"Kau yang memulai kan Xander? Maka jangan salahkan aku jika aku lebih gila darimu!" tekad seorang wanita bernama Arabelle Weister.
Bagaimana tidak karena sang suami tercinta ternyata sudah berselingkuh di belakangnya. Diapun menyewa seorang pria untuk membalaskan dendamnya, tetapi siapa sangka ternyata pria itu membawanya pada sebuah kebenaran dan cinta yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeNickname, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
"Ide ku sangat bermanfaat, bukan?" tanya Arabelle saat Sean kembali menemuinya di apartemen.
"Ulahmu itu berimbas kemana-mana bahkan perusahaan Weister sampai mengalami penurunan saham."
"Benarkah?"
"Kau lihat saja berita terkini. Lalu apa rencanamu sekarang?"
Arabelle terdiam sesaat, "Rencanaku tetap sama."
...---...
Penemuan Jessica dalam keadaan yang mengenaskan menjadi pembahasan publik. Wanita itu hampir saja meregang nyawa karena kehabisan darah, beruntung ada petugas kebersihan apartemen yang menemukannya.
Sesuai dengan keterangan dari beberapa saksi dan juga berita perselingkuhan Jessica yang sedang beredar sekarang Xander dijadikan tersangka, karena pria itu sama sekali tidak menampakan batang hidungnya. Dua hari ini, polisi sedang mencarinya.
Saat mendengar putra semata wayangnya dijadikan tersangka, ibunda Xander langsung mengalami serangan jantung. Dan saat ini wanita itu terbaring lemah di rumah sakit.
Arabelle tidak pernah menyangka kalau ulahnya akan sefatal ini.
"Ini bukan salahmu, Ara." Sean terlalu peka untuk memahami kondisi hati ibu hamil yang satu ini.
"Kurasa begitu."
"Aku membawa sesuatu." Sean mulai mengalihkan fokus Arabelle.
Pria itu kembali berkunjung dengan membawa sebuah map berisi berkas penting. Berkas yang selama ini ditunggu-tunggu oleh Arabelle.
"Kau sudah resmi menjadi janda." terang Sean.
Arabelle tersenyum-senyum sendiri, ada rasa lega di dalam hatinya karena dia berhasil keluar dari jeratan Xander. Meskipun sedikit terlambat.
"Kau memang selalu bisa diandalkan!" puji Arabelle.
Keesokan harinya, Arabelle pun kembali mansionnya. Sudah cukup untuk persembunyiannya, dia sudah aman. Wanita itu datang untuk mengambil beberapa barang penting yang akan dibutuhkannya dan juga mengambil beberapa berkas.
"Aku tidak punya banyak aset. Kau pasti bisa menjaganya dengan baik." Arabelle memberikan mansion dan beberapa aset miliknya yang masih ada untuk Sean.
Arabelle memang menjual banyak aset peninggalan orang tuanya karena pada saat itu dia belum siap untuk mengambil alih. Dia menyimpannya sebagai tabungan dan hanya menyisakan beberapa termasuk mansion.
"Apa tidak sebaiknya kau tetap tinggal?" pinta Sean untuk yang kesekian kalinya.
"Kita sudah membahasnya sejak awal!"
"Tapi, bagaimana kalau Zio kembali?" semoga saja aksi pembujukan Sean kali ini berhasil.
"Dia tidak mungkin kembali. Lagipula untuk apa? Semuanya sudah selesai, aku sudah berpisah dengan Xander."
"Sampai kapanpun tidak akan pernah ada yang selesai selama masih ada dia diantara kalian." Sean menunjuk perut Arabelle yang mulai sedikit menyembul. Berharap dia bisa meruntuhkan keras kepalanya Arabelle.
"Aku sedang tidak ingin berdebat, jadi pergilah sana karena aku harus berkemas."
Arabelle meninggalkan Sean seorang diri, dia masuk ke dalam kamarnya dan menangis sejadi-jadinya. Bohong sekali jika dirinya benar-benar kuat, nyatanya dia juga seorang wanita lemah yang menginginkan cinta dan kebahagiaan.
Lama Arabelle menangis, wanita itu menatap langit-langit kamarnya. Dulu saat dia kembali ke tempat ini dan memutuskan untuk menikah, sungguh Arabelle menaruh banyak harapan. Tapi nyatanya tidak ada satupun harapan yang terwujud, mungkin dirinya memang tidak pantas untuk bahagia.
Seketika Arabelle terdiam dan mengusap perutnya, dia melupakan sesuatu, "Apa kau sedih melihat Mommy menangis?"
"Maafkan Mommy yang selalu memikirkan diri sendiri. Mulai sekarang Mommy berjanji tidak akan pernah menangis lagi, Mommy akan menjaminkan kebahagiaan untukmu jadi tumbuhlah dengan baik."
Kebahagiaan seorang anak hanyalah keluarga yang utuh, tapi untuk itu Arabelle akan berusaha menjadi seorang ibu dan ayah secara bersamaan. Banyak wanita yang memutuskan untuk hidup seperti itu dan mereka tetap baik-baik saja. Lantas kenapa Arabelle harus meragu?
Kau yang memulai kan Xander? Maka jangan salahkan aku jika aku lebih gila darimu!
Arabelle tersenyum hambar, perselingkuhannya memang terlampau gila dari Xander karena sampai menghasilkan seorang anak. Tapi di sisi lain Arabelle begitu bersyukur karena setidaknya mulai sekarang dia tidak akan sendiri lagi. Rasanya dia ingin berterima kasih pada Zio karena sudah menanamkan benihnya di dalam rahimnya.
Arabelle menggelengkan kepalanya, "Kenapa aku harus mengingatnya lagi!" gerutunya.