Pernikahan Arya dan Ranti adalah sebuah ikatan yang dingin tanpa cinta. Sejak awal, Arya terpaksa menikahi Ranti karena keadaan, tetapi hatinya tak pernah bisa mencintai Ranti yang keras kepala dan arogan. Dia selalu ingin mengendalikan Arya, menuntut perhatian, dan tak segan-segan bersikap kasar jika keinginannya tak dipenuhi.
Segalanya berubah ketika Arya bertemu Alice, Gadis belasan tahun yang polos penuh kelembutan. Alice membawa kehangatan yang selama ini tidak pernah Arya rasakan dalam pernikahannya dengan Ranti. Tanpa ragu, Arya menikahi Alice sebagai istri kedua.
Ranti marah besar. Harga dirinya hancur karena Arya lebih memilih gadis muda daripada dirinya. Dengan segala cara, Ranti berusaha menghancurkan hubungan Arya dan Alice. Dia terus menebar fitnah, mempermalukan Alice di depan banyak orang, bahkan berusaha membuat Arya membenci Alice. Akankah Arya dan Alice bisa hidup bahagia? Atau justru Ranti berhasil menghancurkan hubungan Arya dan Alice?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erna BM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 𝟏𝟐
Alice mencoba berpikir cepat. Ia harus melindungi dirinya sendiri, tapi ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dengan tangan gemetar, ia kembali mencoba menelepon Arya. Kali ini, Arya mengangkat.
“Alice? Ada apa?” tanya Arya, suaranya terdengar cemas.
“Mas… Ranti ada di rumah. Dia masuk ke sini! Aku takut…” kata Alice dengan suara terisak.
Arya langsung berdiri dari kursinya di kantor. “Alice, dengarkan aku. Kunci pintunya, jangan buka apa pun. Aku akan segera ke sana. Tunggu aku!” Arya langsung menutup telepon dan berlari keluar dari kantornya.
Sementara itu, langkah kaki Ranti berhenti di depan pintu kamar itu. Tangannya mencoba membuka kunci pintu dengan kerasnya berulang kali. Ranti akhirnya berhasil mendobrak pintu kamar. Alice berteriak ketakutan, mundur ke sudut ruangan. Ranti berdiri di sana, matanya penuh kebencian.
“Kamu pikir kamu bisa lari dariku, hah?” Ranti melangkah mendekat, napasnya memburu. “Kamu telah mengambil segalanya dariku, Alice. Suamiku, hidupku, semuanya! Kamu sudah merenggut kebahagiaan rumah tanggaku!"
Alice menggeleng, tubuhnya gemetar. “Mbak Ranti, tolong… saya tidak pernah ingin merebut apa pun dari Mbak. Saya hanya…”
“Diam!” Hardik Ranti, suaranya menggema di seluruh ruangan. “Aku sudah cukup mendengar omong kosongmu. Aku akan pastikan kamu tidak lagi menjadi masalah dalam hidupku! Oooh... Rupanya perutmu itu sudah semakin besar yah! Itu bukan anak suamiku kan? Itu adalah anak gado-gado! Dia anak umum!"
Ucapan Ranti begitu mengiris hatinya. Dengan Ranti berkata seperti itu, berarti ia menganggap dirinya pe-la-cur. Namun Alice tidak berani menjawab. Rasa takut menghalanginya untuk mengelak.
"Hei bocah tengik! Kamu sudah membohongi suamiku kan?! Tunggu sebentar"
Ranti berlari keluar menuju ke mobilnya lalu membuka pintu mobil. Ia mengangkat sesuatu dari mobil itu. Sebuah tongkat besi tujuan utamanya. Dan kembali lari ke dalam sambil membawa tongkat besi itu. Alice menjerit, memohon ampun, tapi Ranti tidak peduli. Ia mengayunkan tongkat itu ke arah Alice.
Namun, sebelum tongkat itu sempat menyentuh Alice, suara klakson mobil terdengar dari luar rumah. Arya telah tiba.
“Ranti! Hentikan!” Arya berteriak sambil berlari masuk ke dalam rumah dan masuk kedalam kamar. Matanya terbelalak melihat sikap Ranti yang sudah terlampau batas. Melihat Ranti berdiri di sana, tongkat besi di tangannya siap melayang ke arah Alice. sementara Alice berjongkok di sudut, menangis ketakutan.
Arya maju dan meraih tongkat itu dari tangan Ranti, lalu melemparkannya ke lantai. “Kamu sudah keterlaluan, Ranti! Apa yang kamu pikirkan?!” teriak Arya dengan marah.
Ranti menatap Arya dengan mata penuh air mata dan amarah. “Aku hanya ingin keadilan, Arya! Dia telah menghancurkan hidupku! Merenggut rumah tanggaku!"
“Keadilan apa yang kamu bicarakan? Kamu hampir menyakiti seorang gadis yang tidak bersalah!” Arya memeluk Alice yang gemetar, mencoba menenangkannya.
"Apanya yang tidak bersalah Ar?! Dia sudah mengambil apa yang aku punya. Dan ini menyangkut hidupku. Karena hidupku pastinya hancur dengan perbuatan kalian berdua!"
"Diaaam! Alice memang tidak bersalah. Karena dia tidak pernah tahu kalau aku sudah berumah tangga," ucap Arya lantang.
Ranti terdiam, tubuhnya melemah. Ia menatap Alice, yang terlihat begitu kecil dan tak berdaya. Perlahan, rasa bersalah mulai menyusup ke dalam hatinya, meskipun amarahnya belum sepenuhnya reda.
Arya menghela napas panjang, menatap Ranti dengan tatapan tegas. “Aku tidak akan melaporkan ini ke polisi, Ranti. Tapi ini peringatan terakhir. Kalau kamu mencoba menyakiti Alice lagi, aku tidak akan diam saja.”
Ranti menunduk, tidak berkata apa-apa. Ia mengambil tasnya dan berjalan keluar dari rumah tanpa sepatah kata pun.
Begitu Ranti pergi, Alice menangis dalam pelukan Arya. “Mas… aku takut. Aku benar-benar takut…”
Arya mengusap rambut Alice, mencoba menenangkannya. “Aku di sini, Alice. Aku janji, aku tidak akan membiarkan dia menyakitimu lagi.”
Malam itu, Arya tahu ia harus mengambil langkah untuk melindungi Alice dan dirinya sendiri. Meskipun ia masih peduli pada Ranti dan anak mereka, ia tidak bisa lagi membiarkan hal ini berlanjut.