Hidup Naura yang sudah menderita itu, semakin menderita setelah Jessica anak dari Bibinya yang tidak sengaja menjebak Naura dengan seorang pria yang dikenal sebagai seorang preman karena tubuhnya yang penuh dengan tato, berbadan kekar dan juga wajah dingin dan tegas yang begitu menakutkan bagi warga, Naura dan pria itu tertangkap basah berduaan di gubuk hingga mereka pun dinikahkan secara paksa.
Bagaimana kelanjutannya? siapakah pria tersebut? apakah pria itu memang seorang preman atau ada identitas lain dari pria itu? apakah pernikahan mereka bisa bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kasihan Ya Hidupmu
"Mas kerja aja gapapa, aku gak akan lama kok. Lagipula hinaan dari keluarga Bibiku itu udah gak mempan buat aku. Jadi, Mas pergi kerja aja, gak enak sama Juragan Adit yang udah baik banget sama Mas Aiden, mulai sekarang kita harus baik sama Juragan Adit biar Mas gak dipecat. Aku juga dengar kalau Juragan Adit kalau gak suka sama pegawainya pasti langsung pecat," ucap Naura yang takut jika sang suami akan bernasib sama dengan orang-orang yang sudah dipecat Juragan adit.
'Juragan Adit gak akan berani pecat aku, lagipula yang pecat orang-orang itu bukan Juragan Adit, tapi aku,' batin Aiden.
"Beneran gapapa aku kerja aja?" tanya Aiden dan diangguki Naura.
"Kalau ada apa-apa kabarin aku," ucap Aiden.
Baru saja Naura ingin menjawab, tiba-tiba ponsel mahal Aiden pun berdering, Aiden mengambil ponselnya dari dalam saku dan melihat siapa yang menelponnya.
"Aku harus segera siap-siap," ucap Aiden dan dnegan terburu-buru menyiapkan dirinya.
Naura melihat Aiden pergi pun heran, karena Naura jelas-jelas melihat ponsel mahal Aiden. "Perasaan hpnya Mas Aiden tadi merek terkenal deh, tapi masa iya Mas Aiden hpnya mahal, kan gajinya Mas Aiden cuma 2 juta," gumam Naura.
Tak lama setelah itu, Aiden tampak terlihat tampan seperti biasanya dnegan kaus oblong dan kali ini Aiden mengenakan celana kain, meskipun agak aneh. Tapi, ketika Aiden yang memakainya justru terlihat cocok.
"Aku pergi dulu," pamit Aiden dan pergi meninggalkan Naura di rumah sempit itu sendirian.
Setelah kepergian Aiden, Naura membersihkan rumah, meskipun rumah tersebut sempit, tapi Naura mampu menyulapnya agar lebih bersih dan nyaman untuk ditinggali.
Tanpa terasa, jam sudha menunjukkan pukul 10 dan Naura sudah selesai mandi dan berganti pakaian, Naura yang saat ini sudah berada di luar rumah dan sudah mengunci rumah itu pun menghela napas panjang.
Naura meyakinkan dirinya sebelum pergi dari rumah tersebut, setelah beberapa pertimbangan akhirnya Naura pun memberanikan diri untuk pergi.
Sebenarnya jarak dari rumahnya ke rumah Bibi Aulia memang tidak jauh, namun ia harus melewati jalan utama yang selalu ramai dengan Ibu-ibu yang duduk di teras sambil mengupas bawang atau menjemur kerupuk dan tentu saja jalanan itu tak pernah luput dari suara berbisik-bisik para Ibu-ibu.
Benar saja dugaan Naura baru saja ia melewati tikungan pertama, suara yang selama ini Naura coba abaikan, mulai menusuk telinganya.
"Lihat, itu Naura kan, yang baru nikah karena kepergok berduaan sama preman anak buahnya Juragan Adit," ucap Bu Siti.
"Iya, itu Naura. ternyata punya muka juga ya dia kesini," ucap Bu Titin.
"Saya dengar Naura sekarang tinggal sama preman itu di rumahnya Juragan adit yang ada di kebun," ucap Mbak Gita.
"Hahaha, udah nikah gara-gara kepergok warga, dapatnya malah cowok miskin, tapi ya untung aja dia udah nikah jadi gak akan godain suami-suami kita," ucap Bu Siti.
"Iya benar banget, akhirnya kita aman Ibu-ibu, dia udah nikah. Bu Terry pas saya ceritain tentang si Naura itu, langsung senang tau," ucap Mbak Gita.
Suara yang sejak tadi hanya berisi gosip tentang Naura pun berhenti dan berganti dengan sebuah pertanyaan.
"Mau kemana kamu Naura? kok bajunya rapi gitu? mau ke Juragan Adit ya buat pinjam uang, kasihannya baru nikah udah punya hutang aja. Lagipula, jadi cewek kok kegatelan gitu, lihat sekarang jadinya kamu dapat cowok yang miskin, banyak tatonya dan yang paling parah, dia itu preman," ucap Bu Ambar yang sejak tadi diam.
"Kasihan ya hidupmu, makanya jangan godain suami orang, ini semua adalah karma buat kamu. Udah yatim piatu, miskin lagi, lengkap sudah kemalanganmu," ucap Bu Titin.
Naura menggenggam erat tali tas selempangnya, matanya mulai terasa panas, namun ia bersumpah untuk tidak menoleh, tidak menunjukkan kelemahan.
"Halah, sudah takdir, Bu. Mungkin dia memang cocok dengan preman. Sama-sama tidak punya masa depan cerah!" timpal Bu Siti dengan nada mengejek.
"Mana mau pria baik-baik yang mau sama dia? Hartanya sudah habis, cuma si preman itu yang mau, itu pun karena mereka kepergok berduaan di gubuknya Pak Anton, kalau gak ya mungkin si Naura bisa menikah, orang gak ada yang mau sama dia. Kalau seandainya si preman itu kaya, pasti preman itu juga gak bakal mau menikah sama Naura, mendingan nikahin Jessica gak sih," ucap Bu Ambar dan ucapan Bu Ambar pun membuat orang-orang yang ada disana tertawa, mengejek hidup Naura.
"Bener banget, Bu. Jessica itu cantik, kulitnya mulus, gak ada jerawatnya, badannya seksi dan yang paling penting dia itu berpendidikan. Gak kayak si Naura, udah wajahnya jelek banyak jerawat, badannya agak berisi dan dia cuma lulusan SMP," jawab Mbak Gita.
Naura begitu sedih ketika mendengar hinaan yang diucapkan Ibu-ibu tersebut, meskipun Naura menikah dengan Aiden karena kepergok warga. tapi bukan berarti mereka bisa menghakimi Naura seenaknya begitu.
Naura pun mempercepat langkahnya dan memilih menjauh dari Ibu-ibu tersebut, Naura tidak ingin menanggapi perkataan mereka karena Naura tahu mau sekeras apapun Naura membela diri, tetap saja orang-orang tidak akan ada yang percaya apalagi mau membela Naura. Jadi, Naura lebih memilih pergi saja dan membiarkan Ibu-ibu tersebut berbicara apa yang menurut mereka benar.
Naura pun akhirnya sampai di rumah Bibi Aulia, Naura memberanikan diri masuk kedalam rumah tersebut dan mengambil barang-barangnya. Ketika Naura masuk kedalam, ternyata rumah tersebut begitu sepi.
"Bi Aulia pergi ya, kalau gitu aku harus cepat-cepat beresin barang-barangnya," gumam Naura.
Naura mengambil tasnya dan memasukkan barang-barang peninggalan Ayah dan Ibunya, seperti foto, kotak tempat kerajinan tangan Ibunya, beberapa pakaian Ayah dan Ibunya. Tudak banyak barang peninggalan Ayah dan Ibunya, jadi Naura hanya membawa barang-barang orangtuanya saja dan meninggalkan barang-barangnya yang tidak banyak itu.
Naura selesai mengemasi semua barang-barangnya, lalu ia pun segera pergi. Namun, ketika Naura baru saja keluar dari kamarnya, Bibi Aulia dan Jessica datang.
"Ngapain kamu kesini?" tanya Bibi Aulia.
"Naura hanya ambil barang-barang Ayah sama Ibu," ucap Naura.
"Enak aja, setelah pilih suamimu yang miskin itu, kamu kesini cuma mau ambil barang-barang orangtuamu, kamu tidak boleh bawa apapun dari rumah ini," ucap Bibi Aulia.
"Bibi gak punya hak buat larang Naura bawa barang-barangnya Ayah sama Ibu," ucap Naura.
"Bibi punya hak, Bibi ini wali kamu dan kamu harus nurut apa yang Bibi bilang," ucap Bibi Aulia.
.
.
.
Bersambung.....