NovelToon NovelToon
I'M Sorry, I Love You

I'M Sorry, I Love You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Teen School/College / Masalah Pertumbuhan / Romansa / Teman lama bertemu kembali / Trauma masa lalu
Popularitas:141.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mae_jer

Kaiya Agata_ Sosok gadis pendiam dan misterius

Rahasia yang ia simpan dalam-dalam dan menghilangnya selama tiga tahun ini membuat persahabatannya renggang.

Belum lagi ia harus menghadapi Ginran, pria yang dulu mencintainya namun sekarang berubah dingin karena salah paham. Ginran selalu menuntut penjelasan yang tidak bisa dikatakan oleh Kaiya.

Apa sebenarnya alasan dibalik menghilangnya Kaiya selama tiga tahun ini dan akankah kesalapahaman di antara mereka berakhir?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

Kaiya memilih duduk menyendiri di sebuah taman yang tak jauh dengan kampusnya. Lory sudah lebih dulu pulang tapi dirinya masih belum mau beranjak dari situ. Sesekali ia ingin menikmati udara segar seperti ini selain mengurung diri dikamarnya.

"Kaiya."

Panggilan itu membuat gadis yang duduk tenang itu berbalik. Ia terkejut bukan main melihat empat orang yang pernah mengisi masa remajanya dulu telah berdiri didepannya, menatapnya dengan ekspresi berbeda-beda.

Kaiya cepat-cepat berdiri ingin pergi dari situ tapi Darrel yang memanggilnya tadi menahannya. Sepertinya hanya pria itu yang terlihat senang sekali dan antusias mau bicara dengannya. Yang lain ... Entahlah.

Gadis itu menoleh ke arah lain. Pandangannya bertemu dengan tatapan tajam Ginran. Raut wajahnya tampak kesal.  Pria itu merasa kesal melihat gadis yang disuruhnya pulang tadi malah ada di taman.

"Kaiya kamu kemana selama ini? Kok nggak ada kabar? Kenapa pindah sekolah?"

Tanya Darrel ingin tahu sekaligus berusaha mencairkan suasana yang tegang. Lihat saja wajah teman-temannya yang lain seperti menahan kesal. 

"A ... aku ingin pindah saja, nggak ada alasan lain." Kaiya menjawab seperti itu karena tidak mau ada pertanyaan selanjutnya. Jiro mendengus kesal.

"Huh! Bilang saja malu karena ketahuan berbuat mesum." ucapnya sarkas.

"Jiro." Naomi mengingatkan. Ia tahu Jiro suka emosi. Pria itu terluka karena merasa dikhianati oleh Kaiya. Karena itu dia ingin membalas menyakiti gadis itu.

Suasana bertambah canggung.

Setelah berhadapan secara langsung dengan Kaiya, Darrel merasa gadis itu banyak berubah. Ia tidak tahu apa yang dilalui gadis itu selama beberapa tahun ini, tapi sikap Kaiya sekarang membuatnya merasa sedih.

"Sebaiknya aku pulang." kata Kaiya ingin menghindari mereka dengan pergi dari tempat itu. Jiro bertambah geram. Sialan. Gadis itu sungguh tidak menganggap mereka. Ia menendang sembarangan batu yang ada didekatnya melampiaskan emosinya. Badannya berbalik menghadap Ginran yang tampak cuek.

"Percuma lo cinta mati sama dia."

Ginran tak menggubrisnya. Entah apa yang lelaki itu pikirkan.

Darrel dan Naomi hanya saling menatap. Mereka berdua yang paling dilema. Kaiya membuat hubungan mereka makin rumit. Apa susahnya sih gadis itu meminta maaf. Mereka semua hanya butuh maafnya sebesar apapun kesalahan yang ia lakukan, tapi gadis itu malah memperumit masalah.

Naomi menatap Ginran simpati. Ia tahu pria itu yang paling terluka.

                                    ***

Di apartemen, Kaiya duduk termenung dikasurnya. Ia kesal pada dirinya sendiri yang egois. Ia tahu mereka semua peduli padanya, tapi ia sungguh tidak ingin menjadi beban bagi mereka. Dirinya yang sekarang sudah berbeda, ia tak punya hak lagi untuk bahagia.

Gadis itu tersenyum pahit. Ia memutuskan menghubungi dokter Kean. Tak sampai tiga puluh menit, dokter muda itu sudah berada di apartemennya. Kean menatap lurus gadis yang sejak tadi itu hanya diam.

"Kau mau cerita?" tanyanya.

"Aku melukai sahabat-sahabatku."

Sahabat? Kean tampak berpikir. Gadis itu sering bercerita tentang sahabat-sahabatnya.

"Apa menurutmu aku egois?" Akira menatap Kean butuh jawaban. Pria itu tersenyum. Jarang sekali gadis itu meminta pendapatnya, menurutnya ini adalah hal yang baik.

"Dengan kondisimu saat ini, terkadang tidak apa-apa menjadi egois. Kau butuh waktu. Waktu akan menyembuhkan lukamu, juga membuatmu menerima kehadiran orang lain lagi. Dan di saat itu, saat mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi padamu, aku yakin mereka akan mengerti."

Kaiya menaikkan wajahnya menatap dokter Kean, tanpa bicara sepatah kata pun.

"Kau bisa mencoba membuka diri pada orang lain, mulailah dengan coba tersenyum pada mereka." tambah Kean lagi. Ia berharap gadis itu bisa menerima kehadiran orang lain lagi dalam hidupnya.

Kaiya tersenyum tipis. Ia sebenarnya mau membuka diri, tapi ia tidak tahu bagaimana caranya karena dirinya sudah terbiasa diam. Terlalu takut menghadapi dunia luar juga. Kaiya yang cerewet dan suka mengomel seperti dulu tidak ada lagi. Gadis itu mendesah pelan, ia merasakan dokter Kean mengusap punggungnya lembut seolah menguatkannya.

                                  ***

Malamnya mama Ginran mengundang semua teman-temannya makan bersama dirumahnya. Wanita paruh baya itu baru pulang dari Polandia dan akan pergi lagi ke Australia besok untuk urusan pekerjaan, jadi dia ingin makan bersama Ginran dan para sahabatnya. Naomi, Jiro dan Darrel memanggilnya tante Lana. Hanya Kaiya yang memanggilnya dengan sebutan mama tapi itu dulu.

"Gimana kampus kalian?"

Tanya Lana menatap mereka satu persatu. Tangannya sibuk mengisi makanan di piring mereka masing-masing.

"Baik tante." sahut Darrel

"Ginran gimana? Masih dingin juga sama semua perempuan?" entah kenapa pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut wanita itu.

"Oh iya, tante inget ketemu kakaknya Kaiya di Polandia." kata mama Ginran lagi tanpa menunggu jawaban dari pertanyaannya tadi. Ginran tampak tak peduli. Lelaki itu diam saja.

"Waktu itu tante coba mengikutinya siapa tahu bisa ketemu Kaiya, tapi nggak ketemu-ketemu juga."

Kali ini Ginran tersenyum sinis. Mamanya saja yang tidak tahu kalau sekarang Kaiya ada dikampus kampus yang sama dengan mereka, bahkan berlagak tidak kenal dengan mereka.

"Tapi, waktu tante bertanya pada kakaknya tentang Kaiya dia berkata dengan marah tidak pernah punya adik bernama Kaiya."

Mereka semua saling menatap.

"Tante yakin itu kakaknya Kaiya?" tanya Naomi. Seingatnya dulu, Kaiya sangat rukun dengan kakaknya.

Lana mengangguk pasti.

"Kalian tahu tante nggak pernah salah ngenalin orang kan? Pria itu juga bermain piano. Lagi pula, kalau dia memang bukan kakaknya Kaiya kenapa harus marah?"

Benar kata mamanya Ginran. Kaiya semenjak gadis itu muncul lagi segala kehidupannya berubah menjadi misterius.

"Ma, aku mau mama nggak usah bahas tentang Kaiya lagi." Ginran menatap mamanya serius. Lana balas menatapnya heran.

"Kenapa? Bukannya selama ini kamu selalu nungguin dia?"

"Aku pengen ngelupain dia."

Perkataan Ginran membuat semua menatapnya seolah tidak percaya.

"Apa kamu bilang? Nggak, nggak, nggak! Pokoknya mama cuma pengen  Kaiya yang jadi menantunya mama. Mama bakal cari dia sampai ketemu." sergah Lana tidak terima.

Enak saja, putranya sendiri yang membawa Kaiya padanya dulu, giliran dia sudah menganggap gadis itu menantunya dan menyayanginya seperti anak sendiri, Ginran malah bilang mau melupakan gadis itu dengan santainya. Pokoknya tidak bisa.

Ginran terlihat lelah. Andai saja mamanya tahu seperti apa Kaiya yang sekarang. Gadis itu sudah berubah, tidak seperti yang mamanya kenal dulu. Ia melihat mamanya menaruh sendok di piring lalu menatap teman-temannya.

"Kalian lanjut aja makannya, tante udah kenyang." ucap Lana sedikit ketus lalu berdiri dan meninggalkan meja makan. Ia sudah tidak ada selera makan semenjak mendengar perkataan anaknya.

Yang lain sudah tidak ada selera makan juga. Darrel menatap Ginran serius.

"Lo yakin bisa ngelupain dia?" tanyanya.

Ginran tidak menjawab. Ia hanya ingin mencoba menenangkan pikirannya yang sedang kacau sekarang ini. Mungkin dengan tidak memikirkan gadis itu stresnya akan berkurang.

"Ini semua karena Kaiya. Dia yang mengacaukan kita." kata Jiro menyalahkan Kaiya. Ia jadi menyesal kenapa gadis itu harus muncul di hidup mereka lagi kalau akhirnya hanya membuat mereka semua jadi begini.

"Bukankah kita sudah sepakat gak bahas dia lagi?" Naomi buka suara. Ia tidak tahu mau menyalahkan siapa.

Pandangannya berpindah ke Ginran yang melangkah pergi. Pria itu yang paling kasihan.

Ginran berjalan menunduk ke kamarnya. Kepalanya serasa mau pecah. Ia membanting apa saja yang ada dalam kamarnya untuk melampiaskan emosinya. Kamarnya itu kedap suara jadi tak ada yang mendengar bunyi-bunyi keras itu dari luar.

Pria itu mengusap wajahnya kesal lalu membanting tubuhnya ke kasur dan menerawang ke langit-langit kamar. Ia tersenyum kecut merasa dirinya begitu menyedihkan. Bertahun-tahun dia menunggu gadis itu, tapi apa yang didapatnya? Keberadaan Kaiya sekarang menambah luka dalam hatinya.

1
Roza Ozaa
lbih bnyk lgi yp nya thor
na Nina
yah... belum up
RN_94
kenapa belum up kak
Venni Venni
hr ini ga update thor?
ucyy
thor ko lambat up nya?
ucyy
menarik
Eny Sugiarti
yah ga update ditungguin pagi2
na Nina
klo bisa double yaa
na Nina
up tor
Silvie Dpurple
kok blm up thor
Mamah Kekey
bagus ginran jangan benci kaiya
Fittar
nah,gitu dong ginran. lebih berdamai dengan kaiya
Tri Handayani
semoga tmen"kaiya cepat mengetahui masa lalu kaiya yg membuat dia jdi trauma,terutama ginran biar bsa membantu mengobati trauma kaiya.
CantikaLovely 🌺💖💞
11 12
Seperti kisah Airin ni...Yaya...
Nisa Ramadani
luar biasa
Venni Venni
jd makin penasaran sm novel ini.
Eva Karmita
lanjut thoooorr 🔥💪🥰
ucyy
semangat thor
Rita
kaiya mungkin jg pgn gitu Ginran berhubung krn trauma jd mgkn dia ngerasa lbh baik menjauh dr kalian krn merasa g pantas atau apalah menurut asumsi dia
Rita
bagus klo kmu mikir begitu aplg klo sdh tau ada alasan yg sebenarnya jd mgkn kmu g tllu kecewa atau merasa gmn
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!