NovelToon NovelToon
My Beautifull Ugly Wife

My Beautifull Ugly Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Siska

Jelita Parasnya, wanita cantik yang berpura-pura tampil jelek agar suaminya tidak mencintainya.

Sakura Lerose, pria tampan yang tak pernah tahu bahwa istri jeleknya sedang menjebaknya untuk berkencan dengan wanita cantik.

Siapakah yang akan terjebak dalam jebakan cinta ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

022 - Kencan Berbahaya

"Pretty.”

Saka menatap Jelita yang saat ini bersikeras agar mereka berhenti berkencan.

"Mengapa kau memutuskan untuk berhenti dari kesepakatan kencan sepuluh kali yang sudah kita sepakati?”

"Apakah kau sebenarnya sudah tertarik padaku meski kita belum berkencan sebanyak sepuluh kali?"

Pertanyaan penuh rasa percaya diri yang diberikan Saka membuat senyum Jelita mengembang.

Jelita sengaja mengatakan untuk mengakhiri kesepakatan kencan mereka dengan tujuan sekadar menggertak pria itu untuk melihat reaksi Saka, apakah pria itu benar-benar sepenuhnya bisa terjebak dalam rencana Jelita.

"Hmm, bagaimana seandainya saya memang tertarik pada Anda? Lantas apa yang akan Anda lakukan?" tanya Jelita.

Saka menarik senyumnya.

"Kau bertanya seandainya, maka saya pun akan menjawab seandainya, bukankah begitu?" Saka balik bertanya.

Jelita masih mempertahankan senyumnya, ia memang harus mengakui bahwa Saka sungguh pria yang begitu licik.

"Saya tentu tidak bisa berharap bahwa Anda mungkin tertarik dengan saya, meski hanya seandainya saja," balas Jelita diplomatis.

"Haha," Saka tertawa sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Begini saja, malam ini, saya mengundangmu untuk benar-benar merasakan bagaimana rasanya menantang adrenalin yang sesungguhnya," kata Saka.

"Malam ini?" tanya Jelita.

Saka mengangguk, mendekat dan berbisik di telinga Jelita.

"Mari lakukan permainan orang dewasa yang sesungguhnya.”

Jelita mengulas senyumnya saat melihat Saka menyeringai ke arahnya.

Wah, wah, apa dia sedang mencoba menjebakku? batin Jelita.

"Kita bertemu lagi jam tujuh malam, di lobi utama," kata Saka.

"Baiklah," sahut Jelita.

"Kalau begitu, sampai nanti malam," Saka berpamitan.

Ia terburu-buru pergi untuk kembali ke kamar hotel agar bisa beristirahat lantaran masih mengalami jetlag akibat permainan anak-anak yang sudah diremehkannya.

...***...

Jelita mengulum senyum saat Saka menyambut kedatangannya dengan senang.

"Aku pikir kau akan kabur lantaran bersikeras menolak untuk kencan kita selanjutnya," kata Saka.

"Anda terlihat sangat rapi. Apakah Anda berniat untuk pergi ke acara penghargaan?"

Jelita bertanya sambil memindai penampilan Saka dalam balutan setelan jas hitam dilengkapi dasi kupu-kupu.

"Tentu saja, bukankah sudah kukatakan bahwa kita akan pergi kencan ke tempat yang lebih dewasa agar benar-benar memicu adrenalin?" Saka mengulas senyum.

Jelita mengikuti langkah Saka, membawanya ke salah satu kasino yang begitu ramai didatangi pengunjung.

Di depan pintu masuk, petugas meminta mereka memperlihatkan paspor hanya untuk memeriksa apakah mereka sudah berumur setidaknya minimal dua puluh satu tahun.

"Anda mau bermain judi?" tanya Jelita.

"Ya, beginilah cara orang dewasa menantang adrenalinnya," jawab Saka.

Seumur-umur Jelita tidak pernah masuk ke kasino, dan hanya melihat kasino dari film-film saja.

Banyak orang yang mengadu peruntungan mereka untuk menggandakan uang bagi yang menang dan menghabiskan uang bagi yang kalah.

Saka segera mengambil chip berwarna-warni dari konter penukaran usai menukarkan sejumlah uang.

Kemudian mereka menuju ke sebuah permainan yang ramai didatangi pengunjung.

Permainan roulette, permainan roda berputar dengan sebuah bola yang akan berhenti pada area pertaruhan. Pemenang permainan ini adalah pemain yang berhasil menebak di mana bola kecil itu akan berhenti.

"Apa Anda sering bermain judi seperti ini?" tanya Jelita.

"Tidak, terus terang ini pengalaman pertamaku," jawab Saka.

Oh, jadi dia seorang amatir yang sedang mencoba peruntungan, batin Jelita.

"Mau mencoba menebak?" tanya Saka.

"Hah?" Jelita terperangah.

"Ya, hanya menebak, bukan bertaruh," sahut Saka.

"Sekarang bandar bertaruh merah atau hitam," kata Saka.

Saka mengamati senyum manis wanita di sampingnya.

"Hanya menebak saja," kata Saka.

"Baiklah, merah," sahut Jelita.

Bandar memutar roda lalu melemparkan bola putih yang terpantul-pantul di atas roda roulette.

Jelita merasakan adrenalinnya berpacu seperti para pemain yang sedang memasang taruhan.

Bola berhenti di petak merah yang membuat Jelita bertepuk tangan karena tebakannya benar.

"Bagaimana jika kita bertaruh?" ajak Saka.

"Bertaruh?" tanya Jelita.

"Ya, aku akan memasang taruhan. Jika tebakanmu benar, maka kita akan mengakhiri kencan kita sampai di sini, bagaimana?"

Jelita menatap Saka yang terlihat begitu percaya diri.

Apakah sekarang pria ini sedang mencoba menjebaknya?

"Lalu, jika tebakan saya salah?" tanya Jelita.

"Kencan kita tetap harus berlanjut seperti yang sudah kita sepakati," jawab Saka.

Jelita kembali mengulum senyum. Pria ini sepertinya memang sedang mencoba menjebaknya.

"Baiklah," jawab Jelita.

"Kita bertaruh warna lagi," kata Saka.

"Saya tetap memilih merah," ucap Jelita.

Saka menyodorkan chip hitam ke bibir Jelita, membuat Jelita mencium chip itu.

"Anggap saja sebagai jimat keberuntunganku," pria itu tersenyum menggoda.

Jelita menarik senyumnya, dia benar-benar berniat menjebakku?

Saka memasang taruhannya bersama para pemain lain.

Jelita merasa adrenalinnya benar-benar terpacu untuk mengetahui apakah hasil pertaruhan yang mereka lakukan.

Roda permainan kembali berputar, semua perhatian pemain tersedot pada Saka yang menaruh taruhan besar.

Mereka berpikir, orang gila mana yang akan mempertaruhkan semua chip yang dimilikinya untuk satu permainan.

"Black, five!" seru dealer.

Plok.. plok..

Semua orang bertepuk tangan saat dealer menunjuk Saka sebagai pemenangnya.

"Haha!" Saka tertawa senang.

Ia melemparkan tatapannya pada Jelita yang tersenyum sambil bertepuk tangan.

"Bagaimana Anda bisa menebak dengan tepat?" tanya Jelita.

"Hanya menebak," jawab Saka dengan nada penuh kebanggaan.

"Wah, keberuntungan Anda sungguh luar biasa," puji Jelita.

"Aku rasa, itu semua berkat jimat keberuntunganku," jawab Saka sambil mengurai senyum menggoda.

"Haha," Jelita tertawa.

"Jadi, kita harus melanjutkan kencan kelima kita," kata Saka.

Jelita kembali mengulas senyumnya, Saka mengulurkan lengan.

"Aku harus memastikan bahwa jimat keberuntunganku jangan sampai terpisah, bahkan lebih buruknya, diambil orang," Saka mengedipkan sebelah matanya.

"Haha," Jelita tertawa saat meraih lengan Saka dan menggandengnya.

...***...

Usai makan malam, Saka mengajak rekan kencannya untuk menaiki gondola, kereta gantung yang akan membawa mereka berkeliling dari atas ketinggian.

Jelita memasuki gondola melalui jalur vip sehingga ia tak perlu ikut dalam antrian yang mengular.

Gondola yang ia dan Saka naiki mulai bergerak menembus gelapnya malam. Pendar cahaya dari lampu di bawah sana berkelip bak lautan bintang di langit.

"Kau sungguh memiliki keberanian yang tidak semua wanita miliki," komentar Saka sambil bersedekap.

"Semua wanita yang kau kenal?" tanya Jelita.

"Wanita pada umumnya," jawab Saka.

"Oh, berarti saya bukan yang termasuk dalam wanita pada umumnya," sahut Jelita.

"Ya, keberanian yang membuatku bertanya-tanya, sebenarnya apa tujuanmu mendekatiku?" tanya Saka.

"Apakah kau sungguh merasa tertarik padaku secara personal, atau karena alasan lainnya?"

Jelita masih tetap mempertahankan senyumnya. Ia sudah bisa menebak bahwa Saka jelas bukanlah pria yang mudah untuk dibodohi.

"Bagaimana seandainya saya memang tertarik secara personal pada Anda? Lantas apa yang akan Anda lakukan?" tanya Jelita.

Saka tersenyum tipis lalu menarik tangan Jelita, membawa Jelita ke dalam pelukannya.

"Apa kau sungguh berpikir bahwa, aku adalah pria yang bisa dibodohi hanya dengan pengandaian-pengandaian seperti itu?" tanya Saka.

Jelita tetap mengulas senyum meski ia merasa tidak nyaman karena Saka mengunci tubuhnya dalam pelukan.

"Hmm, Tuan, apa yang Anda lakukan?" tanya Jelita.

"Harusnya aku yang bertanya, apa yang sedang kau rencanakan? Siapa yang menyuruhmu untuk mendekatiku? Kau dibayar berapa?" tanya Saka.

Jelita bisa merasakan embusan napas pria itu menyapu kulit wajahnya. Wajah mereka sudah terlalu dekat hingga nyaris tak ada jarak.

"Tidak ada yang menyuruh saya, bukankah dari awal saya sudah mengatakan bahwa saya tertarik pada Anda?" jawab Jelita.

"Tertarik? Apa kau pikir aku bisa menerima jawaban klise seperti itu?" tanya Saka.

Ugh.. pria ini! batin Jelita.

"Tolong lepaskan saya," pinta Jelita.

"Lepaskan atau apa?" tanya Saka. "Apa kau akan berteriak dan melambaikan tangan ke arah kamera?" Saka mengejek.

Jelita memejamkan matanya dan menarik napas berat sebelum akhirnya mendaratkan bibirnya ke bibir Saka.

...----------------...

1
Uthie
coba mampir 👍
Diny Julianti (Dy)
jelita berarti udah ngga perawan dong
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!