“Tuan, Nyonya mengajukan gugatan cerai pada, Anda!”
“Hah! Apa dia seberani itu?! Biarkan dia melakukan apa yang ingin dia lakukan, kita lihat, pada akhirnya dia akan kembali meminta maaf dan memohon.”
Pada akhir yang sesungguhnya! si Tuan Muda, benar-benar ditinggal pergi tanpa jejak apapun hingga membuatnya menggila dan frustasi. Dan lima tahun kemudian, di sebuah klub malam ia di pertemuan dengan seorang reporter yang sedang menjalankan misi penyamaran, untuk menguak kasus penculikan bayi lima tahun yang lalu, dan reporter itu adalah wanita yang membuatnya frustasi.
“Kamu pergi begitu saja, apa kamu pikir bisa lepas begitu saja! Urusan kita di masa lalu belum selesai, istriku.”
Ig. Kunang-kunangachi
FB. Achi_N
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Memang Jebakan Jessika
Abraham memang ada di ruangan itu, tapi dia tidak sendiri. Ada beberapa orang berpakaian rapi salah satunya Adik Sepupu, Abraham, dan yang mengejutkan! Abraham tidak mabuk, lelaki itu baik-baik saja, ada yang jauh lebih mengejutkannya lagi! Jessika ada di sana.
Alea menyadari….aku dijebak.
Melihat kehadiran Alea, tentu membuat penghuni di ruang itu pun kaget. Mereka saling pandang dan salah satu dari mereka, lelaki dengan setelan jas hitam, bangun ingin memarahi Alea, yang sudah lancang membuka pintu ruang VIP. Tapi…. ucapan dari Adik Sepupu Abraham, membuat lelaki tadi mengurungkan niatnya.
“Alea, apakah benar itu kamu! Ternyata, menjadi Istri Abraham tidak membuatmu berhenti menguntit Kakak Sepupuku, bahkan kamu sampai menyusulnya saat ia sedang bekerja seperti ini,” lelaki ini mengalihkan pandanganya pada Jessika, lalu kembali berucap, “Apa karena ada Jessika! Kamu cemburu pada Jessika? Kamu takut jika Kakak Sepupu akan berpaling pada wanita cantik yang ada di sisinya saat ini? kamu tidak percaya, Abraham.”
Tidak satu katapun Alea keluarkan untuk membalas cemoohan Adik Sepupu Abraham, Jimmy. Alea justru melemparkan tatapannya pada Jessika yang duduk di sebelah Abraham, gadis itu tersenyum miring. Arti dari senyuman yang memancarkan kepuasan, karena berhasil mempermainkan dan mempermalukan Alea, di hadapan rekan kerja Abraham.
Muak dengan Jessika, Alea berpaling, dan justru mempertemukan matanya dan mata Abraham. Lelaki itu diam seribu bahasa, diamnya Abraham sangat mengerikan, tidak ada yang tau apa isi kepala lelaki ini. Abraham menatap Alea tajam, otot-otot di lehernya pun menonjol menandakan jika ia sedang menahan emosi.
Sudah puluhan kali, Abraham memperingati Alea untuk jangan pernah datang, menampakkan diri saat ia sedang bersama rekan kerjanya, dan Alea sudah berjanji untuk ini.
Tapi dia mengingkarinya…pikir, Abraham.
Jessika, si gadis multitalenta, memainkan perannya, “Alea, maafkan aku. Tolong jangan berpikir macam-macam, aku dan Abraham hanya tengah membahas soal kerjaan, Produk baru William Grup, akan launching bulan depan aku modelnya. Disini juga banyak orang, sungguh aku tidak mempunyai niat apapun, jangan salah paham, Alea.”
“Dia sangat pencemburu,” timpal Jimmy, semakin membuat suasana tegang.
Dulu, Alea akan langsung lari pada Abraham, mencoba untuk menjelaskan semuanya, untuk kali ini tidak! Alea tidak mau membuang waktu dan tenaga, untuk membela diri karena itu sangat percuma. Dengan menundukkan sedikit kepalanya, Alea berkata, “Maaf, saya sudah mengganggu kalian. Permisi.” Alea menarik kembali gagang pintu dan menutup ruangan itu.
Dengan perasaan yang tidak karuan, dua kali sudah dia dipermainkan dan dipermalukan di tempat yang sama membuat Alea semakin membenci jalan hidupnya saat ini.
Jessika yang ingin menyempurnakan peran model berhati malaikat mengatakan, “Sepertinya Alea marah.” Dengan mimik wajah, penuh rasa bersalah.
“Sudah! Tidak perlu dihiraukan, dia saja yang keterlaluan. Tidak memiliki kepercayaan pada suaminya sendiri,” sahut Jimmy.
“Tidak Jimmy, aku harus memberi penjelasan pada Alea, aku sungguh merasa bersalah,” dengan wajah sedih, Jessika bangkit, “Aku harus menyusul, Alea,” sambungannya dan langsung pergi mengejar Alea.
"Alea, tunggu!"
Alea menghentikan langkah kakinya dan berbalik.
Tanpa merasa bersalah, Jessika mendekati Alea, menatap penuh benci wanita itu. Tapi Alea malah mengulurkan tangannya pada, Jessika, dan berkata, "Selamat, Jessika, kamu pemenangnya."
Jessika sedikit bingung. Selamat! Harusnya dia menangis, kan! Gadis ini terkekeh, "Seharusnya kamu tidak perlu menahan diri seperti ini, jika mau menangis, menangislah! Aku senang mendengarnya," ucapnya lalu menepis uluran tangan Alea.
Alea menimpali hanya dengan senyum tipis, "Jessika, di masa depan kamu tidak perlu lagi melakukan taktik murahan seperti ini untuk menjatuhkan ku dan mendapatkan perhatian Abraham."
"Alea, kamu jangan sok kuat, aku tau kamu sangat lemah."
"Nyonya, apa dia mengganggu Anda?" Pak Sopir menghampiri Alea, ia sudah waspada pada Jessika, yang sepertinya ingin mencari gara-gara dengan Nyonya muda.
"Tidak, dia hanya menyapaku. Ayo kita kembali ke Villa," sahut Alea dan kembali berbalik menuju mobil.
Di ruangan VIP
Jimmy, tidak henti-hentinya mengolok-olok Alea, di depan rekan kerja Abraham.
"Jadi, wanita tadi istri dari Tuan Abraham, sungguh saya baru melihatnya," ucap salah satu pria menimpali cemoohan Jimmy.
"Putri tunggal dari Keluarga Kim, yang memiliki kelakuan buruk, licik dan ...."
PRAK! "Cukup!"
Abraham yang sejak tadi diam membisu, membanting gelas di atas meja, membuat semuanya terdiam, termasuk Jimmy.
Yang lainnya langsung merasa tidak enak, seperti apapun Alea tidak seharusnya mereka menjelek-jelekkan wanita itu di depan suaminya sendiri, berbeda dengan Jimmy, yang malah memanasi Abraham, "Hei! kamu kenapa! Apa kamu sudah mulai peduli dengan wanita licik itu? sudah Abraham, semua orang tahu seperti apa Alea, jadi sangat wajar jika kamu dan keluarga besar Liam membencinya."
Di luar ruang VIP, Jessika menampar pipinya sendiri dengan kuat, sampai menimbulkan bekas merah yang nyata. "Sial! kenapa sakit sekali," umpatnya membodohi diri sendiri. Gadis ini kembali masuk ke ruangan VIP.
Jimmy dan yang lain terkejut, dimata mereka Jessika terlihat sangat berantakan.
"Jessika, kamu kenapa?" tanya Jimmy.
Dengan lunglai, Jessika berjalan mendekati Abraham lalu duduk di sampingnya, "Alea, dia benar-benar salah paham padaku. Aku berusaha mencoba memberi penjelasan dan pengertian, tapi dia malah menamparku," ucapnya seraya menyentuh pipi yang sengaja ia buat merah dan sedikit memar.
"Gila! Abraham, istrimu itu benar-benar gila, jika cemburu apa dia harus seperti ini? aku tidak habis pikir kamu bisa bertahan dengannya selama tiga tahun."
"Jimmy, kamu tidak boleh bicara seperti itu, Alea tidak bersalah," timpal Jessika dengan bijak.
"Tuan Abraham, jika wajah Nona Jessica seperti ini kita tidak bisa melakukan pemotretan."
"Sial, lagi-lagi wanita licik itu membuat masalah," umpat Jimmy yang benar-benar sangat membenci Alea.
"Kalau begitu, biarkan Jessika istirahatlah dulu selama beberapa hari, kita tunda saja pemotretan," kata Abraham, dengan wajah datarnya, mengambil keputusan yang tentu tidak bisa ditawar lagi.
Kenapa ini! Kenapa Abraham tidak marah pada Alea, seharusnya dia marah kan karena Alea sudah menghancurkan rencana pemotretan yang akan dilakukan besok.
Abraham bangun dari duduknya.
"Abraham, kamu mau ke mana?" tanya Jessika.
"Aku harus kembali ke kantor, kamu pulang lah dan istirahat."
"Tapi Abraham, bukankah kamu sudah berjanji, hari ini akan mengajakku tinggal ke Villa, mu?"
Mendengar ucapan Jessika, rekan kerja di sana terbelalak! Mengajak Jessika ke Villa! Villa yang dimaksud, tempat tinggal Tuan Abraham, kan!
Abraham kesal dengan Jessika namun dia tidak bisa memarahi gadis itu.
"Kalau begitu, kami permisi Tuan Abraham, ada pekerjaan yang harus kami lakukan," ucap salah satu pria di sana, tidak ingin ikut campur masalah pribadi dan langsung mendapat anggukan dari rekan yang lainnya.
Setelah hanya tersisa Jimmy disana, Abraham berkata pada Jessika, "Jessika, apa aku pernah mengatakan, kamu akan tinggal di Villa?"
Aura Abraham begitu dingin, Jessika sadar jika lelaki ini marah padanya, "Maafkan aku Abraham, tapi bukankah kamu berjanji akan mengajakku ke Villa, mu."
"Hanya mengajak, bukan untuk tinggal di sana," kata Abraham, dengan menekan kata-katanya.
"Sudah Abraham, kamu jangan menyalahkan Jessika, seharusnya kamu tegur Alea yang sudah menyakiti model kita ini."
Abraham tidak menggubris ucapan Jimmy, dia mengambil ponselnya menghubungi Sekretaris Lee, untuk menjemput.
"Kalian pulanglah," titah Abraham, dan karena tidak ingin membuat Abraham kesal, Jimmy langsung mengajak Jessika keluar.
Saat sendiri, Abraham kembali membayangkan adegan Alea yang tiba-tiba membuka pintu ruangan VIP, Alea tidak biasanya bersikap tenang seperti tadi.
Dia kembali membuka ponselnya dan mengetik pesan untuk Alea, sejenak lelaki ini ragu apakah harus mengirim pesan itu atau tidak. Tapi karena ingin mendapatkan jawaban langsung dari Alea, Abraham pun menekan tombol kirim.
(Alea, apa kamu menyakiti Jessika?)
Alea, yang masih dalam perjalanan menuju Villa Mars, tersenyum getir melihat pesan itu (Apa yang Jessika katakan padamu? Kamu dengar dan percaya saja, Abraham)
Setelah membalas pesan, Alea langsung mematikan ponselnya.
Tiga hari kemudian
“Tuan, Nyonya Muda mengajukan gugatan cerai pada, Anda,” dengan ragu-ragu Sekertaris Lee menghadap Abraham dengan membawa amplop putih di tangannya.
Abraham sangat terkejut, tapi dia tidak menunjukkannya dan hanya menimpali dengan santai, “Ha! Apa dia seberani itu? Biarkan dia melakukan apa yang ingin ia lakukan. Kita lihat! Dia pasti akan menyesal, lalu datang meminta maaf dan memohon padaku,” sahut Abraham dengan sangat percaya diri.
Untuk kali pertama, Sekertaris Lee meragukan kepercayaan diri Abraham.
“Tuan apa Anda tidak ingin membaca surat gugatan cerai yang dikirim Pengacara, Nyonya Muda?”
“Tidak perlu, buang saja! Pastikan jika Nenek Rossela, tidak mengetahui hal ini, sampai Alea datang memohon padaku.”
Bagi Abraham, surat gugatan itu hanya senjata Alea untuk mengelabuinya jadi tidak penting.
“Baiklah.”