Novel ini bercerita tentang kehidupan seorang perempuan setelah berpisah dari orang yang dicintainya. Namun, takdir berkata lain karena ada kisah lain yang muncul setelah mereka berpisah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Matri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 16
Saat jam untuk makan malam, Senja juga tidak muncul.
"Eh Senja di mana ya?" Tanya Cleo.
"Tadi katanya mau ke kamar mandi. Tapi ngga kembali-kembali juga. Atau mungkin dia langsung ke kamar ya ?" Sam menjelaskan.
"Mungkin dia masih merasa kurang enak badan." Leon menambahi.
"Cihh. Dasar manja. Cari perhatian aja tuh anak." Raisa kesal.
"Ya udah nanti aku kasitau mba Sinta biar antarkan makanannya ke kamarnya saja." Cleo mengambil keputusan.
Dia kemudian memberitahu Sinta untuk mengantar makan ke kamar Senja karena menurutnya bisa saja Senja masih merasa sakit. Sintapun menurutinya.
Dia kemudian mengambil makanan dan berjalan ke arah kamar Senja. Namun, beberapa saat kemudian, Senja kembali dan memberitahu kepada Bimo.
"Pak. Sepertinya Mba Senja tidak ada." Bisik Sinta pada Bimo.
"Apa maksud kamu tidak ada?" Bimo bingung.
"Saya tadi diminta mengantar makan ke kamarnya karena katanya dia masih sakit. Tapi setibanya di sana, saya panggil-panggil ngga ada jawaban. Karena khawatir, saya akhirnya membuka kamarnya dengan kunci cadangan. Tapi dia tidak ada juga di dalam kamar." Sinta menjelaskan.
Bimo kemudian memanggil Cleo dan bertanya. Kemudian mereka memeriksa di kamar mandi, namun Senja tidak juga ditemui.
"Anak-anak semua. Harap untuk tidak keluar dari ruang makan ini setelah makan. Saya ingin bertanya, apa di antara kalian ada yang melihat Senja? Anak kelas 1." Pak Guru mulai panik dan memberi peringatan.
Semua anak tidak ada yang menjawab.
"Tuh anak hobby banget sih cari perhatian. Suka banget deh buat masalah. " Ujar salah satu murid.
"Tau tuh." Sambung yang lainnya.
Angga yang mendengar itu menjadi panik. Juga Hazel. Karena tidak ada yang melihat, akhirnya Bimo dan para guru memutuskan untuk mencari di sekitar kawasan itu.
Hazel semakin gelisah karena Senja tidak juga ditemui.
"Cleo, Senja ke mana? Bukannya kalian tadi masih sama-sama?" Tanya Angga panik.
"Tadi emang kita masih bareng. Trus dia katanya mau ke kamar mandi. Setelah itu dia udah ngga kelihatan lagi. Gue kira dia balik ke kamar karena masih sakit." Jelas Cleo.
"Pak Bimo. Saya juga mau ikut mencari Senja." Angga menawarkan diri.
"Ya. Baiklah. Untuk teman-teman yang mau bergabung mencari, silahkan maju. Yang lain, silahkan tetap tinggal di sini." Jelas Bimo.
Mereka mulai melakukan pencarian di sekitar kawasan. Hazel tidak tinggal diam. Dia kemudian ikut melakukan pencarian sendiri. Dia memilih untuk mencari melalui arah ke belakang gedung. Saat hendak berlari melalui sebuah lorong, dia menemukan pita rambut.
"Ini kan pita rambut yang tadi dipakai Senja." Hazel memungut pita itu. Tiba-tiba otaknya memikirkan sesuatu.
"CCTV" Ucapnya sendiri kemudian berlari ke arah ruangan milik Bimo yang terdapat pengontrol CCTV.
Dia segera mengecek CCTV yang ada. Betapa terkejutnya dia ketika melihat Senja diperlakukan tidak sewajarnya oleh Virgin dan Boby. Dia kemudian melihat secara seksama CCTV yang ada. Mereka tidak lagi terlihat kamera CCTV di ujung hutan.
"Sepertinya aku tahu di mana Senja berada." Tanpa menunggu lama, Hazel segera berlari keluar. Tepat pada saat itu, hujan besar tiba-tiba turun beriringan dengan guntur dan kilat.
"Oh shiiit." Umpat Hazel kesal. Namun dia tetap memilih untuk pergi mencari Senja.
"Virgin, gimana nih?" Boby ketakutan sambil berbisik kecil ke Virgin.
"Apaan sih. Dia juga ngga mungkin mati di sana. Paling juga bentar lagi dia ditemukan."
"Ba.. Bagaimana kalau dia mengadu ke Kepala Sekolah?" Tanya salah satu teman mereka yang tadi membantu mereka.
"Ngga mungkinlah. Kalo sampe dia aduin kita. Bakal gue buat dia mampus sekalian. " Kesal Virgin.
"Siapa yang mau lo buat mampus sih?" Dimas penasaran ketika tanpa sengaja mendengar Virgin berkata seperti itu.
"Eh.. Aa.. I.. Itu. Ini nih Boby, gangguin gue daritadi jadi gue bilang mau mampusin dia. " Virgin mengelak.
"O... Gue kira apaan."
Boby dan Virgin mematung dan sedikit panik.
.
.
Pak Boby dan teman-teman yang mencari sudah kembali. Mereka berkata bahwa hujan turun sangat lebat dan mempersulit pencarian mereka. Pencarian akan kembali dilakukan setelah hujan agak lebih reda. Banyak murid yang panik. Namun tidak banyak juga yang menyumpahi Senja dan menganggap bahwa Senja hanya biang masalah dan suka mencari perhatian orang.
.
.
Hazel berlari menyusuri hutan yang ada, sembari sesekali memanggil Senja. Sedangkan Senja, dia sedang duduk menangis di bawah pohon besar. Mata dan tangan juga mulutnya tertutup kain. Usahanya untuk melepas tali di tangannya sama sekali tidak berhasil. Dia ingin melangkah, namun dia takut jika dia melangkah maka bisa saja ada jurang atau lobang di sekitarnya yang bisa membuat dia terjatuh.
"Senjaa... Senjaaa. " Sebuah suara samar-samar memanggil.
Senja mendengar. Semakin jelas suara panggilan itu. Dia tidak bisa menjawab karena mulutnya ditutup.
Dari kejauhan, Hazel mendapati Senja di bawah sebuah pohon. Dia kemudian berlari ke arah Senja.
"Senja.. Senja.. Astaga." Hazel mendapati Senja yang sedang berdiri kehujanan dan basah.
Dia segera membuka ikatan tangan dan mata Senja serta mulutnya.
"Hazeellll." Tanpa berpikir lagi, Senja segera memeluk erat Hazel.
"Maaf. Gue baru datang sekarang." Hazel ikut memeluk erat tubuh Senja yang gemetar.
Senja menangis sesegukan. Dia merasa bahwa hidupnya sedikit lagi akan selesai jika Hazel tidak datang menemuinya.
"Ssshhh sshhh." Hazel menenangkan.
Dia kemudian membuka jaketnya dan menutup seluruh tubuh Senja yang gemetar kedinginan.
"A... Aku takut banget Zel. Aku takut.." Senja menangis.
"Tenang ya. Gue udah ada di sini. Lo aman sekarang. Kita pulang ya?" Hazel memegang wajah Senja dan berbicara lembut.
Mereka kemudian saling berpelukan dan kembali ke penginapan. Hazel terus memapah Senja yang masih terus menangis. Seketika, muncullah Bimo dan teman-teman mereka yang lain.
"Senja." Panggil Angga panik.
"Tuan." Bimo memanggil.
Senja tidak lagi kuat dan diapun pingsan. Melihat itu, dengan segera Angga segera menggendong Senja dan membawanya pulang ke penginapan.
Tanpa menunggu lama. Bimo segera menelepon dokter untuk segera datang. Beberapa saat kemudian, sebuah helikopter yang membawa para dokter mendarat ke kawasan itu. Mereka segera menangani Senja dengan cepat.
Senja yang sedang datang bulan, ditambah lagi air hujan yang mengguyurnya membuat kondisi tubuhnya tidak stabil dan demam. Senja segera diopname dan dia kemudian menjadi lebih baik. Secara berkala, dia diperiksa. Dokter kemudian mengatakan bahwa kondisi tubuh Senja sudah stabil dan dia hanya butuh istirahat.
Suasana penginapan kembali tenang. Tetapi tidak dengan Boby, Virgin dan dua orang teman suruhan mereka. Mereka khawatir jika Senja membuka mulut.
.
.
Keesokan paginya, Senja sudah merasa baikan walaupun masih sedikit lemah.
"Kamu udah bangun?" Tanya Angga yang sudah berada di sampingnya.
"Hai kak. Iya nih. Aku udah mendingan."
"Beneran?" Angga memegang kening Senja.
"Iya kak."
"Syukurlah. Anak-anak yang lain pada ke pantai." Angga menjelaskan.
"Kenapa ka Angga ngga ikutan? " Tanya Senja.
"Aku mau jagain kamu. Sebenarnya kenapa kamu tiba-tiba di sana Senja? " Angga penasaran.
"I.. Itu.... " Senja memilih untuk tidak memberitahu.
"Ya sudah. Aku ngga akan paksain kamu untuk cerita. Tapi pihak kawasan ini sedang mencaritahu apa yang terjadi." Senja diam
Dilihatnya bekas ikatan tali di tangannya yang sedikit lebam.
"Ini udah termasuk kriminal sih." Angga celetuk.
.
.
BERSAMBUNG...
Semangat berkarya yaa... 💕
dikasih space kak