NovelToon NovelToon
BERAWAL DARI HARAPAN PALSU

BERAWAL DARI HARAPAN PALSU

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:809
Nilai: 5
Nama Author: Yuli Yanti

Widuri Azzahra, seorang gadis cantik yang lahir di Cianjur tepatnya di sebuah desa di kabupaten cianjur, namun saat ia sudah berusia 15 tahun Widuri di bawa pindah ke Bandung oleh kedua orang tuanya, Widuri tumbuh menjadi gadis cantik, saat ia menginjak sekolah menengah atas, Widuri bertemu dengan Galuh, selang beberapa bulan mereka berpacaran, namun salah satu pihak merugikan pihak yang lain, ya sayang sekali hubungan mereka harus kandas, karena Galuh yang kurang jujur.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Yanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4: Langkah Baru, Bayang Lama

Malam harinya, Widuri merenung di kamarnya. Dia menyadari bahwa hidupnya tidak akan pernah sepenuhnya bebas dari bayang-bayang Galuh. Tapi dia juga tahu bahwa dia tidak sendirian. Ada orang-orang seperti Damar yang peduli padanya, dan itu cukup untuk membuatnya terus melangkah maju.

“Mulai sekarang, aku nggak akan biarin siapa pun menghalangi jalanku,” gumamnya sambil tersenyum kecil.

Dia tahu bahwa perjalanan ini masih panjang, tapi dia siap menghadapi apa pun yang ada di depannya.

 

Pagi itu, Widuri memulai harinya dengan semangat baru. Dia merasa lega setelah menegaskan batasan dengan Galuh. Dengan tekad kuat, Widuri bersiap menghadapi dunia yang penuh tantangan, namun kali ini tanpa bayang-bayang masa lalu.

Saat tiba di sekolah, suasana kelas masih sama—riuh dan penuh obrolan yang tak pernah henti. Namun, Widuri memilih untuk fokus pada tugas-tugasnya, mengabaikan suara-suara yang mencoba menarik perhatiannya.

Ketika jam istirahat tiba, Damar mendekati meja Widuri dengan senyum khasnya.

“Wid, kamu udah dengar? Galuh kayaknya nggak mau nyerah, tuh,” katanya sambil duduk di kursi sebelah Widuri.

Widuri mengangkat alis. “Maksud kamu apa?”

“Dia bilang ke beberapa anak kelas sebelah kalau dia mau coba balikan sama kamu. Katanya dia bakal buktiin kalau dia udah berubah.”

Widuri mendesah keras. “Serius, Dam? Apa dia nggak ngerti kalau aku udah selesai sama dia?”

Damar mengangguk pelan. “Kayaknya nggak. Tapi jangan khawatir, aku bakal bantu kamu kalau dia makin ngelunjak.”

Widuri tersenyum kecil. “Makasih, Dam. Aku cuma pengen tenang aja.”

 

Sementara itu, di sudut kantin sekolah, Galuh duduk bersama beberapa teman dekatnya. Wajahnya serius, jauh dari ekspresi santai yang biasa dia tunjukkan.

“Kamu yakin mau terusin ini, Gal?” tanya salah satu temannya.

Galuh mengangguk. “Aku harus. Aku nggak bisa kehilangan Widuri. Dia penting buat aku.”

“Tapi dia udah bilang nggak mau lagi sama kamu,” balas temannya ragu.

“Aku tahu. Tapi aku yakin dia cuma butuh waktu. Aku akan buktikan kalau aku udah berubah,” tegas Galuh.

Temannya hanya mengangguk, meski dalam hati mereka ragu apakah rencana Galuh itu akan berhasil.

 

Hari-hari berikutnya menjadi penuh warna bagi Widuri. Damar semakin sering berada di sisinya, membuat Widuri merasa bahwa dia tidak harus menghadapi semuanya sendirian. Bersama Damar, Widuri merasa nyaman, seolah ada seseorang yang benar-benar mengerti dirinya tanpa harus berpura-pura.

Namun, kenyamanan itu terusik ketika suatu sore, sepulang sekolah, Galuh menunggu di depan gerbang.

“Widuri, aku cuma mau ngomong sebentar,” katanya, wajahnya terlihat tegang.

Widuri berhenti, menatap Galuh dengan tatapan datar. “Aku udah bilang, aku nggak mau ada urusan lagi sama kamu.”

“Tolong, Wid. Aku cuma mau minta maaf dan kasih tahu kalau aku serius mau berubah,” katanya, nadanya penuh harap.

Widuri tertawa kecil, tapi tawanya penuh sarkasme. “Galuh, kamu bisa berubah sebanyak apa pun yang kamu mau, tapi itu nggak akan ngubah apa-apa. Aku udah selesai sama kamu.”

“Tapi—”

“Udah, Galuh. Aku nggak mau dengar lagi,” potong Widuri sebelum berbalik dan berjalan pergi.

Di kejauhan, Damar yang melihat kejadian itu mendekati Widuri.

“Kamu nggak apa-apa?” tanyanya lembut.

Widuri mengangguk. “Aku cuma muak sama drama ini.”

Damar tersenyum. “Kamu kuat, Wid. Aku kagum sama kamu.”

Widuri merasa jantungnya berdebar mendengar kata-kata Damar. Namun, dia mencoba mengabaikan perasaan itu.

 

Malam harinya, Galuh duduk di kamarnya, merenungi kata-kata Widuri. Rasa penyesalan semakin membesar di hatinya, tapi dia juga mulai merasa bahwa usahanya mungkin sia-sia.

“Apa aku harus nyerah?” gumamnya pelan.

Namun, bagian lain dari dirinya menolak untuk menyerah. Dia tahu bahwa dia telah membuat banyak kesalahan, tapi dia juga yakin bahwa Widuri adalah orang yang tepat untuknya.

“Besok, aku akan coba lagi,” putusnya.

 

Hari berikutnya, Widuri kembali disibukkan dengan tugas-tugas sekolah. Dia mencoba mengalihkan pikirannya dari segala drama yang melibatkan Galuh. Namun, saat dia sedang asyik mengerjakan tugas di perpustakaan, Damar muncul dengan senyum lebar.

“Ada waktu buat ngobrol, nggak?” tanyanya.

Widuri mengangguk. “Boleh. Ada apa?”

Damar duduk di kursi di depannya. “Aku cuma mau kasih tahu kalau ada acara seni di sekolah minggu depan. Aku tahu kamu suka melukis, jadi aku pikir kamu mungkin mau ikut.”

Widuri tersenyum. “Kedengarannya menarik. Aku bakal pikir-pikir dulu.”

“Aku yakin kamu bakal suka. Lagian, ini kesempatan buat nunjukin bakat kamu,” kata Damar dengan semangat.

Widuri merasa hatinya sedikit lebih ringan. Untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu terakhir, dia merasa ada sesuatu yang bisa dia nantikan.

 

Namun, di balik semua itu, Galuh tidak menyerah. Dia mulai mencoba berbagai cara untuk mendekati Widuri, termasuk meminta bantuan teman-temannya untuk menyampaikan pesan-pesan kepadanya.

“Widuri, kamu nggak kasihan sama Galuh? Dia beneran nyesel, loh,” kata salah satu teman Widuri di kelas.

Widuri mendengus. “Kasihan? Aku kasihan sama diriku sendiri kalau harus ngulang drama itu lagi.”

Meski begitu, tekanan dari lingkungan sekitar mulai membuat Widuri merasa lelah. Dia tahu bahwa satu-satunya cara untuk benar-benar lepas dari semua ini adalah dengan menghadapi Galuh secara langsung, untuk terakhir kalinya.

 -----

Malam itu, Widuri duduk di kamarnya, menulis di buku hariannya.

“Aku tahu hidup nggak pernah mudah, tapi kadang aku berharap semuanya bisa lebih sederhana. Aku nggak tahu apa yang harus aku lakukan untuk benar-benar lepas dari bayang-bayang masa lalu. Tapi satu hal yang pasti, aku nggak akan membiarkan diriku terjebak lagi. Aku harus kuat, untuk diriku sendiri.”

Dengan tekad baru, Widuri memutuskan bahwa esok hari dia akan menghadapi Galuh untuk terakhir kalinya, menyampaikan semua yang ada di hatinya tanpa menyisakan ruang untuk keraguan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!