Insha dan Hanafi akhirnya melangsungkan pernikahan. Pernikahan mereka sangat bahagia, tentu saja karena Insha sangat mencintai suaminya begitu pula dengan Hanafi. Hari-hari mereka isi dengan canda tawa, cinta dan kasih sayang yang tulus dari kedua nya. Sampai pada suatu hari Insha sangat menyesal telah mencintai seorang laki-laki yang salah dan telah ingkar janji terhadapnya. Ya,..Hanafi menikah lagi dengan seorang perempuan yang tidak lain adalah kakaknya sendiri Salma. Hidupnya bagai neraka dengan derita dan luka yang tiada habisnya. Akankah Insha sanggup menjalani kehidupan berdampingan dengan Salma yang berstatus sebagai istri muda sekaligus kakaknya. yuk..ikuti kelanjutan kisah hidup Insha,jangan lupa vote dan tinggalkan komennya ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cawica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan part 3
''Perkenalkan ini istri saya Insha Humairah'' perkataan Hanafi yang memecah keheningan
membuat sorak-sorak nakal dari karyawannya. Hanafi pun sambil menggenggam
tangan Insha wajahnya tersipu malu melihat reaksi para karyawannya dia tertawa
kecil sambil mengusap keningnya.
''Mulai hari ini nona Insha juga atasan kalian, saya harap kalian juga menghormatinya
sebagai keluarga baru Wijaya Group. Sekarang saya persilahkan kalian untuk
menikmati hidangan yang sudah tersedia, semoga kalian nyaman berada disini.
Cukup sekian untuk perhatian dan kehadiran kalian saya ucapkan terimakasih''
Hanafi mengakhiri kalimatnya dan memandang Insha lekat.
''Kenapa Insha, kau nampak gugup''
''Tidak mas Han, saya baik-baik saja'' Insha nampak menarik nafas dalam.
''Tidak perlu gugup mulai sekarang mereka karyawanmu juga, keluargamu juga'' Hanafi
tersenyum manis kepada Insha dan di sambut dengan senyum cerah Insha.
''Lama-lama kamu akan terbiasa'' Hanafi melepas genggaman tangannya dan mengelus pipi Insha
lembut
''Aku akan menemui beberapa karyawanku, apa kau mau ikut? ''
''Maaf mas Han, aku akan menemani keluarga bapak yang ada didalam saja''
''Baiklah,nanti aku kesana'' Hanafi berjalan menjauhi Insha dan membaur dengan karyawannya dalam
sekejab Hanafi hilang dari pandangan karna banyaknya Tamu yang datang.
Insha membalikkan tubuh dan berjalan ke dalam, bagaimana aku akan menjalani
kehidupan dengan mas Han nanti, bertemu orang sebanyak itu saja aku tak pernah,
apa yang akan aku katakan pada mereka aku hanya wanita yang tak berpendidikan
seperti mereka.
'' Karyawan suamimu banyak ya nduk, pasti perusahaannya juga besar. Alhamdulilah nduk kamu
beruntung punya suami seperni nak Hanafi, sudah tampan, baik, tegas dan
insya'allah dia bisa mencukupi kehidupanmu nanti nduk'' senyum ayah Insha
nampak mengembang dan puas penuh syukur. Begitu pula Salma yang berada di
samping Ayahnya juga tersenyum bahagia melihat adiknya mendapat laki-laki yang
tepat.
''Alhamdulilaah pak Hanafi memang sudah di takdirkan untuk Insha'' jawab Salma sambil merangkul
ayahnya dengan satu tangan.
''Alhamdulilah, semoga Insha bisa menjadi yang terbaik juga buat mas Han'' senyum Insha tampak
cerah.
Acara siang itu berjalan dengan lancar, para karyawan Wijaya group sudah beranjak pulang.
Tamu dari keluarga Insha mulai berdatangan begitu juga dengan tetangga dekatnya
mereka memenuhi rumah Insha sekedar memberikan kata selamat kepadanya. Para
pemimpin pondok pesantren, juga murid-murid yang kenal dekat dengan Insha juga
datang. Mereka bersalaman juga berbincang dengan tamu-tamu yang ada. Sampai tak
terasa waktu pun sudah beranjak sore, semua tamu sudah hilang dari pandangan
menyisakan keluarga inti Insha yaitu ayah dan Salma juga Hanafi dan 5 orang
penjaga rumahnya masih berada disana.
Pesta sudah selasai nampaknya, Hanafi sudah menugaskan orang-orang khusus untuk
membersihkan rumah Insha setelah pesta usai. Ia sudah merencanakan semua dengan
sangat matang, ia tak ingin sedikit pun merepotkan keluarga Insha nanti. Tanpa
di minta pun semua telah mengerjakan tugasnya masing-masing dengan cepat,
Hanafi ingin sebelum malam tiba rumah mertuanya itu sudah tampak bersih seperti
tak ada pesta apapun yang di gelar.
Waktu sudah larut adzan magrib segera berkumandang, semua pekerjaan sudah di selesaikan
dengan tepat waktu. Semua sudah kembali seperti semula. Didalam rumah pun mbak
Risna, mbak Fatimah dan bu Ririn telah selesai dengan pekerjaannya. Mereka
membantu membersihkan didalam rumah dan juga menghidangkan makanan untuk makan
malam Hanafi dan juga keluarga barunya.
''Mas Hanafi semua untuk makan nanti malam sudah siap,'' mbak Risna menjelaskan kepada
Hanafi didapur rumah Insha sambil menunjuk menu makannya.
''Iya mbak terimakasih ya...hari ini mbak sudah cukup berkerja keras disini, setelah ini
mbak, mbak Fatimah, bude, pak Tono, dan pak Sardi boleh pulang''
''loh.. lah memang mas Hanafi dan nona enggak ikut pulang?''tanya mbak Fatimah yang
terlihat kaget dengan jawaban Hanafi
''iya mas Hanafi enggak ikut pulang?'' timpal mbak Risna
''Ya kalau aden gak pulang kita juga ikut disini saja den, biar besok bisa masak buat
sarapan sekalian buat keluarga nona Insha '' jawab Bu Ririn santai.
''Saya tidur disini malam ini mbak, bude, besok pagi saya pulang. Besok pagi pak Tono yang akan menjemput saya dan Insha''
'' Tapi beneran nih mas gapapa di tinggal disini sendirian'' jawab mbak Fatimah sambil
merapikan piring yang sudah di cuci ketempat piring.
''Ahh..mbak Fat kan sudah ada nona Insha yang menemani mas Hanafi, hehe...'' mbak Risna
menggoda dengan senyuman nakalnya.
''Iya, mungkin mas Hanafi ingin mencoba masakan mbak Insha'' mbak Fatimah tertawa
kecil menggoda Hanafi.
''Sudah..sudah..kalau maunya aden tidur sini gapapa kan ini rumah aden juga sekarang''
Bu Ririn memang selalu santai, dia seperti sosok orangtua untuk Hanafi, dia selalu
menasehati Hanafi dalam segala hal, bahkan terkadang Hanafi bercerita tentang
masalah pribadinya pada bu Ririn. Ia pun tak pernah pulang kekampung
halamannya. Semenjak ia bercerai dengan suaminya ia tak pernah lagi pulang.
Rumah satu-satunya yang ia miliki pun sudah di jual oleh mantan suaminya.
Disana sudah tak ada lagi sanak saudara untuknya, ia juga tak memiliki anak,
sehingga tak ada lagi alasan untuknya pulang ke kampung halamannya. Baginya
Hanafi sudah seperti anaknya sendiri, dia sudah hafal semua sifat dan sikapnya,
juga semua makanan dan minuman yang ia sukai, karna sejak kecil bu Ririn lah
yang mengasuh Hanafi.
Suara langkah kaki terdengar mendekat, nampak Insha berjalan
mendekat ke arah dapur tempat 4 orang
yang sedari tadi mengobrol dengan asyiknya.
‘’Eehh... nona Insha’’ sambut mbak Risna yang melihat Insha mendekat
‘’Insha, kemarilah..’’ Hanafi menoleh pada Insha yang sudah
ada tepat di belakangnya ‘’maafkan mereka ya sudah membuat gaduh di dapurmu
ini, pasti kamu terganggu, ‘’
‘’Tidak mas Han, sama sekali tidak, justru saya berterimakasih telah repot-repot di masakin sebanyak ini,eemm..sungguh, baunya membuat saya tambah lapar saja’’ Insha
memandangi makanan yang sudah di siap kan di meja dapurnya yang nampak penuh
dengan berbagai menu makanan.
‘’Nona ini bicara apa, kan sudah tugas kita non’’ jawab mbak Fatimah dengan tersenyum puas melihat Insha yang memandangi masakan di dapur
Hanafi beranjak mendekati Insha, ia sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian yang biasa ia pakai di rumah, memakai rok panjang, baju lengan panjang dan juga kerudung persegi 4 kesukaannya.Hanafi menepuk
lembut bahu Insha.
‘’Tidak usah sungkan, mereka yang membantu pekerjaan dirumah
setiap hari. Oh iya, kamu belum tahu nama mereka kan, aku belum sempat
mengenalkan mereka padamu tadi. Ini mbak Risna, yang merapikan piring itu mbak
Fatimah dan juga ini bu Ririn atau bude biasa aku memanggilnya, dia yang
mengasuhku sejak kecil’’ ucap Hanafi sembari menunjuk jarinya pada orang-orang yang di sebut namanya tadi
‘’Dan juga 2 orang yang didepan tadi kau sudah mengenalnya bukan’’
‘’Iya mas Han, pak Sardi dan pak Tono saya sudah mengenal mereka. Mbak Risna, mbak Fatimah dan bude salam kenal ya, saya Insha. Saya harap saya bisa membantu kalian dirumah mas Han nanti’’
‘’Ya saya dong non yang membantu nona, bukan sebaliknya’’timpal Risna secepat kilat.
‘’Iya, kan sudah tugas kami mengurus rumah mas Hanafi dan
juga membantu nona’’ jawab mbak Fatimah dengan senyum manisnya sambil memandang
wajah Insha.
‘’Tidak usah sungkan dengan kami ya non’’
‘’hehe.. iya bude maaf’’ Insha tersenyum malu mendengar
jawaban ketiga perempuan di depannya, maklum ia sama sekali belum pernah
memiliki pembantu rumah tangga. Semua pekerjaan rumah ia kerjakan bersama
kakaknya. Jangankan untuk membayar gaji pembantu untuk makan sehari-hari saja
masih terbilang kurang meskipun ia tak pernah mengeluh.
Waktu berjalan cepat magrib pun telah berkumandang,mereka para pembantu Hanafi pun pulang ke rumah
sesuai perintah . Menyisakan hanya 4 orang di rumah itu, Salma sedari tadi tak
terlihat ia biasa melakukan ibadah di musola yang tidak terlalu jauh dari rumah. Sedangkan ayahnya, ia sangat jarang keluar rumah, paling banyak aktifitas ia lakukan didalam kamarnya, tentu saja
karna penyakitnya itulah yang membatasi setiap geraknya. Dulu sebelum ia sakit,
ia selalu aktif di setiap kegiatan masyarakat maupun keagamaan terutama di
pondok pesantren. Kini ia lebih memilih untuk berdiam diri di rumah untuk
menjaga kesehatannya. Mulai saat itu juga Insha dan Salma lah yang mengurus
semuanya termasuk mencari uang untuk makan sehari-hari juga merawat kebun milik
ayah sebagai satu-satunya harta yang ia miliki. Semua hartanya sudah habis
terjual untuk biaya ayahnya selama sakit tapi itu tak merubah apapun, sampai
sekarang pun penyakitnya tak kunjung sembuh, mungkin karna usianya yang sudah menua.
Terlihat Insha berada di samping pintu kamar ayahnya, tak
ada pintu disana hanya kelambu tipis yang menutupi kamarnya, Ia mengintip di
balik kelambu apakah ayahnya baik-baik saja dan juga telah menunaikan sholat.
Terlihat ayahya sedang melakukan sholat dengan terduduk di kursi kesayangannya,
di lihatnya juga makanan yang di hidangkan Insha tadi sore pun telah habis di
meja dekat tempat tidurnya. Insha pun merasa lega ia segera pergi ke kamar
mandi untuk mengambil wudlu dan melaksanakan sholat.
Bersambung...
😡😡😡
Dari omongan Salma, apakah mungkin Pras cinta sama Insha???
Terus kenapa bisa mencintai Salma juga?!
MEMBINGUNGKAN!!!
😡😡😡
Hanafi dengan dalih demi kebaikan insha, menuruti hawa nafsu menikah dengan salma, berhubungan dengan Salma
sayang banget ya, karma buat Salma langsung dibuat meninggal, harusnya sengsara dulu di dunia.