NovelToon NovelToon
Sinar Rembulan

Sinar Rembulan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:185.7k
Nilai: 5
Nama Author: Clarissa icha

"Neng, mau ya nikah sama anaknya Pak Atmadja.? Bapak sudah terlanjur janji mau jodohkan kamu sama Erik."

Tatapan memelas Pak Abdul tak mampu membuat Bulan menolak, gadis 25 tahun itu tak tega melihat gurat penuh harap dari wajah pria baruh baya yang mulai keriput.

Bulan mengangguk lemah, dia terpaksa.

Jaman sudah modern, tapi masih saja ada orang tua yang berfikiran menjodohkan anak mereka.
Yang berpacaran lama saja bisa cerai di tengah jalan, apa lagi dengan Bulan dan Erik yang tak saling kenal sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Aku memakai baju tertutup lengkap dengan hijab saat keluar dari kamar mandi, sebab aku tidak sendirian di kamar ini. Di ranjang, ada Mas Erik yang tengah duduk santai sambil memainkan ponselnya. Dia tampak serius sampai tidak menyadari aku sudah keluar dari kamar mandi.

Lagi-lagi furniture di kamar ini membuatku tak habis pikir hingga menaruh curiga pada pemilik kamar. Mana mungkin kamar sebesar ini tidak ada sofa di dalamnya. Aku jadi yakin kalau kecurigaan ku benar. Sepertinya Mas Erik sengaja menyingkirkan sofa di kamar ini untuk mencari kesempatan agar kami tidur satu ranjang.

"Sepertinya aku harus bertanya langsung pada Bik Asih. Kemarin dia sempat masuk ke kamar ini dan memindahkan barangku kan."

"Sudah selesai?" Suara berat Mas Erik membuatku terkejut. Beruntung aku hanya bergumam dan Mas Erik tidak mungkin mendengarnya karna jarak kami lumayan jauh.

"Hmm."

"Bulan, kamu yakin mau keluar pakai hijab? Selain aku, di rumah kita semuanya perempuan, Mama bisa curiga kalau kamu tetap pakai hijab di rumah." Katanya.

Aku yang nyaris membuka pintu kamar, seketika menoleh. Pintar sekali dia menggunakan kesempatan ini untuk melihatku tidak pakai hijab. Dia pikir aku akan membiarkannya melihat rambutku dengan mudah.

"Mas Erik maunya apa? Aku begini salah, begitu salah." Protes ku tanpa menggunakan emosi. "Sejak awal memang aku berniat tidak akan menunjukkan aurat di depan Mas Erik. Kecuali kaki, itu masih bisa aku tunjukkan." Jelas ku yang memang tidak pernah menggunakan kaos kaki ketika di dalam rumah.

Mas Erik mengangguk, tapi terlihat pasrah. "Ya sudah kalau kamu tidak mau. Aku cuma khawatir saja Mama bertanya dan membuat kamu tidak nyaman." Tuturnya.

Suara lembut Mas Erik terdengar tidak nyaman di telinga. Selama ini dia biasa bicara dengan nada datar dan terkadang tegas padaku, mendadak hari ini selalu menggunakan nada rendah. Tentu saja sikapnya membuat aku curiga. Apalagi setelah mengaku putus dari Celine. Entah apa yang sedang Mas Erik rencanakan.

"Biar itu jadi urusanku. Lagipula semua keputusan yang kita ambil ada konsekuensinya!" Tegas ku berlalu keluar dari kamar. Sebenarnya aku sedang menyinggung Mas Erik yang telah mengambil keputusan dan seharusnya bisa menerima konsekuensinya. Tapi tidak tau apa orang seperti itu bisa tersinggung dan memikirkan ucapanku.

...*****...

Mama sedang membantu Bik Asih menyiapkan makan malam di dapur. Aku segera bergabung dan ikut membantu mereka.

"Loh, kok sudah turun sayang? Biar Mama sama Bik Asih saja yang masak, kamu kan baru pulang kerja, masih capek." Mama malah alat pengupas wortel yang baru aku ambil.

"Eh,, itu Mah, Bulan tidak capek sama sekali. Bulan mau ikutan masak juga, biar cepat matang." Dengan berbagai cara, aku berusaha agar Mama mengijinkan ku membantunya di dapur. Aku tidak mau kembali ke kamar dan berduaan dengan Mas Erik. Baru beberapa menit saja sudah menguras energi, apalagi harus menunggu sampai jam makan malam.

Mama menggeleng tegas. "Tidak, tidak. Mama tida mengijinkan kamu memasak. Kalau kamu sampai sakit karna kelelahan, Mama juga yang tidak enak sama orang tua kamu. Nanti anak Mama di anggap tidak becus menjaga istri." Ujarnya sembari mendorong pelan bahu ku dan mengarahkan ku keluar dari dapur.

"Tapi Mah, nanti Bulan jadi menantu kurang ajar. Masa Mama mertua yang masak buat menantunya." Aku masih berusaha mencari alasan agar Mama tidak menyuruhku kembali ke kamar.

"Mana ada. Kamu itu menantu yang sopan dan baik. Ini kan Mama sendiri yang ingin memasak, bukan karna di suruh sama kamu. Sudah sana kembali ke kamar. Pokoknya kamu istirahat saja, nanti Mama panggil setelah sholat isya." Mama mendorongku sampai di depan tangga.

Mau tidak mau, aku terpaksa menaiki tangga karna Mama tidak kunjung kembali ke dapur. Beliau masih berdiri di tempatnya dan terus menatapku dengan senyum lebar. Hingga aku sampai di atas, Mama baru beranjak ke dapur.

"Bukankah sikap Mama terlalu mencurigakan? Kenapa aku merasa Mama sengaja membuatku berduaan dengan Mas Erik di kamar." Aku bergumam curiga. Rasanya kali ini Mama terlalu memaksa.

Aku buru-buru menggeleng cepat setelah sadar sudah menaruh curiga pada Mama.

"Astaghfirullah Bulan, kenapa kamu berburuk sangka pada mertua sendiri. Bukankah dari dulu Mama memang orang yang baik. Mungkin memang Mama tidak ingin membuat kamu kelelahan." Lirihku merasa berdosa.

Aku segera masuk ke kamar lantaran takut jika Mama melihatku masih di luar kamar.

"Astaghfirullah hal adzim." Aku langsung berbalik badan detik itu juga karna tidak sengaja melihat Mas Erik bertelanjang dada hanya berbalut handuk putih di pinggang.

"Kok Astaghfirullah? Harusnya MasyaAllah dong Bulan." Ujar Mas Erik santai.

"Kenapa tidak sekalian pakai baju di kamar mandi?!" Protesku kesal.

"Dari dulu aku hanya pakai handuk setelah mandi. Pakai baju kan ada ruangannya sendiri, ngapain harus di kamar mandi." Jawaban Mas Erik malah membuatku makin kesal.

"Tapi kan sekarang beda, ada aku!"

"Tadi kamu sudah keluar, mana aku tau kamu mau masuk kamar lagi. Kita juga suami istri, tidak berdosa hanya karna melihat suami telanjang dada." Jelasnya.

Benar juga sih apa kata Mas Erik, tapi tetap saja aku tidak berharap bisa melihat Mas Erik telanjang dada seperti itu.

"Sudah sana pakai baju, aku tidak bisa keluar dari kamar karna di awasi Mama."

"Di awasi bagaimana?" Tanyanya.

"Ya di awasi, aku tidak boleh keluar dari kamar. Membantu memasak tidak di ijinkan." Adu ku kecewa.

"Mama sangat pengertian." Mas Erik berucap lirih.

Ucapannya membuatku melotot kesal. Dia beruntung karna aku tidak berani berbalik badan.

"Jangan bilang Mas Erik yang menyuruh Mama agar aku tetap di kamar?!"

"Kok jadi nuduh begitu? Kamu kan lihat sendiri aku belum sempat mengobrol dengan Mama, sejak tadi aku di kamar." Jelasnya.

"Bisa saja lewat telfon saat aku sedang mandi, siapa yang tau." Sahutku cepat.

"Ya sudah kalau kamu tidak percaya. Berdebatnya lanjut nanti setelah aku pakai baju." Setelah Mas Erik mengatakan itu, terdengar suara langkah kaki yang menjauh. Pelan-pelan, aku menoleh sedikit ke belakang untuk memastikan Mas Erik sudah masuk ke walk in closet. Pria itu sudah tidak ada si sana.

Aku bergegas duduk di tepi ranjang dan memainkan ponsel untuk mengusir kejenuhan.

Tak berselang lama, Mas Erik keluar dari walk in closet dan berjalan ke arah ku. Dia ikut duduk di tepi ranjang.

"Berapa lama kamu menjalin hubungan dengan Dokter gadungan itu?" Pertanyaan yang di lontarkan Mas Erik seketika membuatku mengalihkan tatapan padanya. Bisa-bisanya dia menyebut Mas Arlan Dokter gadungan.

"Masih ada rasa ya? Sampai tidak terima aku menyebutnya Dokter gadungan." Tambahnya.

"Kalaupun masih ada rasa, tidak perlu aku katakan pada orang lain."

Tatapan Mas Erik tiba-tiba berubah drastis. Yang awalnya santai dan terkesan ingin bercanda, kini berubah serius.

”Bulan, aku,,,"

Suara dering ponsel menghentikan obrolan kami. Aku segera menerima telfon yang masuk di ponselku.

"Assalamu'alaikum Pak Andra?" Ucapku sembari beranjak dan pergi ke balkon.

1
Wild Rose 🌹🌹
kasihannya 😜🫣🤣🤣nanti malam ada yg kedingina. krn tidur di luar 😂😂,
Rabiatul Addawiyah
😅🤣 bisa aja neng Bulan ngerjain suaminya sampai kalang kabut takut tidur diluar kamar 😂
Ais
Hrs diksh paham si rachel ini biar ngak caper sm si erik gmn juga erik ini msh saudara sepupunya mau gmn juga dia ngak berhak cemburu sm bulan
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
alamak...jatah belum dapat .di suruh tidur luar pula..jgn bulan itu ulat bulu baru si Rachel datang
Far~ hidayu❤️😘🇵🇸
jangan isi atau bubuh ubat perangsang ya Erik.. jgn nakal kamu
*Septi*
nah lho 🤣🤣
Eva Karmita
sepupu ganjen manja kok sama sepupu yang udah beristri aneh ini bukan manja lagi tapi lebih ke gatel 😏
enur .⚘🍀
belum juga hubungan Bulan dan Erik benar2membaik udah ada lagi yang muncul dan bikin risih ,🤪 setelah Celin menghilang sekarang datang lagi yang syuka g4t3l 🙄
yuning
🤣🤣 tidur diluar ditemani nyamuk
Jovin Huang
ahhh moga setalah ini bulan mau kasih hak utk Erik biar makin bucin tuh Erik 😂😂
Maharani Rani
lanjutt kak
ve spa
Mulut si Rachel, perlu dilaminating 😎
Kotin Rahman
manja tpi harus lihat situasi jga sopan santun.....namanya ponakan udh dewasa pula gak harus bgtu jga Rachel brgelondatan ama pria dewasa itu bahkan udah br istri.....pling tidak hargai istrinya saudaramu Chel Rachel 🙄🙄🙄🙄🙄
Eonnie Nurul
emang ada gitu sepupu model nya kayak gitu 🙄
Ayna Adam
Lanjut lagi kak 😘
Ayna Adam
Rasakan itu🤣🤣
Mitha Ali
♥️♥️💙♥️♥️♥️👍
Ayna Adam
Pepet terus Bulannya ya Erik😂
Kalo perlu latihan mandi bareng dulu di bawah shower🤭
vivinika ivanayanti
Eriikkkk.....gassskaann Rik.....🤭🤭🤭
Wiwie
pacaran setelah halal mah bebas rik 🤣
harus tegas lan wlaupun itu ponakan.enak aja spa suaminya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!