Mengingat orang tuanya sangat sabar menanggapi hinaan.
Nia langsung memberi kode pada Leon agar tidak menimbulkan masalah, seketika Mbak Yulia langsung menoleh ke arah Leon dengan tatapan tajam.
"Kamu siapanya Mbak Nia dan Mas Wendi?" tanya Mbak Yulia menatap dari kepala hingga ke kaki.
"Mbak Yulia. Ini punya siapa?" tanya Nia menunjuk ke arah rumah lamanya yang sudah diubah, Nia mengalihkan pembicaraan agar tidak terjadi kerIbutan.
"Loh, bukannya kamu sudah tahu Mbak?" seketika Mbak Yulia bingung dengan ucapan Nia.
"Memangnya ada apa Mbak Yulia? Rumah Mbak Henti juga kelihatannya kok sepi ya?"
"Oh, kalau Mbak Henti mah ke pasar. Eh memangnya Widi kerja apa sih, Mbak?" jiwa kepo Mbak Yulia pun meronta-ronta.
"Ayo kita masuk saja ke dalam, takut nona Widi tahu kita ada di sini." titah Leon.
Wendi dan Nia pun langsung bergegas masuk ke rumah yang sudah di ubah oleh Widi tanpa sepengetahuan mereka berdua.
"Mbak Nia, kok nggak jawab pertanyaan aku?" pekik Mbak Yulia yang ditinggalkan begitu saja oleh Nia.
"Assalamualaikum," ucap salam Wendi begitu berdiri di teras warung tersebut.
"Waalaikumsalam," balasnya yang terdengar dari dalam.
"Iya Bu, Pak. Mau pesan apa?" sambungnya lagi dengan sopan.
"Maaf Mbak, saya gak pesan apa-apa. Kedatangan saya ke sini mau tanya-tanya sebentar, boleh?" balas Nia dengan tersenyum.
"Boleh Bu, silahkan duduk dulu." titahnya dengan lembut.
"Terima kasih."
"Terima kasih."
Wendi, Nia dan Leon duduk di kursi yang sudah tersedia di teras, rasa penasaran mereka berdua pun sudah memuncak.
"Mbak sudah lama buka warung di sini?"
"Baru juga sih Bu, baru beberapa bulan saja."
"Dengan siapa Mbak menyewanya, Bu?" tanya Nia dengan baik-baik.
"Siapa ya namanya saya lupa," ucapnya sambil mencoba mengingatkan nama penyewanya.
"Kalau nggak salah namanya Bu Widi," sambungnya lagi.
Deg!
Betapa terkejutnya Nia dan Wendi mendengar nama anaknya yang di sebut oleh Ibu warung, selama ini Widi tidak menceritakan tentang keadaan rumah lamanya. Yang ia ingat Widi memerintah Henti dan Dela membersihkan sampah yang berada di rumah.
"Apa Bapak sudah tahu, masalah ini?" bisik Nia yang mendapatkan gelengan kepala dari suaminya.