NovelToon NovelToon
Andai

Andai

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mamah Mput

Andai .... kata yang sering kali diucapkan di saat semua sudah berlalu. Di saat hal yang kita ingin gapain tersandung kenyataan dan takdir yang tidak bisa terelakan. Kadang aku berpikir andai saja waktu itu ibuku tidak meninggal, apakah aku masih bisa bersamanya? ataukah justru jika ibuku hidup kala itu aku bahkan tidak akan pernah dekat dengannya.

Ahhh ... mau bagaimana lagi, aku hanyalah sebuah wayang dari sang dalang maha kuasa. Mengikuti alur cerita tanpa tau akhirnya akan seperti apa.

Kini, aku hanya harus menikmati apa yang tertinggal dari masa-masa yang indah itu. Bukan berarti hari ini tidak indah, hanya saja hari akan terasa lebih cerah jika awan mendung itu sedikit saja pergi dari langitku yang tidak luas ini. Tapi setidaknya awan itu kadang melindungiku dari teriknya matahari yang mungkin saja membuatku terbakar. Hahaha lucu sekali. Aku bahkan kadang mencaci tapi selalu bersyukur atas apa yang aku caci dan aku sesali.

Hai, aku Ara. Mau tau kisahku seperti apa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mamah Mput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Teman ibu

"Ra, besok jadi kerja kelompok di rumah gue?" tanya Rahes saat kami berjalan sepulang sekolah.

"Gue belum ijin, tar malem gue kasih kabar."

"Yah, ayolah." dia memohon.

"Gak bisa janji gue sih."

"Apaan sih, Lo. Lagian kita beda kelompok. Maksa banget Lo ngajak kita ngerjain tugas bareng."

"Heh, Mi. Lo kan tau kelompok gue bertiga kayak apaan. Kalau bareng kalian setidaknya kelompok gue terbantu."

"Itu sih pengen kita yang ngerjain tugas Lo kan?" Hilda menambahkan.

"Ya itu Lo ngerti."

Perdebatan Hilda, Ayumi, dan Rahes tidak berhenti sampai di situ. Mereka terus saja berselisih hingga kami sampai gerbang depan. Kami berpisah saat sudah di jalan karena tujuan kami semua berbeda arah.

Tinggal aku dan Rahes yang berada di sana.

"Kamu Ara, kan?" tanya seseorang yang membuat aku dan Rahes menoleh bersamaan.

"Hai," orang itu mengulurkan tangan. Dengan ragu-ragu aku menerima uluran tangannya.

"Iya, Pak."

"Bapak nunggu angkot juga?" tanya Rahes pada guru baru kami.

"Bukan. Kebetulan saya bawa kendaraan sendiri."

"Kenapa berdiri di sini?" tanya Rahes lagi dengan penasaran dan dengan nada tidak suka.

"Saya ingin bicara dengan Ara. Bisa?"

Aku menoleh pada Rahes, lalu kembali menatap guru baru itu.

"Iya, Pak. Silahkan."

"Berdua?"

Aku mengerutkan kening, lalu kembali menatap Rahes yang ada di samping kiriku. Anak itu menggelengkan kepala.

"Di sini saja, Pak."

Di tertawa kecil. "Apa kalian pacaran?"

"Hah? Saya sama dia? Nggak lah. Mana mungkin," sanggahku.

"Biasa aja sih, Lo, ngomong nya." Rahes mendorong pelan lenganku.

"Kamu udah tahu nama saya bukan?"

Aku dan Rahes mengganggu kecil.

"Saya temen mendiang ibu kamu, Ra."

"Mendiang? Ara, Lo udah gak punya orang tua?" tanya Rahes terkejut. Dia memang tidak tahu tentang kehidupanku. Hanya Hilda dan Ayumi yang tahu siapa aku sebenarnya.

Aku menatap dalam mata guru baru itu. Ada perasaan yang entah apa itu. Hanya saja aku tiba-tiba merasa sedih. Mungkin karena dia teman ibuku yang sudah tiada. Ibu yang sama sekali belum pernah aku lihat selama ini.

"Nanti kita bicara lagi ya, Ara. Banyak yang ingin saya ceritakan sama kamu," ujarnya sambil membelai kepalaku dengan lembut.

Respon tubuhku sangat aneh, tiba-tiba saja kaki ini melangkah hendak mengikuti nya saat dia berbalik dan meninggalkan kami berdua.

"Mau ke mana?" Rahes menarik tanganku. Aku segera berbalik dan menatap Rahes.

"Ra, Lo nangis? Hey, Lo kenapa? are you oke?"

Nangis? kenapa aku menangis?

Aku segera menyeka wajah.

"Ra? yakin kamu gak apa-apa? Gue anterin Lo pulang aja ya. Tunggu supir gue datang."

"Gue--"

"Ra, ayo balik." seseorang berteriak. Aku dan Rahes kembali menoleh untuk melihat siapa yang memanggil.

Itu Yoon.

"Gue balik duluan ya."

"Tunggu." Rahes kembali menarik tanganku.

"Lo beneran gak apa-apa?" tanyanya cemas.

Anggukan kecil dan senyuman tipis mungkin cukup untuk menenangkan anak itu. Aku segera berlari menuju mobil Yoon.

"Sorry ya lama. tadi macet di jalan."

"Gak apa-apa."

"Alan bilang aku harus ajak kamu makan dulu, baru pulang ke rumah."

"Oke, kebetulan aku juga laper."

"Mau makan apa?"

"Ke subway aja yuk."

"Siap, tuang putri. Laksanakan!"

Rupanya jalanan memang sedikit mengalami hambatan. Ada truk besar yang mogok di depan sana.

"Kak, kakak kenal iren gak?"

"Iren? kenal. Kamu kok tahu dia sih? pernah ketemu?"

"Hmmm. tapi sepertinya dia gak suka sama aku."

"Kok bisa? padahal kan seharusnya dia bersikap baik sama kamu. Ya setidaknya buat PDKT. Deketin adiknya kalau mau dapetin kakaknya."

"Sudah aku duga sih, dia kayak orang cemburu. Dia gak suka aku Deket sama kak Alan."

"Wanita aneh. kak kamu adiknya Alan. Masa cemburu."

"Mungkin karena aku bukan adik kandung kak Alan."

"Ya gak bisa gitu lah. Toh keluarga Alan menganggap kamu anak mereka. Iren harus terima itu."

"Dia marah saat tahu aku kenal sama kakak."

"Sama aku? Kenapa?"

"Gak ngerti. Dia maksa banget nanya aku kapan dikenalin ke kakak sama kak Alan. Aneh banget gak sih?"

"Kok gitu?"

"Gak ngerti lah."

"Ya sudah, biarin aja. Dia putus asa kali karena Alan gak pernah menanggapi dia. Alan itu memang susah Deket sama perempuan. Bahkan kamu adalah wanita pertama yang dia bawa ke studio. Bagi Alan, studio itu adalah benda keramat yang gak bisa disambangi sembarangan orang."

"Ya kan aku adiknya."

"Makanya kenapa dia harus marah."

"Tau kah, wanita aneh emang. Aku gak setuju kalau kak Alan sampai jadian sama dia. Ihhhhh, serem."

Yoon tertawa. "Setuju."

Sampailah kami di tempat tujuan. Yoon memesan makanan setelah dia bertanya apa yang ingin aku makan. Sementara aku duduk di meja, menunggu.

Sebelum makanan datang, Yoon minta ijin keluar sebentar karena harus menerima telpon dari seseorang.

Begitu makan datang, dia belum kembali. Dia terlihat sangat serius berbicara dengan orang itu, entah siapa yang ada di telpon tersebut.

karena sudah tidak bisa ditahan, aku memutuskan untuk makan terlebih dahulu.

Tidak berselang lama, dia kembali.

"Sorry ya lama."

"Gak apa-apa, Kak."

"Biasa masalah kerjaan."

"Sibuk ya, Kak?"

"Lumayan. Ada lagi baru mau rilis, jadi suka agak riweuh sedikit."

"Padahal gak apa-apa gak perlu jemput. Nanti aku bisa pulang naik angkot."

"Ya gak bisa gitu lah. Adik Alan adalah adik kami semua. Ayo, habiskan. Nanti setelah ini anter aku ke suatu tempat dulu ya. Alan udah ijinin kok."

"Oke."

Saat aku dan Yoon sedang asik makan sambil ngobrol. ponselku berdering.

"Halo, mama."

"Sayang, kamu di mana? bukannya sekolah udah bubar?"

"Iya, Ma. Aku lagi makan sama kak Yoon. Tadi kak Yoon yang jemput soalnya."

"Kalau makannya sudah selesai langsung pulang ya."

"Kalau Ara ijin pergi sebentar, boleh gak?"

"Jangan, sayang. Kamu harus langsung pulang, ya."

"Ma, mama baik-baik aja kan? kenapa suara mama bergetar gitu? Mama sakit?"

"Nggak. Mama gak apa-apa, kok. Kamu cepet pulang ya, Nak."

"i-iya, Ma."

Tut tut Tut

"Kak, kayaknya habis ini aku harus langsung pulang deh, gimana dong?"

"Ya udah, gak apa-apa."

"Katanya tadi mau ke suatu tempat dulu."

"Itu bisa nanti setelah anter kamu pulang dulu."

"Ya udah deh kalau gitu."

1
Sahriani Nasution
wuih cool
Mamah Mput: iya dia cool banget, suami aku sebenarnya dia tuh 🤧😂😂
total 1 replies
mly
plot twist nya alan Sma ara suami istri wokwok
Mamah Mput: mau kondangan gak? hahaha
total 1 replies
nowitsrain
Ini visualnya Alan?
Mamah Mput: iya kak itu Alan.
total 1 replies
nowitsrain
Ayuhhh, yang dikerjain guru baru 🤣
nowitsrain
Yah, usil banget bocah
Timio
belum apa apa udah nyakitin aja kalimatnya tor 😭
Mary_maki
Bagus banget ceritanya, aku udah nggak sabar nunggu bab selanjutnya!
Mamah Mput: terimakasih kak. tiap hari aku up ya 💜💜
total 1 replies
y0urdr3amb0y
Suka banget sama ceritanya, harap cepat update <3
Mamah Mput: terimakasih 😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!