Pertemuan yang tidak sengaja dengan orang yang sangat menyebalkan menjadi awal sebuah takdir yang baru untuk dr. Fakhira Shakira.
Bruukk
"Astaghfirullah." Desis Erfan, ia sudah menabrak seorang dokter yang berjalan di depannya tanpa sengaja karena terburu-buru. "Maaf dok, saya buru-buru," ucapnya dengan tulus. Kali ini Erfan bersikap lebih sopan karena memang ia yang salah, jalan tidak pakai mata. Ya iyalah jalan gak pakai mata, tapi pakai kaki, gimana sih.
"It's Okay. Lain kali hati-hati Pak. Jalannya pakai mata ya!" Erfan membulatkan bola matanya kesal, 'kan sudah dibilang kalau jalan menggunakan kaki bukan mata. Ia sudah minta maaf dengan sopan, menurunkan harga diri malah mendapatkan jawaban yang sangat tidak menyenangkan.
"Oke, sekali lagi maaf Bu Dokter jutek." Tekannya kesal, kemudian melenggang pergi. Puas rasanya sudah membuat dokter itu menghentakkan kaki karena kesal padanya. Erfan tersenyum tipis pada diri sendiri setelahnya.
Karena keegoisan seorang Erfan Bumi Wijaya yang menyebalkan, membuat Hira mengalami pelecehan. Sejak kejadian itu ia tak bisa jauh dari sang pria menyebalkan.
Rasa nyaman hadir tanpa diundang. Namun sayang sang pria sudah menjadi calon suami orang. Sampai pada kenyataan ia sudah dibeli seseorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susilawati_2393, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
"Gimana Fan? Gue gak terima penolakan?" Tegas Zaky
"GILA." Erfan berdesis, "mentang-mentang gue yang salah lo jadi seenak jidat menyiksa gue."
"Bukan lo yang tersiksa, songong." Sambar Guntur, "yang dalam kamar noh yang tersiksa karena ulah lo." Erfan memelototi Guntur agar mulutnya diam.
"Sa, lo masih bisa kerja sambil menemani Hira 'kan?" Erfan melirik Ressa yang ikut-ikutan dibuat pusing. "Sampai gue dapat pengganti lo."
"Tapi bos, sampai kapan saya menemani Hira. Kalau Hira udah sembuh saya gak punya kerjaan lagi dong."
"Gue gak akan biarin lo jadi pemulung Ressa, jadi tenang aja. Kalau Hira sudah sembuh, lo bisa kembali kerja sama gue."
"Oke, tapi gajinya double 'kan bos." Ressa memasang tampang puppy eyes.
Pletak
Sendok mendarat di kepala Ressa pelan.
"Aauww, sakitkan bos. Kasihan itu sendoknya kesakitan kejedot kepala saya. Bos gak berperikesendokan banget." Erfan memutar bola mata malas, Zaky dan Guntur tergelak.
"Pantas Erfan jadi gila, seketarisnya gila gini. Gue jadi ragu milih lo buat jaga Hira." Kata Zaky di sela-sela tawanya.
"Manusia kayak gini nih yang nurunin pasaran gue." Erfan berdecak kesal.
"Saya salah?"
"Gak usah sok polos Sa. Dah sana lihat temen lo udah selesai belum." Usir Erfan, sesuka hati ia mau mengusir siapa di rumah siapa. Ressa melenggang pergi tanpa berucap apapun.
"Zak saingan gue berat juga, gimana caranya gue naklukin Hira." Guntur memelankan suaranya.
"Hira juga ogah sama dia Tur, tadi aja menangis histeris saat dipeluk Ringgo." Ucap Erfan sambil memainkan jari di meja.
"Emang cuma lo pawangnya sama Ressa mau gimana lagi!"
"Kalau gini gue jadi dilema." Erfan mengacak rambut frustasi. Membayangkan Hira kumat saat ia tak ada itu membuatnya jadi tambah bingung.
"Masih ada empat hari untuk berpikir, tapi sayangnya lo gak akan berani mengambil pilihan yang sulit." Zaky menyandarkan punggungnya di kursi.
"Gak semudah yang lo pikir Zak, andai lo diposisi gue." Erfan kesal, Zaky selalu bisa memojokkannya.
"Nikmati aja Fan, jangan terlalu dipikirkan. Gue bantu awasin Hira. Lo fokus sama pernikahan lo. Baikkan gue, lo yang salah gue yang tanggung jawab." Santai sih Guntur mengucapkannya sambil cekikikan. Tapi kalimatnya itu langsung menohok Erfan.
"Sorry Tur, karena gue lo jadi repot begini."
"Dah, jangan melow. Ingat, apa yang menjadi milikmu tidak akan melewatkanmu. Jodoh tidak akan tertukar Fan. Kalau memang jodoh lo Bilqis, jangan ragukan itu lagi walau dengan hasutan Zaky." Zaky mencebik, namanya dibawa-bawa sebagai penghasut.
"Gue hanya mau Erfan menyadari Tur, hatinya itu condong kemana. Getaran hatinya itu milik siapa. Tatapan matanya itu memilih yang mana. Jawaban istikharahnya itu siapa." Tekan Zaky tanpa ampun, entah kenapa hatinya begitu yakin hati Erfan memilih Hira.
Deg
Erfan dibuat mati kutu oleh ucapan Zaky, bolehkah ia bilang kalau jawaban istikharahnya bukan Bilqis. Tidak mungkinkan? Hari pernikahan tinggal empat hari lagi, Erfan tidak sejahat itu.
Ressa mengurungkan niatnya mengambilkan Hira air putih, ia lebih memilih menguping pembicaraan serius. Otaknya berpikir keras, ia tau bosnya itu tidak cinta pada Bilqis. Apa jangan-jangan bos Erfan mulai suka dengan Hira. Ya Allah, sungguh kisah yang rumit.
"Setan bernama Zaky ternyata bisa membuat Erfan terhasut. Ayo bubar, nanti ada yang dengar pembicaraan kita." Guntur berjalan lebih dulu menuju sofa diikuti Erfan dan Zaky. Mereka pulang setelah Hira selesai konseling, hanya Ressa yang tinggal untuk menemani.
Lagi, Hira dapat waktu istirahat dua hari. Sungguh ia sekarang menjadi dokter yang diistimewakan, tak enak hati jika rekan sesama dokter mengetahui. Untungnya tidak ada yang tau, taunya jika Hira sedang sakit.
Setelah libur dua hari Hira kembali ke rumah sakit di temani Ressa. Ia juga heran kenapa Ressa ngotot ingin ikut menemaninya. Bela-belain bekerja dari ruangannya.
Terserahlah Hira malas berdebat dengan Ressa, biarkan saja sahabatnya itu ikut. Ia meninggalkan Ressa, memasuki ruang bersalin. Membantu proses persalinan seorang wanita muda dengan normal.
Setelahnya Hira memeriksa pasien lain yang harus dilakukan operasi caesar karena kesehatan ibunya bermasalah.
"Lakukan observasi setiap tiga puluh menit." Ujar Hira pada dokter koas, ia mengambil sample darah pasien untuk segera dilakukan pemeriksaan.
"Siap Dok."
Hira melepas handscone lalu mencuci tangan di wastafel. Kemudian keluar dari ruang bersalin, waktunya visite pasien. Hira melirik arloji yang menunjukkan pukul sebelas. Hari yang melelahkan gumamnya setelah melihat pesan yang dikirim Ressa. Ressa harus ke kantor karena ada yang harus diurusnya.
Brukk
"Auuwww," Hira meringis kesakitan, Astaghfirullah, lagi-lagi ia ditabrak orang dari arah belakang. Berapa kali sudah nasibnya sial begini. Tubuhnya hampir terjerembab kalau tidak ditangkap orang yang menabraknya.
"Hiraa," lirih Erfan saat gadis yang ditabraknya berbalik badan, tangannya masih merangkul pinggang Hira. Erfan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, membawa Hira untuk duduk. "Maaf, gue lagi panik gak lihat jalan. Lo gak papa?"
"Gak papa." Jawab Hira sambil mengusap-usap lengannya yang barusan terhantam keras tubuh Erfan. "Astaghfirullah, gue harus visite pasien," pekiknya kembali melirik arloji untuk menghilangkan kegugupan. Padahal waktu tidak akan berjalan secepat itu. Ia berdiri dengan sedikit gontai, tubuhnya masih terasa melayang.
"Hati-hati Hira!" Ucap Erfan berjalan dibelakang Hira, ia berharap Hira tidak kumat sekarang karena kaget. Hira mengangguk pelan.
"Bilqis...!!" Erfan berlari menuju ruang UGD mendahului Hira. Hira menatap heran, siapa yang sakit sampai Erfan sepanik itu. Hira mengabaikan pikirannya yang kepo, sekarang ia harus menyelesaikan pekerjaannya dulu.
"Abi, bagaimana keadaan Bilqis?" Tanya Erfan pada lelaki paruh baya yang sedang mondar-mandir di depan pintu UGD. Umminya Bilqis menangis sesenggukan di kursi tunggu.
"Dokter belum keluar sejak tadi Nak." Jawab lelaki paruh baya itu dengan suara parau.
"Innalillah, semoga Bilqis baik-baik saja." Erfan menghela napas kasar, pernikahannya dua hari lagi. Sekarang calon istrinya masuk rumah sakit, entah bagaimana keadaannya. Erfan belum sempat menyelidiki bagaimana kronologi kecelakaan terjadi.
Setelah satu jam menunggu, seorang dokter lelaki paruh baya keluar dari ruang UGD memanggil keluarga Bilqis. Orang tua Bilqis segera mendekat, Erfan berdiri di belakang calon mertuanya.
"Saudara Bilqis mengalami pendarahan di bagian kepala, kami harus segera melakukan operasi." Jelas sang Dokter.
"Tolong lakukan yang terbaik untuk putri saya Dok."
"Kami akan melakukan yang terbaik untuk semua pasien di rumah sakit ini Pak, mari ikut saya untuk menandatangani persetujuan dilakukan operasi." Dokter kemudian berlalu pergi diikuti ayah Bilqis.
"Allah...!" Erfan terduduk lemas, kenapa Bilqis sampai bisa kecelakaan seperti ini. Ummi Bilqis tidak berhenti menangis. Erfan tak mungkin menanyakan kronologi kecelakaan pada orang tua Bilqis saat seperti ini.
Erfan meninggalkan ruang tunggu, tak sanggup berada di sini terlalu lama. Ia berjalan ke arah taman dan duduk disalah satu kursi untuk menenangkan diri. Setelah cukup tenang ia baru mengabari Papi dan Mami tentang kondisi Bilqis.
"Ya Allah, tolong selamatkan Bilqis." Mohon Erfan, kenapa begitu banyak rintangan yang dilaluinya sebelum hari pernikahan. Tubuhnya lelah, jiwanya juga lelah sekarang.
udah untung suami mendukung pekerjaan nya,malah mau di bikinin tempat praktek sendiri, kurang apa coba si erfan