PENJARA CINTA Untuk STELLA

Juan memakai jaketnya. Ia tak ingin membuat kecewa wanita yang telah ia nikahi. Jujur, saat ini jiwa Juan bergejolak. Rasanya ingin serakah. Rasanya ingin memiliki Stella dan bayinya. Rasanya tak ingin berpisah dari wanita yang bisa membuatnya kembali tersenyum. Yang bisa membuatnya ingin cepat-cepat pulang ketika bekerja. Yang bisa membuatnya sedikit melupakan lara yang ditinggalkan oleh seseorang yang pernah memiliki hatinya.

Kini, pria tampan ini duduk di sofa kamar mereka. Menunggu sang pemilik hati yang baru. Termenung memikirkan bagaimana caranya menahlukkan hati sang permaisuri. Pikiran Juan terus melayang. Mencoba mengatur stragegi agar Stella tidak pergi dari hidupnya. Tetap menemaninya seperti sekarang ini. Juan rela menjadi pesuruhnya, asalkan Stella tetap di sampingnya dan mau memberikan sedikit ruang di hati untuknya.

Sepuluh menit kemudian, Juan tersadar dari lamunannya. Matanya menangkap sesuatu yang sangat indah. Kaos oblong miliknya, telah berubah menjadi dress mini yang sangat cantik. Stella menjadikan kaos itu menjadi dress yang terkesan mewah. Diikat ke sana ke mari hingga menciptakan kesan feminim yang mempesona.

"Ste!" panggil Juan.

"Ya." Stella menoleh.

"Dari mana kamu punya ide bisa bikin kaos jadi dress cantik gitu?" tanya Juan kagum. Stella hanya melirik dengan senyuman menggemaskan tentunya.

"Ste!

"Heeemmm!"

"Kayaknya aku mesti manfaatin kecerdasan kamu," ucap Juan sembari memegang-megang bentuk kaosnya yang telah berubah menjadi model dresa yanv menawan.

"Yang penting cocok bayarannya aja," jawab Stella sombong.

"Hilih, sama suaminya perhitungan," balas Juan seraya memakai sisir milik Stella.

"Emang kalau sama suami nggak boleh perhitungan gitu?" tanya Stella sembari melirik pria tampan di sampingnya.

"Ya nggak bolehlah, kan kalau suami sukses uangnya buat siapa coba?" balas Juan tanpa berpikir panjang.

"Berarti surat perjanjian kita batal kalau gitu," tambah Stella.

Seketika Juan langsung melotot terkejut.

"Kenapa? menyesal main itung-itungan ama istri? " ledek Stella dengan muka super imutnya.

"Nggak jadi kalau gitu, besok kamu juga nggak boleh ambil bajuku sembarangan," jawab Juan merasa kalah cerdik.

"Owh, tidak bisa kamu sudah ngizinin aku makai kaos-kaos itu kan. Jadi dilarang protes. Lelaki sejati tak akan ingkar janji," balas Stella tak mau kalah.

Juan terlihat berpikir keras. Tentu saja ia tak mau terperdaya oleh wanita cantik satu ini.

"Kenapa nglirik? kalau mau ngomong, ya ngomong aja," pancing Stella sembari membubuhkan bedak ke wajahnya.

Juan hanya tersenyum, sambil menatap perut Stella yang mulai terlihat menggembung. Seketika pria ini memiliki ide untuk mengalihkan perhatian sang istri.

"Ste!"

"Heemm!"

"Kamu penasaran nggak dengan jenis kelamin baby kita?" pancing Juan.

Stella menghentikan aktivitasnya. Jujur ada sedikit ketidaknyamanan di hatinya, ketika Juan mengatakan bahwa bayi yang ada dalam kandungannya adalah anaknya. Stella merasabersalah pada pria baik ini. Seandainya waktu bisa diputar kembali, ingin rasanya Stella bertemu dengan Juan terlebih dahulu, dari pada dia, pria yang telah menghancurkannya tanpa kata.

"Bukankah kamu bilang bayi ini adalah milikmu. Jadi kamu yang berhak tahu jenis kelaminnya terlebih dahulu, Juan," ucap Stella seraya memegang tangan Juan dan menaruhnya di perutnya.

Seperti mendapatkan peluang emas, Juan pun langsung mengelus perut yang mulai membuncit itu.

"Ini lucu sekali Ste, aku menyukainya," ucap Juan antusias. Senyum tampannya terlihat begitu tulus. Juan merasa sangat-sangat bahagia.

Mata mereka saling menatap. Juan pun langsung mengutarakan apa yang ada di otaknya.

"Bolehkah aku menciumnya Ste?" tanya Juan. Tentu saja ia tak ingin gegabah. Ia ingin, apapun yang ia lakukan tak menyakiti perasaan Stella. Juan tak ingin Stella merasa ia lecehkan.

"Aku malu Juan," ucap Stella jujur.

"Kenapa?" tanya Juan sembari menatap mata Stella yang masih menyimpan kesedihan.

"Aku merasa tidak pantas mendapatkan kasih sayangmu, Juan," jawab Stella.

"Kita sudah sepakat Ste. Janganlah kamu berpikir macam-macam. Kita memang nggak tahu apa yang akan terjadi di depan. Apakah kita memang ditakdirkan berjodoh, atau tidak. Yang jelas saat ini yang ada dipikiranku hanya ingin menjaga kalian. Terutama dia, aku sudah jatuh cinta padanya Ste. Tolong jangan jauhkan aku darinya," jawab Juan memohon. Berharap Stella luluh dengan ucapannya.

Stella tahu jika pembicaraan mereka sudah mengarah pada sesuatu yang berbau perasaan. Secepat kilat wanita ini menepis kasar tangan Juan. Kemudian ia kembali beracting seolah mereka tak melewati waktu yang menjurus ke arah keromantisan. Juan tahu jika ini adalah taktik Stella untuk menghindar dan pria ini memang berjanji untuk memberi waktu pada wanita ini. Agar memahami apa yang telah terjadi antara mereka. Tanpa merasa terpaksa sedikit pun.

"Dah ah, jangan lama-lama pegangnya. Nanti ketagihan lagi," ucap Stella sembari melangkah meninggalkan Juan dan mengambil tas tangannya.

Juan hanya tersenyum. Ia tahu wanita ini memang punya harga diri yang sangat tinggi. Ia pun kembali mengubah pemikirannya untuk kembali pada tujuan awal.

BERSAMBUNG...