NovelToon NovelToon
ANAK MAMA

ANAK MAMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / One Night Stand / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Kehidupan di Kantor
Popularitas:10.7k
Nilai: 5
Nama Author: Kata Kunci

Malam "panas" antara Danar dan Luna, menjadi awal kisah mereka. Banyak rintangan serta tragedi yang harus mereka lalui. Masa lalu mereka yang kelam akankah menjadi batu sandungan terbesar? atau malah ada hamparan bukit berbatu lainnya yang terbentang sangat panjang hingga membuat mereka harus membuat sebuah keputusan besar dalam hubungan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kata Kunci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 34.

Danar memandangi wajah Luna ketika mereka kini sudah berada di dalam selimut hangat, lelaki muda itu memandangi wajah kekasih tercinta yang sudah berubah status menjadi calon istrinya itu. Wajah terlelap Luna terlihat mulai berubah menjadi agak berkerut ketika perlahan perempuan itu mulai tersadar dari tidur nyenyaknya. Danar mencium hangat kening wanitanya hingga tawa kecil terdengar dengan pelukkan erat dilakukan Luna.

"Mas, maaf ya. Aku cuman mau buat kenangan super romantis buat jawaban dari lamaran kamu, tapi aku nggak nyangka kaki kamu yang jadi korbannya..." ucap Luna dengan nada sangat bersalahnya ketika ada dalam pelukkan Danar.

Elusan lembut diberikan Danar pada Luna dengan gelengan kepala yang dilakukannya diatas bantal.

"Boleh aku tau kenapa kamu memberikan jawabannya lebih cepat 1 hari?" tanya Danar kemudian.

Luna yang sempat memejamkan matanya kemudian membukanya kembali lalu mendorong tubuhnya agar bisa melihat wajah Sang Kekasih.

"Kemarin, aku liat kamu kayak lagi kurang sehat. Trus, bener. Beberapa staf IT bilang kamu lagi kurang enak badan beberapa hari belakangan dan sampe hilang konsentrasi. Setelah aku pikir - pikir, beban kerjaan kamu banyak ditambah nunggu jawabanku, bakal tambah beban hidup kamu. Aku nggak mau jadi beban kamu, aku maunya bisa jadi orang yang meringankan beban itu. Jadi, aku minta tolong Ningning yang kebetulan punya temen kerja di kantor wali kota buat bantuin bikin suasana romantis kayak tadi. Maaf ya Mas, gara - gara aku..." cerita Luna terpotong oleh suara isyarat Danar untuk menyuruhnya berhenti merasa bersalah.

Lelaki itu kemudian menarik lembut tubuh Luna dan mendekapnya kembali dengan erat, sembari menikmati wangi tubuh wanitanya. Debaran jantung Danar selalu berubah menjadi teratur ketika Luna ada di sisinya, begitupun Luna, perempuan itu selalu merasa aman dan nyaman ketika Danar selalu berada di dekatnya.

"Sayang, besok sore kita ke rumah kakak kamu ya. Seperti yang aku bilang terakhir kali..." ucap Danar.

Luna kemudian mengangguk dengan cepat. Senyum terkembang di wajah Danar, mereka menghabiskan malam dengan saling menjaga satu sama lain.

xxxxxxxx

Lembaran hari baru untuk Nadia dimulai, setelah menikmati malam indah dengan tidur nyenyak tanpa adanya gangguan perbedaan waktu, perempuan mungil itu terlihat sudah selesai menata riasan di wajah putih nan cantiknya. Dia terlihat sedang memilih beberapa pakaian untuk dikenakannya hari itu, kebetulan kedatangannya kali ini, Jerman sedang berada di musim gugur menuju salju. Nadia memilih pakaian seksi namun tetap hangat, dipadukan dengan sepatu bot panjang. Setelah dikenakan pakaian juga mengambil tas, diperiksa sekali lagi tampilannya di kaca panjang dekat lemari pakaian, barulah dia menyemprotkan parfum ke seluruh bagian tubuh dan dia pun berjalan dengan gaya elegan nan seksinya seperti biasa. Helaan napas yang sudah sudah mulai berasap tipis dari bibir sensualnya, dia bersidekap sesaat ketika sedang memikirkan cara untuk bisa sampai ke kantor cabang ABS.

"Hehm, mau nggak mau demi citra mandiri yang akan aku bangun sebagai calon Nyonya Muda Keluarga Perkasa..." ucap dalam hati Nadia yang kemudian melanjutkan langkahnya menuju ke salah satu stasiun kereta bawah tanah terdekat.

Beberapa mata laki - laki di sepanjang jalan yang dilalui perempuan cantik nan seksi itu tertuju padanya karena terpesona dengan kemolekan tubuh indah juga gaya berbusana Nadia. Sesekali dia mengibaskan rambut ikal dengan mimik wajah angkuh namun terlihat sangat elegan, jalannya bak peragawati yang sedang berada diatas panggung pagelaran busana. Bahkan caranya berdiri pun tetap mengundang tatapan - tatapan nakal dari para lelaki disekitarnya. Hingga ada satu pemuda tinggi dengan tubuh agak besar mendekati Nadia, dari ujung mata perempuan itu sudah mengetahui pergerakannya. Diputar sekali mata dengan bulu mata lentiknya tanpa menghiraukan tegur - sapa pemuda itu. Merasa tersinggung akibat tingkah Nadia, pemuda itu kemudian semakin mendekat namun langkahnya seketika terhenti ketika sebuah uluran tangan yang terlihat sangat kuat memegang ujung pundak pemuda tinggi besar itu dan sedikit remasan terasa hingga dia pun berbalik.

"Leave her alone or you wanna die..." sebuah ucapan mengancam dengan nada pelan terdengar dari sosok lelaki dengan tinggi dan besar tubuh sama dengannya, namun memiliki ekspresi wajah sama dengan Danar, datar serta dingin.

Tubuh pemuda itu kemudian bergetar dan perlahan mundur dengan wajah pucat pasinya, lalu dia berbalik dan melangkah dengan cepat menghilang dikerumunan orang. Nadia sendiri sudah masuk ke dalam kereta tanpa peduli dan juga tidak tahu soal kejadian tadi. Lelaki yang menyelamatkannya melihat kepergian kereta yang membawa perempuan seksi itu pergi ke tempat tujuan.

Sekitar 30 menit waktu tempuh Nadia dengan berjalan kaki dan juga menaiki kereta hingga sampai di sebuah gedung pencakar langit, wajahnya berubah bingung ketika nama perusahaan yang terpampang bukan ABS melainkan nama yang tidak pernah di dengar olehnya. Dilihat sekali lagi peta di gawai pintar nya dengan wajah yang agak berkerut, dia berpikir sesaat lalu akhirnya memutuskan untuk masuk ke area dalam gedung itu. Kebetulan sekali saat dia masuk, Aldo baru saja sampai dan langsung menghampiri Nadia dengan sedikit berlari.

"Selamat Pagi Ibu Nadia..." sapa Aldo sambil memegang kedua tali tas ransel yang dibawanya.

Nadia dengan wajah 1/2 angkuh dan juga tatapan datar, ia hanya mengangguk. Aldo kemudian mendahului jalannya untuk segera masuk ke dalam lift, sedangkan Nadia menghentikan langkahnya dengan melihat kearah lift dengan mata sinisnya.

"Kalau ada pemangkasan pegawai, dia orang pertama yang bakal aku pecat." gumam pelan Nadia.

"Kantor ini bukan punya kamu Nadia Astari Moelyoto..." ucap seseorang dari salah satu arah.

Pupil mata Nadia membesar dan kemudian menolehkan kepalanya mencari asal suara, matanya seketika berubah menjadi sipit dengan kedua tangan yang bersidekap. Ekspresi angkuh diwajahnya semakin menyala bahkan senyum miring kini terbentuk ketika sosok lelaki tinggi besar dengan setelan pakaian sangat formilnya sudah berada di hadapan perempuan mungil nan seksi itu.

"What are you doing Victor - Lance?" tanya Nadia dengan nada suara tidak sukanya pada sosok Victor.

Lelaki tinggi besar itu hanya menggelengkan kepala lalu melengos meninggalkan Nadia yang masih bersikap angkuh tanpa menjawab pertanyaannya. Rasa tidak suka Nadia meningkat ketika melihat reaksi Victor, perempuan itu kemudian mengibaskan rambut pendek ikal nya dan kemudian melanjutkan jalan menuju ke arah meja resepsionis tanpa melihat kearah lelaki itu. Dari dalam lift mata Victor memicing sedikit dengan senyum simpul sesaatnya terlihat.

Nadia kemudian melanjutkan perjalanannya ke lantai yang diarahkan dan seorang resepsionis lainnya menyambut kedatangan perempuan itu. Sesaat perempuan itu melihat kearea sekitar, dia merasakan sesuatu yang berbeda namun sedikit familiar. Sepanjang jalan dia berpikir soal kejanggalan yang dia rasakan, namun rasa aneh yang dirasakan Nadia berhenti sejenak ketika mereka tiba di depan pintu cukup besar.

"Silahkan Ibu Nadia..." ucap resepsionis sambil membukakan pintu ruangan itu.

Nadia hanya mengangguk sekali dengan arah pandang yang kini sudah kembali ke depan, lagi - lagi pupilnya membesar tatkala dilihat sosok Victor sudah duduk di depan ujung mejanya dengan kedua tangan besar juga kokoh berada di depan tubuhnya dan saling terkait.

"Welcome, Nadia Astari Moelyoto. Thankyou Wulan..." sambut Victor dengan sopan dan resepsionis tadi mengangguk sekali dengan senyum ramahnya sambil menutup pintu besar yang dibukanya tadi.

Kerutan di dahi Nadia muncul dan sangat dalam, mulutnya mengucapkan kata kasar ketika mengekspresikan keterkejutannya sedangkan Victor hanya mengeluarkan tawa kecil sambil berjalan kearah kursi kebesarannya.

"No. Danar bilang aku ke sini buat memenangkan tender. Jangan bilang itu, itu kamu..." lanjut Nadia dengan suara terbatas dan satu jari menunjuk kearah Victor.

Lelaki itu kemudian memberikan isyarat penolakan pada ucapan Nadia dengan telunjuknya yang bergoyang.

"Bukan memenangkan tender, tapi lebih tepatnya kamu akan training disini karena kamu baru masuk ABS sudah menempati posisi sangat tinggi, Ibu Direktur. Kalau soal tender, Danar dan perusahaanku ini sudah menyepakati kerjasama yang akan kami lakukan tinggal menunggu peresmiannya saja. So, Ibu Direktur are you ready?" jelas Victor sambil mengarahkan satu tangannya ke belakang Nadia, perempuan mungil itu mengikuti arah tunjuk Victor dan helaan napas panjang dengan mata menyipitnya dilakukan dalam satu waktu yang sama.

********

1
Mak e Tongblung
beberapa kali "mengangguk" kok "menganggur" , tolong diperhatikan thor
Kata Kunci: 🙇‍♀️🙇
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!