WARNING : CERITA INI ITU TIPE ADULT ROMANCE DENGAN VERSI ROMANCE SLOWBURN !!!
[ROMACE TIPIS-TIPIS YANG BIKIN JANTUNGAN DAN TAHAN NAPAS]
---
Lima tahun yang lalu, Damien dan Amara menandatangani perjanjian pernikahan demi menunjang keberlangsungan bisnis keluarga mereka. Tidak pernah ada cinta diantara mereka, mereka tinggal bersama tetapi selalu hidup dalam dunia masing-masing.
Semua berjalan dengan lancar hingga Amara yang tiba-tiba menyodorkan sebuah surat cerai kepadanya, disitulah dunia Damien mendadak runtuh. Amara yang selama ini Damien pikir adalah gadis lugu dan penurut, ternyata berbanding terbalik sejak hari itu.
---
“Ayo kita bercerai Damien,” ujar Amara dengan raut seriusnya.
Damien menaikkan alis kanannya sebelum berujar dengan suara beratnya, “Dengan satu syarat baby.”
“Syarat?” tanya Amara masih bersikeras.
Damien mengeluarkan senyum miringnya dan berujar, “Buat aku tergila kepadamu, lalu kita bercerai setelah itu.”
---
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon redwinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 29
Damien benar-benar butuh kehadiran Amara saat ini untuk meredam amarahnya. Apalagi setelah tadi Bastian sempat mengabarinya kalau dia sudah tahu pelaku yang melempar bom asap itu ke kantor Amara.
Bastian memang tidak pernah mengecewakannya. Kaki tangan pria itu tersebar dimana-mana dan untuk urusan seperti ini, Bastian adalah ahlinya.
Damien memacu kemudinya dengan kecepatan cepat melewati jalan raya yang sepi malam itu kemudian berhenti pada sebuah gedung tua yang tampak terbengkalai, jauh dari pusat kota dan keramaian orang-orang.
Damien turun dengan membanting kasar pintu mobilnya, setiap langkah ia ambil dengan tegas dan cenderung terburu-buru. Tepat disamping mobil Mercedes-Benz milik Damien yang terparkir, terdapat juga mobil Range Rover tipe SUV mewah milik Bastian.
Damien menjelajahi gedung yang hanya ditutupi oleh pilar-pilar putih yang bercorak abstrak. Kaki Damien melangkah melewati anak tangga tanpa pegangan yang terkesan tidak ada habisnya itu hingga Damien sampai pada lantai teratas gedung kosong itu.
Disana sudah terdapat Bastian dan beberapa anak buah mereka yang berjaga-jaga. Bastian tengah duduk disebuah sofa usang sembari merangkul seorang wanita yang amat Damien kenali itu.
Sebuah kain tersumpal pada mulut wanita itu membuatnya tidak bisa berbicara dengan kaki dan tangannya yang terikat membuat pergerakannya terbatas.
Wanita itu duduk disofa dengan Bastian yang berada tepat disampingnya.
Setelah bertatapan mata dengan wanita itu, Damien langsung mengambil langkah cepat untuk menghampirinya dan dengan satu gerakan yang sudah bisa diprediksi oleh semua orang termasuk anak buahnya itu, Damien melayangkan tangannya pada wajah wanita itu kemudian mencengkram kuat dagunya.
Benar-benar kuat dan kencang.
Napas wanita itu tertahan saat manik mereka kembali bertemu dan hanya tatapan memohon belas kasihan dari wanita itu yang Damien nikmati karena suaranya sudah mereka bunuh total.
Sedangkan Bastian menaikkan alisnya tampak menikmati tontonan didepannya itu, perlahan ia melepaskan rangkulannya pada bahu wanita itu kemudian berdiri dan mengambil langkah agak menjauh dari sana, membiarkan Damien untuk mengambil ahli.
Para anak buah mereka juga hanya berjaga di setiap sudut sisi ruangan, raut mereka tampak datar dan dingin seolah pemandangan didepannya itu sudah biasa mereka tonton.
"You are f*cking stupid Florynn," desis Damien rendah.
Nada bicaranya tidak tinggi, tetap rendah dan menekan penuh peringatan.
Florynn sudah tampak kesakitan tetapi jauh dilubuk hatinya ia senang karena mendapati kehadiran Damien didepannya. Tidak ada raut amarah ataupun menyesal pada wajahnya, hanya senyum tipis yang ia munculkan dengan susah payah sembari tatapan berbinarnya yang menatap manik biru Damien.
Bastian kemudian maju selangkah dan menarik kain yang menyumpal mulut Florynn kemudian melemparnya ke tanah.
"Berbicaralah dasar j*lang," umpat Bastian pelan.
"Da...damien akh!" Florynn berusaha untuk memanggil Damien namun berakhir dengan cengkraman Damien yang tiba-tiba menguat dan pastinya tindakan Damien ini akan meninggalkan bekas merah pada wajah wanita itu nantinya.
"Jangan menyebut namaku dengan mulut kotormu itu," ujar Damien masih mempertahankan nada tenang namun tegasnya.
"Aku senang bertemu denganmu Damien," ujar Florynn lagi dengan nada nyaris tak terdengar. Tetapi wanita itu masih menyempatkan untuk tersenyum.
Dan Bastian hanya menggeleng takjub dengan sikap Florynn. Wanita itu tampak sudha terlalu terobsesi dengan Damien. Florynn benar-benar tidak waras untuk Damien, bahkan Bastian yakin Floryn berani melakukan apapun untuk mendapatkan Damien kembali.
Termasuk menyakiti Amara.
"Seharusnya aku membunuhnya saja," labjut Florynn lagi dan hal itu benar-benar berhasil memancing amarah Damien untuk bangkit.
Bastian tersenyum miring, sepertinya dia akan mendapat tontonan menarik sehabis ini. Florynn mengambil langkah yang salah dengan berucap seperti itu. Ingin rasanya Bastian memesan popcorn sembari duduk dan menonton pertunjukan menarik ini.
"Sebelum kau melakukan itu, aku akan membunuhmu yerlebih dahulu."
"F*ck!"
Jerit Florynn begitu Damien memindahkan tangannya dari mencengkram dagunya kuat berpindah untuk mencekek lehernya. Damien menekannya membuat napas Florynn tertahan di ujung tenggorokannya dan seketika susah untuk mengambil pasokan udara.
"Ti...tidakh, kau mencintaiku. Kita saling mencintai," ujar Florynn bersikeras, ia berucal dengan napasnya yang tersenggal-senggal.
Di sisa pasokan udara yang ia miliki, Florynn tetap memikirkan Damien dan tetap mengorbankannya untuk Damien.
Baginya, Damien adalahs egalanya dan dia akan melakukan semua hal demi Damien.
Sudut bibir Damien akhirnya naik sedikit, nyaris tak terlihat saat tatapannya mulai menggelap. Damien meraih sebuah pistol dari saku celananya kemudian berakhir menodongkannya tepat pada pelipis Florynn.
Damien memastikan untuk membiarkan Florynn menikmati momen terakhir mereka, Damien tidak melepaskan tatapan mereka yang beradu panjang sebelum terdengar suara tembakan tepat beberapa detik setelahnya.
Dor!