Sea adalah gadis yang selalu menemukan kedamaian di laut. Ombak yang bergulung, aroma asin yang menyegarkan, dan angin yang berbisik selalu menjadi tempatnya berlabuh saat dunia terasa menyesakkan. Namun, hidupnya berubah drastis ketika orang tuanya bangkrut setelah usaha mereka dirampok. Impiannya untuk melanjutkan kuliah harus ia kubur dalam-dalam.
Di sisi lain, Aldo adalah seorang CEO muda yang hidupnya dikendalikan oleh keluarga besarnya. Dalam tiga hari, ia harus menemukan pasangan sendiri atau menerima perjodohan yang telah diatur orang tuanya. Sebagai pria yang keras kepala dan tak ingin terjebak dalam pernikahan tanpa cinta, ia berusaha mencari jalan keluar.
Takdir mempertemukan Sea dan Aldo dalam satu peristiwa yang tak terduga. Laut yang selama ini menjadi tempat pelarian Sea, kini mempertemukannya dengan pria yang bisa mengubah hidupnya. Aldo melihat sesuatu dalam diri Sea—sebuah ketulusan yang selama ini sulit ia temukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humairah_bidadarisurga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
Malam masih pekat ketika Sea, Aldo, dan Leo berkumpul di dalam gudang tua, merancang strategi untuk menjatuhkan Hugo.
Aldo duduk di atas peti kayu, menatap dokumen yang mereka curi. Matanya tajam dan penuh perhitungan. Sementara itu, Leo sibuk memeriksa senjata dan alat komunikasi mereka.
Sea duduk bersila di lantai, jantungnya masih berdetak cepat setelah pengejaran tadi.
"Aku masih tidak percaya kita benar-benar akan melawan Hugo," gumamnya.
Aldo menatapnya. "Jika kita tidak melawan sekarang, dia akan terus mengejar kita. Kita tidak punya pilihan lain, Sea."
Leo menyeringai. "Lagi pula, aku sudah bosan berlari."
Sea menghela napas. "Apa rencananya?"
Aldo meletakkan dokumen di hadapan mereka. "Kita punya dua target utama. Satu, menjatuhkan Hugo dengan mengungkap bukti kejahatannya ke publik. Dua, menemukan siapa pengkhianat di perusahaanku."
Leo mengangguk. "Aku sudah menghubungi seorang jurnalis yang bisa kita percaya. Dia setuju untuk bertemu besok pagi. Tapi masalahnya, kita harus bertahan sampai saat itu."
Aldo mengetukkan jarinya ke atas dokumen. "Sementara itu, kita harus membuat Hugo sibuk. Kita akan menyerang salah satu gudangnya malam ini."
Sea membelalakkan mata. "Kau bercanda?"
Aldo menggeleng. "Tidak. Kita akan menghancurkan persediaannya. Itu akan mengacaukan rencananya dan memberi kita waktu lebih lama."
Leo menyeringai. "Aku suka cara berpikirmu."
Sea menelan ludah. Ia tahu ini gila, tetapi ia juga tahu mereka tidak punya pilihan lain.
Misi Penghancuran Gudang Hugo
Tengah malam, mereka tiba di dekat lokasi gudang Hugo. Bangunan besar itu terletak di pinggiran kota, dijaga ketat oleh beberapa orang bersenjata.
Aldo, Leo, dan Sea bersembunyi di balik deretan kontainer.
"Kita harus bergerak cepat," bisik Aldo.
Leo mengeluarkan pisau lipat dan tersenyum kecil. "Beri aku waktu lima menit. Aku bisa mengurus dua penjaga di gerbang belakang."
Aldo mengangguk, lalu menoleh ke Sea. "Kau tetap di sini. Jangan keluar sampai kami memberi tanda."
Sea ingin membantah, tetapi tatapan Aldo terlalu serius untuk ditolak.
Leo menghilang dalam kegelapan. Tidak lama kemudian, suara benturan terdengar, lalu hening.
Melalui radio kecil di telinga mereka, suara Leo terdengar. "Gerbang belakang bersih."
Aldo menarik napas dalam-dalam, lalu bergerak cepat, Sea mengikuti dari belakang.
Mereka masuk ke dalam gudang, di mana peti-peti berisi barang ilegal tersusun rapi.
"Apa yang harus kita lakukan?" bisik Sea.
Aldo mengeluarkan beberapa detonator kecil dari ranselnya. "Pasang ini di beberapa titik. Saat kita keluar, kita ledakkan semuanya."
Sea merasa adrenalinnya meningkat. Ia mengambil salah satu detonator dan mulai memasangnya sesuai instruksi Aldo.
Namun saat mereka hampir selesai, sebuah suara terdengar di belakang mereka.
"Berhenti!"
Mereka berbalik. Tiga anak buah Hugo berdiri di ambang pintu, senjata mereka terangkat.
Sea merasakan jantungnya hampir melompat ke tenggorokan.
Aldo mengangkat tangannya perlahan. "Kita bisa bicara tentang ini."
Salah satu pria menyeringai. "Tidak ada yang perlu dibicarakan. Bos ingin kalian mati."
Leo, yang berdiri di sudut, bergerak secepat kilat. Ia menarik pisaunya dan melemparkannya ke salah satu pria.
Pria itu terjatuh, sementara Aldo menarik pistolnya dan menembak pria kedua.
Pria ketiga, yang tersisa, berusaha menembak, tetapi Sea refleks melempar sebuah batang besi ke arahnya.
DOR!
Peluru meleset, sementara Leo melumpuhkan pria itu.
Aldo menarik Sea. "Kita harus pergi sekarang!"
Mereka berlari keluar dari gudang. Aldo menekan tombol detonator.
BOOM!!
Ledakan mengguncang malam. Api membumbung tinggi ke langit.
Sea terengah-engah, melihat gudang itu hancur berkeping-keping.
Aldo meraih tangannya. "Ayo pergi sebelum lebih banyak orang datang."
Mereka melesat ke mobil yang diparkir jauh di luar area, lalu menghilang dalam kegelapan.
Pengkhianatan Terungkap
Setelah kembali ke tempat persembunyian, Aldo segera membuka laptopnya.
Leo duduk di sudut, mengamati jalan melalui jendela.
Sea berjalan mendekati Aldo. "Apa yang kau cari?"
Aldo mengetik cepat di laptopnya. "Aku sedang mencoba mengakses sistem internal perusahaan. Aku ingin tahu siapa yang diam-diam bekerja untuk Hugo."
Beberapa menit kemudian, wajah Aldo menegang.
Leo mendekat. "Kau menemukannya?"
Aldo mengangguk, matanya berkilat marah. "Pengkhianatnya adalah sekretaris pribadiku, Reza."
Sea terkejut. "Reza? Dia sudah bekerja denganmu selama bertahun-tahun!"
Aldo mengepalkan tangan. "Dan dia telah mengkhianatiku selama ini."
Leo menyeringai. "Kau mau aku menangani dia?"
Aldo menggeleng. "Aku sendiri yang akan menghadapinya."
Pertemuan Dengan Reza
Keesokan harinya, Aldo menemui Reza di sebuah restoran kecil, di mana mereka sering melakukan rapat rahasia.
Reza tersenyum saat melihat Aldo. "Ada apa, bos?"
Aldo melemparkan sebuah amplop di atas meja. "Kau bisa menjelaskan ini?"
Reza mengambil amplop itu dan membukanya. Wajahnya langsung pucat.
"Bagaimana kau bisa mendapatkan ini?" bisiknya.
"Aku punya caraku sendiri," jawab Aldo dingin. "Berapa banyak yang Hugo bayarkan padamu?"
Reza menunduk. "Aku tidak punya pilihan, Aldo. Hugo mengancam keluargaku."
Aldo menatapnya tajam. "Kau bisa datang padaku. Kau memilih mengkhianatiku."
Reza menggigit bibirnya. "Aku... aku minta maaf."
Aldo menatapnya lama sebelum akhirnya berkata, "Kau masih punya satu kesempatan untuk menebus kesalahanmu."
Reza menatapnya penuh harap. "Apa yang harus aku lakukan?"
Aldo menyeringai dingin. "Jebak Hugo untukku."
Akhir Hugo
Dengan bantuan Reza, mereka menjebak Hugo untuk datang ke sebuah lokasi yang sudah disiapkan.
Hugo, yang tidak menyadari jebakan itu, datang dengan beberapa anak buahnya.
Tetapi saat ia tiba, ia menemukan dirinya dikepung oleh polisi yang telah diberi informasi oleh Aldo.
Hugo mengamuk, tetapi tidak bisa lari.
Aldo berjalan mendekatinya, menatapnya dengan dingin. "Permainanmu sudah berakhir."
Hugo mendengus. "Kau pikir ini akan menghentikanku?"
Aldo tersenyum tipis. "Ya. Karena semua bukti sudah ada di tangan polisi."
Polisi segera membawa Hugo pergi.
Sea, yang menyaksikan semuanya, menghela napas lega. "Akhirnya selesai..."
Aldo merangkulnya. "Ya. Kita berhasil."
Leo tertawa kecil. "Kurasa aku harus mencari tantangan baru."
Sea tersenyum. Untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu terakhir, ia merasa benar-benar bebas.
***
Beberapa minggu setelah kejatuhan Hugo, Aldo kembali ke perusahaannya.
Reza mengundurkan diri setelah memberikan kesaksiannya kepada polisi.
Leo memutuskan untuk pergi ke luar negeri, mencari petualangan baru.
Sementara itu, Sea dan Aldo akhirnya bisa menjalani hidup mereka dengan damai.
Di suatu sore yang indah, mereka duduk di tepi laut, menikmati angin sepoi-sepoi.
Aldo menggenggam tangan Sea. "Apa kau masih menyesal bertemu denganku?"
Sea tersenyum. "Tidak. Karena bersamamu, aku menemukan keberanian yang tak pernah kusadari."
Aldo menatapnya penuh kasih, lalu menciumnya lembut.
Mereka telah melalui banyak hal. Tetapi kini, bab baru dalam hidup mereka akhirnya dimulai.