Ara bingung karena tiba-tiba ada seorang lelaki yang mengaku impoten padanya.
"Aku harus menikah sebulan lagi tapi aku mendadak impoten!" ungkap lelaki yang bernama Zester Schweinsteiger tersebut.
"Terus hubungannya denganku apa?" tanya Ara.
"Kau harus membantu membuatnya berdiri lagi!" tuntut Zester sambil menunjuk bagian celananya yang menyembul.
"Apa kau memasukkan ular di dalam celanamu? katanya impoten!" Ara semakin bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PTI BAB 25 - Semakin Berat
Ara ingin berontak dan protes tapi setelah mendengar suara perempuan, Ara jadi terdiam. Tapi, matanya melotot menatap Zester.
Perlahan Zester melepas tangannya dari mulut Ara dan memberi kode untuk diam.
"Apa itu calon istrimu?" tanya Ara berbisik.
Zester menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Terus kenapa kita harus bersembunyi?" Ara jadi bingung.
Situasi mereka seperti sedang kepergok selingkuh dan Ara tidak mau adanya salah paham.
"Zee..." Riri terus memanggil Zester.
Sampai asisten Mike ikut masuk ke ruangan bosnya, dia sebenarnya heran karena Zester dan Ara yang tidak ada di sana. Kalau sudah begini dia harus membuat alasan tipis.
"Tuan Zester ada rapat dengan klien di luar, Nona," ucapnya.
"Kenapa tidak bilang dari tadi?" protes Riri.
"Aku dari bandara langsung kemari karena mencemaskan calon suamiku. Beritahu Zee kalau aku menunggunya di apartemen," lanjutnya.
Riri ingin pergi karena harus istirahat setelah perjalanan jauh, dia masih mengalami jetlag dan akan menemui Zester nanti malam di apartemen lelaki itu.
"Baik, Nona," balas asisten Mike.
Setelah Riri pergi, Zester dan Ara keluar dari tempat persembunyian mereka.
"Hampir saja," ucap Zester merasa lega. Dia masih malas meladeni calon istrinya.
Dan tanpa sadar sudah mengorbankan Ara dalam masalahnya.
"Apa maksud semua ini!?" Ara tentu saja tidak terima.
"Kita sudah sepakat dari awal kalau aku akan membantu masalah impotensimu tapi kenapa seoalah-olah aku sekarang jadi selingkuhanmu?"
Zester jadi bingung harus menjawab apa, dia tidak bisa membalas perkataan Ara untuk saat ini.
"Maafkan aku dan jangan pergi, okay," pinta Zester.
"Bukankah kau ingin sembuh karena ingin menikah? Tapi kenapa sekarang kau menghindari calon istrimu, dasar aneh!" ketus Ara. Dia ingin pergi dari ruangan direktur itu, percuma marah-marah pada Zester karena akan membuang tenaganya.
Asisten Mike mengarahkan Ara ke ruangan yang telah dia siapkan.
Di lantai direktur itu tampak sepi, hanya ada beberapa ruangan saja.
Ruangan asisten Mike dan sekretaris, sekarang ada Ara di sana.
"Jadi, apa yang harus aku kerjakan?" tanya Ara.
"Secara teknis pekerjaan anda hanya membantu saya jadi kita bagi tugas," jawab asisten Mike.
"Asistennya asisten, ternyata ini tujuannya membuatku magang di perusahaan ini. Dia ingin mengambil waktuku yang berharga dan mengurusnya yang tidak bisa mandiri itu," Ara terus saja mengomel.
"Dia kan akan menikah tapi kenapa seperti orang terpaksa begitu?"
"Nona tanya sendiri saja nanti," balas asisten Mike yang merasa itu bukan ranahnya untuk bercerita.
Lebih baik dia membicarakan masalah pekerjaan.
"Jadi, saya akan mengerjakan tugas di dalam dan Nona yang di luar," ucapnya.
"Aku akan melakukan pekerjaan yang aku rasa sanggup," balas Ara.
Asisten Mike tidak akan memaksa, dia hanya mengajari Ara sekenanya saja. Tak lupa profil tentang korban kecelakaan kerja itu dia berikan pada Ara.
"Ini yang Nona minta," ucapnya.
"Apa tuanmu sudah menyelidiki secara menyeluruh?" tanya Ara.
"Sebenarnya kasus ini sudah ditutup oleh Presiden direktur bahkan semua barang bukti telah dimusnahkan. Saya menyimpan copy an berkas ini dengan nyawa saya," jelas asisten Mike.
"Kenapa kau memberitahu padaku?" tanya Ara jadi takut karena ikut terlibat.
"Karena Nona memiliki hati yang suci, saya harap tidak ada korban lagi," jawab asisten Mike.
"Presiden direktur, apakah itu ibunya?" Ara sepertinya mencium bau-bau ketidakadilan. Pekerjaannya akan semakin berat.
"Ini semua gara-gara ular pemilih itu!"
signature bukan sih?