Kiara Putri terpaksa pergi dari suaminya saat ia hamil besar. Ancaman dari istri pertama suaminya, membuat ia nekat perg apalagi setelah sang ibu meninggal karena ulah istri pertama suaminya.
Namun, setelah anak yang ia lahirkan berusia 7 tahun, ia terpaksa kembali ke kota untuk menemui laki-laki yang telah memperistri nya.
Bayu Aksara Yudhistira, laki-laki yang kehilangan ingatan karena sebuah kecelakaan. Ia tidak tahu bahwa selain Yumna Cempaka yang sudah berstatus mantan istrinya, ia masih punya istri lain bahkan juga seorang anak.
Bagaimana kehidupan mereka saat keduanya kembali di pertemukan?
Happy Reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AA 4 Wanita Hamil itu Kiara
Ayah Anakku (4)
"Aksa sepertinya merindukan ayahnya. Kalau bisa pulang, coba hubungi ayahnya untuk datang," pesan Mantri Ali sebelum Kiara kembali ke rumahnya.
Kiara hanya diam. Ia awalnya akan kembali memberikan alasan pada sang putra, bahwa ayahnya tidak bisa datang lagi. Kembali mengecewakan Aksara ia pilih daripada harus datang ke kota menemui Bayu.
Bagaimana kalau aku tidak bisa pulang? Itu yang Kiara pikirkan. Bayu kan dulu sudah berniat meresmikan pernikahan mereka.
" Neng, kalau memang suaminya tidak bisa di hubungi, datangi saja. Ambu kasihan lihat Aksa. Anak itu dari kemarin murung. Apalagi katanya dia ingin ayahnya datang di hari pertama ia sekolah di SD,"
Kiara kembali diam. Kemarin adalah waktu dimana mereka bermain ke alun-alun kota. Artinya Aksa tidak benar-benar menerima semua penjelasannya.
" Ambu juga maunya kamu membungkam mulut orang-orang. Bisa-bisanya bilang Aksa anak h@ram.," kesal Ambu. " Lagipula kamu bilang berkas kamu ada di kota kan? Masuk SD sekarang cukup ketat. Harus lengkap berkasnya. Fotocopy KTP, KK dan Akta Aksa. Kalau bisa ambil sekalian," jelas Ambu.
Kiara dan Aksa tinggal bersama Ambu setelah Aksa lahir. Karena itu, ia tidak tahu kalau Aksa bahkan belum punya akta kelahiran.
" Iya Ambu. Sepertinya Ara akan pergi ke kota. Mumpung masih ada waktu beberapa bulan lagi. Tadi pagi Ara sudah pergi ke sekolah yang Aksa mau. Seperti kata Ambu, berkasnya harus lengkap,"
Ada kekhawatiran kalau ia akan mengecewakan sang putra. Kalau berkas tidak lengkap, bisa jadi ia gagal masuk SD tahun ini.
" Jadi, kapan berangkatnya?,"
" Setelah Aksa membaik saja, Ambu. Ara tidak tenang kalau meninggalkan Aksa saat sakit. Mau di bawa, Ara khawatir suami Ara di pindahkan tempat kerjanya. Suami Ara kan kerjanya di lapangannya bukan di bagian kantor," bohong Kiara.
Kenyataannya, ia takut kalau kondisinya tidak tepat saat Bayu ia ajak. Kiara pun masih takut dengan Yumna. Kalau bisa ia ingin menemui Bayu tanpa Yumna tahu.
...******...
" Bunda pergi dulu. Aksa jangan merepotkan Ambu ya," pesan Kiara ia akan pergi ke kota hari ini menggunakan travel.
Kiara ingin perjalanannya aman dan nyaman. Tanpa harus naik turun kendaraan umum. Kalau pakai sepeda motor, ia belum berani menggunakan di jalan besar. Baru berani di jalan desa saja.
Toko ia titipkan pada Lilis. Orang yang sangat ia percaya.
" Iya, Nda. Tapi, janji ajak ayah juga," ucap Aksa. Wajahnya tidak sepucat sebelumnya.
" iya sayang. Insyaallah Ya."
Aksa mengangguk. Anak itu sebenarnya anak penurut. Tidak banyak maunya juga. Seolah paham keadaan ibunya.
Namun, kemarin Ambu bilang sepertinya Aksa kepikiran dengan ucapan orang-orang kalau dia tidak punya ayah. Kalau ibunya seorang pembohong.
" Bunda pasti rindu Aksa," dipeluknya sang putra sampai ia merasa cukup dan bergegas pergi darisana.
" Nda akan pulang bawa ayah kan, Ambu?," tanya Aksa sambil masuk ke rumah bersama Ambu nya.
" Insyaallah,nak. Do'a kan bundanya agar bisa bertemu ayah dengan cepat. Jangan sampai bunda datang ayah kamu sedang ada tugas keluar kota,"
" Aamiin, Ambu," ucap Aksa membuat Ambu tersenyum.
Walaupun Aksa bukan cucunya dan Kiara bukan anaknya, Ambu sayang keduanya. Keberadaan mereka mengobati rasa rindu Ambu pada putra dan putrinya yang memilih merantau ke luar kota.
Di perjalanan, Kiara hanya melihat keluar jendela. Ingin memejamkan mata, ia tak berani. Apalagi dalam mobil tidak hanya ia sendiri.
Semoga tidak ada hambatan. Batin Kiara.
Tak Terasa, sore ia sudah sampai. Rumah yang dulu ia tinggali kini sepi.
Melihat pintu gerbang yang terkunci, Kiara berjalan ke arah gang yang menuju pemukiman warga.
Disana, tinggal sepasang paruh baya yang ia tahu sebagai orang yang dipercaya menjaga kebersihan rumahnya.
" Assalamualaikum, Bi Hana," Kiara mengetuk pintu sebuah rumah sederhana.
" Wa'alaikumussalam," pintu terbuka menunjukkan sosok wanita paruh baya yang sudah semakin menua.
" Bibi apa kabar?," Kiara tersenyum melihat orang yang sering menemaninya dulu saat hamil ada di depannya.
" Ya, Allah. Ini Mbak Kia?," tanya Bi Hana dengan mata membulat.
Kiara hanya mengangguk dan langsung saja tubuhnya di peluk Bi Hana.
" Mbak Kia kemana saja? Pak Bayu mencari-cari Mbak kemana-mana. Ganjar sampai di pecat, Mbak." jelas Bi Hana sambil menarik Kiara untuk duduk di kursi kayu yang ada di rumah itu.
" Astaghfirullah, Bibi serius?," Kiara terkejut. Ia tak pernah berpikir kalau supir yang mengantarnya ke pemakaman itu akan terkena imbasnya.
" Pak Bayu marah karena merasa hilangnya Mbak Kia adalah kesalahan Ganjar yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik," jelas Hana lagi.
" Ya, Allah, Bi. Aku jadi merasa bersalah."
" Sudahlah, Mbak. Jangan di pikirkan. Ganjar juga tidak apa-apa. Ia juga merasa itu salahnya," jelas Bi Hana jadi merasa bersalah di pertemuan pertama mereka malah membahas hal lain. " Mbak sendiri apa kabar? Eh, mbak sendiri?,"
Bi Hana melihat ke luar. Tapi, memang tidak ada seorangpun. Mantan majikannya itu hanya datang seorang diri.
" Aku sendiri, Bi. Anakku aku tinggal," jelas Kiara seolah paham yang di cari mantan pembantu nya.
" Pantas. Pasti sudah besar ya."
" Iya, Bi. Dia sangat tampan. Tahun ini insya Allah mau masuk SD. Sayangnya seperti kata Bibi, dia copy an ayahnya," Kiara tersenyum kecut sementara Bi Hana malah tertawa.
Mereka ingat jika Bi Hana pernah bilang jika kemungkinan anak yang di kandung Kiara akan mirip ayahnya karena awal kehamilan, Kiara sangat membenci Bayu.
" Bagaimana kehidupan Mbak Kia dan Aden kecil?,"
" Alhamdulillah kami baik," jawab Kiara tidak mungkin menjelaskan secara detail perjalanan hidupnya paska kabur dari suaminya.
" Alhamdulillah kalau begitu," jawab Bi Hana percaya saja. Walaupun ia melihat bahwa jawaban itu hanya sekedar upaya agar ia tenang.
" Sebenarnya tadi mau ke rumah. Tapi, pintunya terkunci. jadi langsung ke sini,"
" Rumah itu memang kosong sejak beberapa tahun lalu. Sebentar bibi ambilkan kuncinya,"
Kiara belum sempat bertanya lagi namun, Bi Hana sudah beranjak ke kamarnya.
" Kosong? Ah, pasti Pak Bayu tidak tinggal disana karena untuk apa juga tinggal di rumah itu kan? ," gumamnya pelan.
Sementara itu,Bayu membaca berkas yang di berikan oleh orang suruhan ayahnya.
" Kamu yakin saya sering datang ke rumah ini?," Bayu mengerutkan keningnya saat melihat foto rumah yang tak pernah ia tahu.
" Benar. Orang sekitar bilang, disana tinggal seorang wanita hamil sekitar tujuh tahun yang lalu,"
" Wanita hamil ?," tiba-tiba ia teringat akan semua mimpinya.
" Benar. Foto dan semua informasi terkait wanita itu ada di laporan yang saya berikan,"
Deg
Kiara? Bagaimana mungkin dia?. Batin Bayu tak percaya.
.
.
TBC