EARLY

Tepat pukul 6 pagi Nara membuka mata, saat membuka mata ia terkejut pasalnya ia sudah di kamar hotel dan sudah berganti pakaian.

Nara menoleh ke samping, sang suami masih tertidur pulas dan damai, Nara segera mengecek ponselnya jam menunjukan pukul 6 pagi.

" Astagfirullah,belom sholat shubuh"guman Nara.

" mas, bangun mas " Nara mengoyangkan tubuh sang suami yang masih tertidur pulas.

" bentar sayang 5 menit lagi" balas Atlas.

" gaada 5 menit, 5 menit mas udah jam 6 ini kita telat"sahut Nara.

" Apa" Atlas merubah posisinya menjadi duduk.

" ayo udah jam 6 ini" ujara Nara.

" Iya, iya"

Atlas dan Nara kemudian beranjak dari kasur, menuju ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melaksanakan sholat shubuh berjamaah.

Setelah selesai sholat dan berdoa, Nara meraih tangan sang suami dan mencium tangan Sang suami.

Sedangkan Atlas mengacak-acak mukena sang istri,karena gemas dengan sang istri.

" suka banget acak- acak rambut orang" Umpat Nara.

" habisnya kamu buat mas gemes sihhh" Atlas mencubit hidung Nara yang mancung itu hingga merah.

" mas " geram Nara, namun tak membuat Atlas takut, tapi membuat Atlas semakin gemas dengan sang istri.

" oh iya sayang, kemarin adek mas udah ambil di rumah sakit, dan mas udah kubur di halaman rumah kita" Ujar Atlas karen ia lupa memberitahu sang istri.

" adek?" Nara tampak bingung

" anak kita sayang, mas beri nama Zavian Khalis Maheswara yang artinya Cahaya abadi yang agung, dengan harapan semoga ia bisa menuntun kita ke syurga "

Atlas melihat berubahan di wajah sang istri, ia kemudian membenarkan posisi duduknya dan menarik sang istri kedalam kedakapannya.

" hei sayang, it's okay kamu boleh sedih, tapi jangan berlarut- larut yaa" Atlas mencoba menenangkan sang istri.

Nara kemudian mendongakan kepalanya dan mengagukan kepalanya sebagai jawaban.

" kita lalui ini sama- sama yaa sayang" bisik Atlas.

...****************...

 Pukul 8 Nara dan juga Atlas berada di makam Ayah dan Bunda Nara.

" Assalamualaikum Ayah Bunda" ujar setelah tiba di makam sang ayah dan Bundanya.

Setelah itu Nara dan juga Atlas membersihkan nisan mereka, Nara tampak tak kuasa menahan air matanya.

" Bunda Ayah Nana kangen sama kalian" lirih Nara dalam isakan tangisnya.

" Bunda, Ayah Nana kesini bersama suami Nana, pilihan Ayah dan bunda, terimakasih karena sudah menitipkan Nana dengan orang sebaik mas Atlas"Atlas mengusap air mata yang berada di wajah sang istri.

" Assalamualaikum Ayah Bunda, Atlas kembali lagi kesini yaa, maaf Atlas lama tak berkunjung, terimakasih Ayah bunda karena telah mendidik anak sebaik istri Atlas ini, sekarang putri Ayah bunda, putri yang kuat, baik hati, mandiri dan tumbuh menjadi perempuan cantik" Ujar Atlas.

Nara meminta waktu sendiri untuk meluahkan isi hatinya, Atlas memahami itu ia pun sedikit menjauh dari makam kedua mertuanya.

Setelah selesai meluahkan isi hatinya dan bedoa Nara pun menghampiri Atlas yang berdiri tak jauh dari dirinya.

" sudah lega?" tanya Atlas yang melihat istrinya.

Nara mengagukan kepalanya sebagai jawaban.

"terimakasih yaa mas, sudah bawa aku kesini" .

" sama- sama sayang, mas akan lakukan yang terbaik buat kamu" .

"pulang yuk mas" ajak Nara.

" ayuk, mau mampir makan dulu gak?"tanya Atlas

"kamu masih laper yaa?"

Atlas hanya tersenyum sambil membukan pintu untuk sang istri, Setelah memastikan sang istri duduk dengan nyaman,ia memutari mobil dan membuka pintu pengemudi.

" hmm mas nanti di depan sebelum ke jalan raya ada tukang bubur enak, mau makan di situ?"tanya Nara.

" kamu mau?"

" boleh " sejujurnya Nara masih kenyang,namun demi sang suami,ia ikut makan lagi.

...****************...

" Ning nia" teriak salah satu santriwati dari arah belakang Agnia, yang sedang berjalan ke arah ndalem.

Agnia pun menoleh dan melihat santriwati bernama iffa berlari kearahnya.

" huh huh ma- maaf ni- Ning saya tadi,panggil Ning te-teriak" ujar Iffa.

" tidak papa mb, kenapa? sampean kok sampe lari-lari" tanya Agnia.

" i- itu ning"

" mb nafas dulu mb" ujar Agnia.

" itu Ning, MB Ayu sepertinya mau melahirkan" santri itu mulai berbicara.

" terus kenapa gak di bawa ke bidan atau rumah sakit langsung saja mb?" tanya Agnia.

" Mb Ayu gak mau Ning, kalau bukan gus wildan yang bawa, beliau sedari tadi memanggil gus wildan terus ning" sahut Iffa.

" ya sudah mb, sampean balik dulu saja dan minta tolong bujuk lagi yaa mb, aku panggil umma dulu" ujar Agnia.

" baik Ning, kalau begitu saya pergi dulu ning, Assalamualaikum " pamit Iffa.

Saat Iffa ingin mencium tangan Agnia, dengan cepat Agnia menghetikanya, karena merasa ia lebih muda dari Iffa, walaupun dari keluarga kiyai namun anak-anak kiyai jauhary tidak ada yang gila hormat, dan di didik untuk sederhana.

Agnia kemudian berjalan ke ndalem untuk memberitahu Nyai Fatimah.

" Assalamualaikum " Salam Agnia saat memasuki ndalem.

" Waalaikumsalam " jawab Nyai Fatimah dan juga Kiyai Jauhary yang tengah duduk santai di ruang tamu.

Agnia pun meyalami kedua orang tuanya dan memberi tahu kedua orang tuanya, atas apa yang ia dengar barusan.

" ya sudah kita kesana Nia, kamu temenin umma ya, Bah umma ke kamar Ayu dulu bah"pamit Nyai Fatimah.

Nyai Fatimah dan Agnia menuju ke kamar Ayu, saat tiba di depan kamar Ayu, sudah ada Ustdazah Khansa, Dokter pondok dan juga bidan di sekitar pesantren yang di panggil, oleh salah satu santri tadi.

" Awss gus wildan mana gus wildan" teriak Ayu.

...****************...

Kini Nara dan juga Atlas perjalanan pulang ke jogja, Nara akan menginap di jogja hingga acara milad pondok Al fath selesai, sedangkan Atlas akan pulang terlebih dahulu.

" sayang kamu beneran gak mau balik dulu?" tanya Atlas.

Nara tersenyum ke arah sang suami, sedari tadi Atlas mengulang pertanyaan yang sama.

" kok malah senyum sih sayang" kesal Atlas.

" mas kamu tuh.. udah tanya itu sekitar 50x mas"balas Nara.

" habisnya mas tuh masih kangen sama kamu sayang, kamu tega nyuruh mas balik sendiri " rengek Atlas.

"tadikan mas sudah kasih ijin aku buat di jogja" balas Nara.

" iyaa, tapikan....."

" ya sudah aku ikut kamu, balik ke kediri" ujar Nara memotong perkataan sang suami.

" gak jadi aja, kayaknya kamu gak ikhlas gitu" sahut Atlas.

Nara menoleh ke arah sang suami, ia bingung dengan tingkah sang suami yang seperti anak kecil.

" terserah kamu aja mas, mau nurunin aku dimana, aku ngikut" ujar Nara.

" kok jadi kamu yang ngambek sih"

" fokus nyetir mas"

Atlas terdiam dengan perkataan ketus Nara, yang tampak lebih menyeramkan di banding menghadapi sang Umma.