Zhang Wei akhirnya memulai petualangannya di Benua Tengah, tanah asing yang penuh misteri dan kekuatan tak terduga. Tanpa sekutu dan tanpa petunjuk, ia harus bertahan di lingkungan yang lebih berbahaya dari sebelumnya.
Dengan tekad membara untuk membangkitkan kembali masternya, Lian Xuhuan, Zhang Wei harus menghadapi musuh-musuh yang jauh lebih kuat, mengungkap rahasia yang tersembunyi di benua ini, dan melewati berbagai ujian hidup dan mati.
Di tempat di mana hukum rimba adalah segalanya, hanya mereka yang benar-benar kuat yang bisa bertahan. Akankah Zhang Wei mampu menaklukkan Benua Tengah dan mencapai puncak dunia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekalahan Sang Jawara
Di dalam arena yang semakin dipenuhi sorak-sorai, taruhan mulai mengalir deras. Para penjudi yang sudah yakin dengan hasil pertandingan langsung memasang taruhan mereka pada Huang Jitao. Jumlahnya begitu besar hingga beberapa orang bahkan mempertaruhkan seluruh aset mereka, percaya bahwa kemenangan ke-115 sudah pasti akan menjadi milik sang petarung tak terkalahkan.
Namun, di antara ratusan orang yang bertaruh, hanya ada satu yang memilih penantang misterius itu. Zhang Wei.
Sambil bersandar di pagar tribun, matanya yang tajam menelisik sosok yang kini berdiri di atas arena. Sekilas, pria itu tampak seperti kultivator Martial King biasa, tanpa aura yang luar biasa. Namun, bagi Zhang Wei, dia bisa merasakan sesuatu yang berbeda. Ada hawa keberadaan yang tersembunyi di balik permukaan, seperti api yang tertutup abu tipis, siap menyala kapan saja.
"Ini akan menarik," gumamnya pelan.
Di atas arena, penantang misterius itu berdiri tenang, tidak menunjukkan reaksi berarti meski dihujani tatapan meremehkan dari para penonton. Bahkan beberapa di antaranya mencibir dengan suara keras.
"Oi, kau baru mau jadi makanan Huang Jitao, ya?"
"Setidaknya kau bisa bertahan sepuluh jurus, kan?"
Namun pria itu hanya mengangkat bahu tanpa peduli.
Huang Jitao melipat tangan di depan dada, memandang rendah lawannya. "Aku selalu mengingat nama orang yang kukalahkan. Jadi, sebutkan namamu."
Sebuah senyum sarkas terukir di wajah penantang itu. "Tak perlu tahu. Yang harus kau ingat hanyalah ini adalah akhir dari kesombonganmu."
Penonton meledak dalam gelak tawa. "Dasar sombong!"
"Aku bertaruh dia bahkan tak bisa menyerang sekali pun!"
Huang Jitao mengerutkan dahi, namun senyum meremehkan tetap menghiasi wajahnya. "Baiklah. Aku akan membuktikan bahwa kau hanya omong kosong."
Tanpa peringatan, dia menghilang dari pandangan!
Boom!
Angin dari pijakan kakinya bergetar, memperlihatkan kecepatannya yang luar biasa. Dia muncul tepat di depan penantang itu dan melayangkan pukulan lurus dengan kekuatan penuh!
Bang!
Penantang itu terlempar ke belakang, kakinya menggores lantai arena sejauh beberapa meter sebelum akhirnya berhasil menyeimbangkan diri. Sorak-sorai semakin menggema.
"Itu baru satu serangan! Sudah terdesak!"
"Hahaha! Aku akan kaya setelah ini!"
Namun, Zhang Wei tetap santai. Matanya berbinar penuh ketertarikan.
"Dia yang akan menang," katanya tenang.
Beberapa penjudi di sekitarnya langsung menoleh dan menertawakannya.
"Dasar bodoh! Apa matamu buta?!"
"Kalau kau mau membuang uang, berikan saja padaku!"
"Kau pasti pemula dalam taruhan!"
Zhang Wei tak menggubris mereka. Dia hanya tersenyum kecil dan kembali mengamati pertarungan.
Di arena, Huang Jitao melancarkan serangan bertubi-tubi. Tekniknya tajam, setiap pukulan membawa kekuatan besar, bahkan tanah di bawahnya mulai retak akibat dampaknya.
Penantang itu terus menghindar, namun dari luar, dia terlihat semakin terdesak.
"Sudah jelas! Ini hanya masalah waktu sebelum dia kalah!"
Namun, Zhang Wei melihatnya dengan sudut pandang berbeda.
"Tidak... dia belum serius," gumamnya.
Lalu, di saat yang mengejutkan semua orang, penantang itu akhirnya mulai menyerang.
Dan seketika, atmosfer di arena berubah.
Di saat semua orang mengira pertarungan sudah hampir berakhir, sesuatu yang aneh terjadi.
Penantang yang sebelumnya terus menghindar kini mulai bergerak dengan pola yang berbeda. Gerakannya yang tadinya seperti orang yang terdesak kini terasa lebih lincah, lebih terkendali. Bahkan ketika Huang Jitao mengayunkan tinjunya lagi, penantang itu tidak mundur—dia justru mencondongkan tubuhnya sedikit ke samping, menghindari pukulan dengan jarak yang nyaris mustahil.
Penonton terdiam sejenak. Apa yang baru saja terjadi?
Huang Jitao mengerutkan dahi. Dia kembali melancarkan serangan lain, lebih cepat dan lebih keras. Namun, hasilnya tetap sama. Penantangnya bergerak dengan kecepatan yang aneh, seolah mampu membaca serangannya sebelum pukulan itu benar-benar dilepaskan.
Zhang Wei tersenyum kecil. "Sekarang kau mulai menunjukkan warna aslimu, ya?"
Para penjudi yang tadi menertawakannya masih belum menyadari perubahan ini. Mereka hanya berpikir bahwa Huang Jitao masih mendominasi dan penantang itu hanya menunda kekalahannya. Namun, sedikit demi sedikit, keadaan mulai berubah.
Huang Jitao semakin cepat dan semakin agresif. Serangannya membelah udara, menggetarkan panggung batu di bawahnya. Tapi entah kenapa, dia tidak bisa mengenai lawannya.
Sebaliknya, penantang itu mulai melakukan sesuatu yang baru. Tangannya mulai bergerak, bukan untuk menyerang, tetapi untuk menyentuh pergelangan tangan atau bahu Huang Jitao setiap kali dia menghindar. Sentuhan yang terlihat sepele itu membuat banyak orang menganggapnya sebagai kebetulan, tapi Zhang Wei tahu bahwa itu adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar.
Huang Jitao mulai kehilangan kesabarannya. Dia mundur sejenak, lalu merentangkan kedua tangannya. Aura qi yang padat menyelimuti tubuhnya, membuat lantai di bawahnya mulai retak. Dengan raungan keras, dia melompat ke udara dan mengaktifkan teknik khasnya, Tinju Singa Mengaum.
Udara bergetar saat siluet singa emas terbentuk di belakangnya. Suaranya bergemuruh, membuat banyak orang di tribun menutup telinga. Dengan segenap kekuatannya, dia menghempaskan tinjunya ke bawah, mengarah langsung ke kepala lawannya.
Ledakan besar terjadi.
Debu dan puing-puing beterbangan, menutupi pandangan semua orang. Beberapa penonton bahkan sudah bersorak, menganggap bahwa pertarungan telah berakhir.
Namun, begitu debu mulai mereda, pemandangan yang terlihat di arena justru membuat mereka terkejut.
Di tengah kawah yang terbentuk akibat serangan tadi, sang penantang masih berdiri. Dia tidak hanya selamat, tetapi juga tampak tidak terluka sama sekali.
Huang Jitao, di sisi lain, tampak terhuyung-huyung. Tangan kanannya gemetar hebat, wajahnya menunjukkan ekspresi yang sulit digambarkan antara keterkejutan dan ketakutan.
Zhang Wei terkekeh pelan. "Jadi seperti itu tekniknya..."
Dia akhirnya menyadari bahwa sejak tadi, penantang itu bukan hanya menghindar. Setiap sentuhan kecil yang dia lakukan adalah untuk mengganggu aliran qi di tubuh Huang Jitao, memperlambat reaksinya, melemahkan serangannya sedikit demi sedikit. Itu adalah teknik yang sangat halus dan sulit dilakukan, tetapi hasilnya sangat jelas sekarang.
Huang Jitao mencoba menyerang lagi, tetapi kakinya tidak stabil. Sebelum dia sempat melancarkan pukulan, sang penantang sudah bergerak.
Dengan satu langkah ringan, dia muncul tepat di depan Huang Jitao. Lalu, dengan gerakan sederhana, dia menepuk dada lawannya.
Seketika, tubuh Huang Jitao terpental ke belakang. Dia menghantam lantai arena dengan keras, dan kali ini dia tidak bangun lagi.
Arena yang tadinya dipenuhi sorakan kini hening. Butuh beberapa detik sebelum para penonton benar-benar memahami apa yang baru saja terjadi.
Huang Jitao—sang petarung tak terkalahkan dengan rekor 114 kemenangan—telah kalah.
Dan satu-satunya orang yang tidak terkejut adalah Zhang Wei. Karena dengan pengalamannya selama ini dia bisa memprediksi pemenang pertarungan ini sejak awal, bahka sebelum pertarungan dimulai.
up
ditunggu story line berikutnya.
Bravo!
Muantebz