Agnia merupakan anak keluarga kaya raya. Ia akan berencana akan menikah dengan kekasihnya namun tepat di hari pertunangannya, ia malah melihat kekasihnya bermain api dengan sahabatnya sendiri.
Ia pikir status dan derajat yang sama bakal membuat semuanya bahagia. Tapi, ternyata ia jatuh pada seseorang yang bahkan tidak pernah dia pikirkan sebelumnya....
"Kehormatan mu akan terganggu jika bersama pria seperti ku!"
"Apa pentingnya kehormatan jika tak mendatangkan kebahagiaan?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Eng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Sakit
Menyadari jika pria yang ia lihat sama sekali tak menggubris, Mely langsung main tarik tangan seperti yang dulu sering ia lakukan.
"Tolong jangan seperti ini!" Airlangga memperingati Mely.
"Kenapa, aku bukan orang asing untukmu, aku hanya ingin berbicara denganmu sebentar. Kau kemana saja selama ini?"
Tapi Airlangga malah bergegas meninggalkan Mely sebab Agnia sudah menunggu untuk pulang. Merasa di abaikan, Mely terlihat kesal dan menghentakkan kakinya.
Di dalam mobil, Agnia melempar punggungnya ke luar dengan muka bersungut-sungut. Dia kesal karena melihat Airlangga yang demen cuek kepadanya, tapi malah bersentuhan dengan perempuan lain?
Tunggu dulu, untuk apa dia marah? Bukankah Airlangga ada dirumahnya karena ia bayar untuk menjadi pengawal.
Shit!
"Sepertinya kau menikmati pesta ini sampai tidak mengawalku!" ucap Agnia sinis.
Namun yang di sindir masih diam dan memilih melihat ekspresi wajah si penyindir yang duduk di jok belakang melalui rear vision.
"Bukankah kau yang sangat menikmati? Bahkan, aku sempat ragu kau ini sedang akting atau tidak, karena kau sangat suka di cium oleh pria itu!" jawab Airlangga tanpa mengalihkan perhatiannya ke jalan raya.
"Apa kau bilang?"
Dan Agnia hanya bisa mengeluarkan napas panjang usai tersulut emosinya karena ia memang tadi di cium oleh Jovan dan tak menolak hanya untuk terlihat tidak mencurigakan.
Dan Airlangga kembali melihat diam-diam ke arah Agnia yang kini kembali diam akibat segumpal rasa kesal yang menggelegak.
Setibanya di rumah, Airlangga di buat terkejut karena Agnia langsung membuka pintunya sendiri dan ngeloyor melaluinya begitu saja. Perempuan itu juga membanting pintu mobilnya dengan keras. Airlangga menatap sesosok yang kini mulai hilang di balik pintu sambil geleng-geleng heran.
Mood wanita itu mudah sekali berubah. Tapi kenapa dia terlihat sangat marah? Apa dia ada masalah dengan Jovan sehingga menjadi uring-uringan dan melampiaskan kepadanya?
Sementara itu di lain pihak, Jovan terlihat meminum minuman yang di berikan Visya hingga hampir mabuk.
"Aku harus segera menikahi Agnia. Karena hanya dengan itu, aku bisa dengan mudah menyetir semuanya. Sejak ia hilang ingatan, dia menjadi lebih mandiri sekarang!" kaya Jovan dengan kepala yang sudah terasa pusing.
Visya meraba dada Jovan sensual. Ia tentu mendukung, sebab saat semua kepemilikan jatuh ke tangan Jovan, ia tentu bakal menjadi permaisuri satu-satunya.
"Lalu apa rencana mu?"
"Besok aku akan mengajak dia liburan berdua!" jawab pria itu sembari memainkan rambut Visya.
"Apa?" kali ini Visya tak menduga dengan rencana Jovan
"Kenapa, aku harus segera membuat pernikahan ini tejadi!"
***
Pukul 07.00
Ketika keluar kamar, ia segera melihat ke lantai bawah dan tak mendapati Agnia di sana. Airlangga menghela napas, jelas perempuan payah itu belum bangun. Jika sudah, meja makan itu pasti sudah ada yang mengisi.
Ia mengetuk pintu kamar Agnia sebanyak tiga kali sebelum ia masuk. Sepertinya biasa, ia menduga jika Agnia pasti terlalu banyak minum hingga perempuan itu bangun kesiangan. Padahal perempuan itu ada acara penting hari ini.
Saat hendak menepuk tangan Agnia untuk membangunkan, ia terkejut sebab suhu badan Agnia sangat panas.
"Dia sakit?" ucapnya sembari menatap lekat seraut pucat yang bergulung selimut tebal itu.
"Hey!" Airlangga mencoba mengguncang pelan tubuh Agnia tapi perempuan itu hanya menggeliat.
"Kau sakit, aku antar ke dokter!"
Tapi ketika membuka matanya dan melihat wajah Airlangga, sisa-sisa kemarahan berhasil membuatnya merengut kembali dalam waktu sepersekian detik.
"Diam, aku ngantuk!"
"Hey, kenapa kau keras kepala!" seru Airlangga sesaat setelah Agnia malah memunggunginya.
"Aku tidak apa-apa! Pergi saja sana, lakukan tugasmu seperti biasa!" balasnya dengan nada kesal yang kini langsung bisa Airlangga pahami.
Airlangga akhirnya keluar.
"Dasar pria tidak peka. Memangnya apa yang mau ku harap dari dia, huh!" Agnia menggerutu kesal sendiri karena pria itu benar-benar malah pergi seperti permintaannya.
Tapi selang beberapa waktu kemudian, pria itu kembali dengan membawa nampan berisikan makanan juga air. Membuat Agnia tak menyangka.
"Bangunlah, aku bawakan sarapan. Pelayan mu juga sudah menelpon dokter, mungkin sudah dalam perjalanan!"
Agnia langsung bangun dan lekas mendudukkan tubuhnya pelan-pelan. Ternyata perduli juga dia, Agnia kira pria itu sungguh akan pergi meninggalkannya begitu saja.
"Suapi!" titahnya.
Airlangga seketika menaikkan sebelah alisnya.
"Aku lemah dan tanganku sakit!"
Airlangga akhirnya melakukan apa yang di minta Agnia meski ia menjaga jarak dengan sangat hati-hati. Sungguh wanita payah.
"Jadi itu alasan mu?"ucap Agnia tiba-tiba sembari mengunyah.
"Alasan apa?"
"Alasanmu tidak mau menjawab tiap ku tanyai soal pacarmu. Yang kemarin itu pacarmu kan?"
Airlangga memasang muka tak ramah. Kenapa perempuan ini selalu membahas soal pacar sih?
"Jangan sambil bicara kalau sedang makan!"
"Pacarmu sexy dan cantik, pantas saja kau..."
GLETHAK!
Airlangga langsung meletakkan mangkuk dan sendok ke nampan lalu seketika pergi begitu saja. Meninggalkan Agnia yang kini terbengong-bengong tak menduga.