NovelToon NovelToon
Civil War: Bali

Civil War: Bali

Status: tamat
Genre:Action / Sci-Fi / Tamat / Spiritual / Kehidupan Tentara / Perperangan / Persahabatan
Popularitas:616
Nilai: 5
Nama Author: indrakoi

Di masa depan, dunia telah hancur akibat ledakan bom nuklir yang menyebabkan musim dingin global. Gelombang radiasi elektromagnetik yang dahsyat melumpuhkan seluruh teknologi modern, membuat manusia kembali ke zaman kegelapan.

Akibat kekacauan ini, Pulau Bali yang dulunya damai menjadi terjerumus dalam perang saudara. Dalam kehidupan tanpa hukum ini, Indra memimpin kelompok Monasphatika untuk bertahan hidup bersama di tanah kelahiran mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indrakoi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 22

Di sebuah perempatan besar di sisi lain kota Amlapura, udara dingin terasa menusuk hingga tulang. Suasana yang jauh lebih dingin ini disebabkan oleh jaraknya yang jauh dari kobaran api, sehingga membuat napas para pejuang mengeluarkan uap tipis di udara. Di tengah kegelapan malam, pertempuran sengit berkecamuk antara pasukan budak yang dipimpin oleh Indra dan Aryandra melawan Prajurit Karangasem.

Pertempuran itu tak kenal ampun. Dentingan pedang, teriakan kesakitan, dan raungan kemarahan memenuhi udara. Meski Prajurit Karangasem terkenal dengan cara bertempur yang brutal, tetapi para budak itu ternyata mampu membuat mereka kewalahan. Tubuh-tubuh bergelimpangan dengan darah yang mengalir membasahi aspal jalanan.

Di tengah kerumunan, Indra terlihat sedang berhadapan langsung dengan salah satu prajurit Karangasem. Perbedaan kekuatan mereka begitu jelas. Hanya dalam tiga serangan cepat, Indra berhasil melumpuhkan lawannya dengan mudah. Tanpa ragu, ia menyeret tubuh prajurit yang terluka itu keluar dari kerumunan untuk menginterogasinya.

Lututnya menindih leher prajurit itu dengan tatapan mata yang tajam penuh intimidasi. Ia kemudian menanyakan sesuatu dengan suara yang dingin dan penuh ancaman. "Oi, katakan sekarang, di mana Sekar berada?" Tanyanya sambil memberikan sedikit tekanan pada leher prajurit itu.

"Akh... Aku nggak tahu—" Jawab prajurit itu dengan suara napas yang tersengal-sengal.

Indra tidak bergeming. Alih-alih melepaskannya, ia justru menekan leher lawannya dengan lebih keras. Prajurit itu hendak menjerit kesakitan, namun suaranya hampir tidak bisa keluar karena udara yang tertahan di tenggorokannya. "Jangan bohong! Katakan sekarang atau kau akan mati di sini!" Ancam Indra dengan suara seperti raungan hewan buas.

Prajurit itu terbatuk-batuk karena kehabisan napas. Tidak ada pilihan lagi baginya sekarang selain menyerah dan memberitahu dimana Sekar berada. "B-baiklah! Setahuku, wanita itu ditawan di Lapas Amlapura. Itu adalah markas besar kami yang dikuasai oleh Ashura!"

Begitu mendapatkan jawaban yang diinginkan, Indra langsung berdiri dengan cepat dan meleaskan tindihan lututnya. Tanpa belas kasihan, ia lalu menendang kepala prajurit itu hingga tak sadarkan diri. Indra kemudian masuk kembali ke medan pertempuran untuk mencari Aryandra yang berada di tengah-tengah kerumunan.

"Aryandra!"Panggilnya dengan suara yang mampu menembus riuh pertempuran.

Aryandra yang sedang sibuk menghadapi seorang prajurit Karangasem segera melumpuhkan lawannya dengan gerakan cepat. Ia berpaling ke arah Indra dengan wajah penuh harap. "Bagaimana? Kau sudah tahu dimana Sekar berada?" Tanyanya sambil mengatur napas.

"Sekar ditahan di Lapas Amlapura. Kita harus segera ke sana sebelum sesuatu terjadi padanya." Jawab Indra tegas dan tergesa-gesa.

Aryandra melirik sekeliling dengan tatapan penuh keraguan. Pertempuran masih berkecamuk dan musuh terus berdatangan seakan tak ada habisnya. Ia menghela napas, menyadari bahwa mereka belum bisa meninggalkan medan perang. "Kita belum bisa pergi sekarang, Ndra. Kita harus tetap di sini untuk memimpin pasukan kita." Ujarnya berat penuh dilema.

Indra mengangguk, meski raut wajahnya memancarkan rasa bimbang. Namun, sebelum sempat merespons, dua prajurit musuh tiba-tiba menyerang Aryandra dari samping. Indra dengan refleks menangkis serangan itu dengan pedangnya, sementara Aryandra segera bergerak untuk membantunya.

"Maaf, Indra. Aku malah melamun di tengah pertempuran." Ucap Aryandra penuh penyesalan.

"Nggak masalah. Kembalikan lagi fokusmu, Aryandra." Jawab Indra sambil membersihkan noda darah yang mengotori pedangnya.

Aryandra mengangguk dengan mata yang perlahan kembali bersinar penuh semangat bertarung. "Sepertinya kita baru bisa mencari Sekar setelah mengalahkan semua musuh yang ada di sini." Ujarnya dengan nada yang membara.

"Kau benar. Kalau begitu, ayo kita habisi mereka satu per satu!" Seru Indra dengan senyuman jahatnya yang ikonik. Pedangnya terhunus, seolah siap menghadapi musuh-musuh yang berdatangan tanpa henti.

"Baiklah!" Balas Aryandra sambil mengibaskan pedangnya dengan semangat bertarung yang berapi-api.

Tiba-tiba, dari arah selatan, seseorang terlihat melayang tinggi di udara dan jatuh dengan keras di dekat mereka. Orang itu adalah salah satu budak yang ikut memberontak. Wajahnya terlihat hancur berlumuran darah, seolah baru saja terkena hantaman bola meriam. Indra dan Aryandra segera menoleh ke arah datangnya orang itu dengan hati yang berdebar kencang.

Pandangan mereka terpaku pada sosok raksasa yang muncul dari kegelapan. Ia adalah Ashura, sang penguasa absolut wilayah Karangasem. Tubuhnya besar seperti gunung dan langkahnya berat seakan mampu menggetarkan tanah. Di belakangnya, pasukan bersenjata lengkap berjalan mengikuti dengan rapi. Wajah-wajah mereka terlihat sangar, seolah siap untuk menghabisi semua orang yang berani memberontak.

"Itu Ashura!" Seru Aryandra dengan lantang untuk memperingatkan pasukan budaknya.

Indra tertawa gugup dengan campuran emosi antara kengerian dan kekaguman. "Gila... Dia beneran kaya raksasa!" Ujarnya sambil memantapkan kuda-kuda berpedang sebagai persiapan untuk melawan bos terakhir.

...***...

Di sisi lain pertempuran, Luthfi dan Kiara terdesak oleh kecepatan Yuda yang mengerikan. Mereka berdua berusaha keras untuk melukainya, tetapi setiap serangan yang dilancarkan selalu dapat dihindari dengan mudah.

Pergerakan Yuda begitu cepat dan lincah, seperti kilatan cahaya yang sangat sulit ditangkap. Seiring berjalannya pertempuran, alih-alih berhasil melukai Yuda, tubuh mereka justru dipenuhi luka sayatan dengan variasi yang beragam. Beberapa luka tampak seperti goresan tipis, sementara yang lainnya sangat parah hingga mengucurkan banyak darah.

"Jangan bergerak, bangsat!" Teriak Luthfi frustasi. Keringat bercampur darah terlihat mengalir dari dahinya, hingga hampir menghalangi pandangannya.

Ketika Yuda mendongak untuk menghindari pukulan Kiara, Luthfi melihat sebuah celah untuk memberikan serangan balik. Dengan cepat, ia mengayunkan pedangnya ke arah leher Yuda dengan harapan serangan itu mampu melukainya. Namun, tentu saja Yuda dapat menghindarinya dengan mudah. Ia bahkan sempat memutar tubuh, lalu menebas pergelangan kaki Luthfi sebagai bentuk serangan balasan.

Luthfi kemudian terhuyung karena kehilangan keseimbangannya. Yuda yang tak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu langsung melesatkan pedangnya ke arah leher Luthfi. Namun, untungnya Luthfi berhasil mengelak sehingga bilah pedang Yuda hanya menembus pundak kirinya saja.

Alih-alih mengernyit kesakitan, Luthfi justru menyeringai seolah-olah ia berhasil melakukan skakmat kepada lawannya. "Kena kau, anjing!" Ucapnya diiringi dengan tawa jahat. Insting Yuda langsung mengatakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres ketika melihat ekspresi Luthfi yang tak terduga.

Dengan cepat, Luthfi menggenggam bilah pedang Yuda untuk membuatnya tak bisa bergerak. Wajah Yuda kemudian terlihat panik saat ia berusaha menarik pedangnya kembali, hingga melukai telapak tangan Luthfi. Namun, seberapa kuat pun ia menariknya, pedang itu tidak mampu keluar dari cengkraman Luthfi.

"Kiara!" Luthfi berseru sebagai sinyal untuk menyerang. Dengan tenaga yang terpusat di kepalan tangannya, Kiara menghantam wajah Yuda dengan telak. Pukulan Itu mendarat tepat di rahang kanan Yuda, memberikan sensasi seperti dihantam palu godam. Yuda melayang jauh di udara, sebelum akhirnya terbanting dengan keras ke aspal jalan.

"Rasakan itu, sialan!" Luthfi berseru kegirangan karena mereka berhasil memberikan serangan yang cukup fatal. Pandangannya lalu beralih ke arah Kiara yang terlihat sedang memeriksa kepalan tangannya dengan ekspresi aneh. "Ada apa, Kiara? Tanganmu sakit?" Tanya Luthfi dengan penuh perhatian.

"Nggak, hanya saja..." Kiara mengalihkan pandangannya ke arah Yuda yang masih terkulai lemas. "Dagu orang itu rasanya aneh." Jawab Kiara dengan wajah serius.

Luthfi mengangkat salah satu alisnya karena dibuat penasaran. "Aneh? Emang gimana rasanya?" Tanyanya penuh keingintahuan.

Kiara melirik ke arah Luthfi untuk menjawab pertanyaannya. "Dagu orang itu rasanya sedikit lunak."

Tiba-tiba, pandangan mereka berdua teralihkan oleh Yuda yang mencoba untuk bangkit dengan perlahan. Badannya terlihat sempoyongan saat berusaha untuk berdiri dengan benar. Sepertinya, pukulan Kiara yang begitu keras berhasil membuat pandangan Yuda berputar-putar untuk sementara waktu.

Setelah berhasil menegakkan badannya, Yuda kemudian memandang kedua lawan di hadapannya dengan tatapan mata yang dingin. "Tepat sekali." Ujarnya dengan suara yang kurang jelas, seolah-olah sedang berkumur. "Bagian dagu hingga rahangku rasanya memang lebih lunak."

Dengan perlahan-lahan, Yuda membuka cadarnya untuk memperlihatkan wajah misterius yang tersembunyi di bawahnya. Mata Luthfi dan Kiara seketika melotot karena terkejut saat melihat tampangnya yang mengerikan. Bagian bawah wajah Yuda tampak membusuk dengan cairan kental mengalir dari rahangnya yang rusak. Tatapan matanya yang tajam sangat kontras jika dibandingkan dengan kondisi wajahnya yang memprihatinkan.

"Seperti yang kalian lihat, bagian bawah wajahku ini sudah dirusak oleh kanker ganas." Ujar Yuda sembari berjalan perlahan mendekati Luthfi dan Kiara "Sejak kiamat musim dingin global empat tahun silam, aku sudah tidak mampu untuk menjalani pengobatanku lagi, sehingga kondisinya semakin memburuk." Tambahnya dengan nada getir.

Yuda kemudian menghunuskan pedangnya kembali, seolah sudah siap untuk menghadapi Luthfi dan Kiara sampai ajal menjemputnya. "Aku tahu bahwa umurku tidak akan lama lagi. Karena itu lah, dalam setiap pertempuran, aku akan mengerahkan segenap kekuatan yang kumiliki." Ujarnya datar, namun mengandung banyak sekali emosi yang bercampur di baliknya.

Luthfi mengerutkan kening karena menyadari bahwa Yuda tidak akan berhenti bertarung sampai titik darah penghabisan. "Cih, kau ini lawan yang merepotkan!" Gerutu Luthfi dengan suara yang frustasi.

Mereka bertiga kemudian memasang kuda-kuda untuk kembali melanjutkan pertarungan. Meski Yuda menderita penyakit mengerikan, tatapan matanya terlihat memiliki semangat bertarung yang berapi-api. Di sisi lain, Luthfi dan Kiara saling memandang dengan keraguan yang terpancar di wajah mereka. Meski begitu, insting petarung mereka menuntut untuk menang, apapun yang terjadi.

Kiara melesat ke depan, mengarahkan pukulannya kepada Yuda. Luthfi mengikutinya dari belakang dengan posisi pedang yang siap untuk menangkis segala serangan yang dikerahkan oleh lawannya. Tapi sayangnya, tempo gerakan Yuda menjadi lebih cepat dari sebelumnya. Dengan senyuman lebar dan mata yang menyala, pedangnya melesat seperti kilat yang menyambar. Tebasan pedang Yuda berhasil melukai pinggang dan tangan Kiara. Sementara itu, Luthfi yang sudah berusaha menangkis, tetap saja terkena sayatan di bagian pipinya.

"Sialan kau!" Teriak Kiara dengan darah yang mengalir dari lukanya. Ia terus mencoba untuk mendaratkan beberapa pukulan lagi, namun Yuda tentu saja bisa menghindarinya dengan mudah. Sebuah tendangan cepat milik Yuda kemudian menghantam wajah Kiara, hingga membuatnya terjatuh ke tanah.

"Menjauh darinya, sialan!" Teriak Luthfi sambil mengayunkan pedangnya ke arah Yuda untuk melindungi Kiara.

"Lambat!" Ejek Yuda sambil menangkis serangan Luthfi dengan mudah.

Pertarungan sengit pun terjadi di antara kedua pendekar pedang itu. Dentingan logam menggema di udara, seakan setiap serangan penuh dengan tekad untuk menghilangkan nyawa satu sama lain. Karena luka yang diderita di pergelangan kakinya, Luthfi sempat kehilangan keseimbangan saat melawan Yuda. Akibatnya, saat hendak mengarahkan tebasannya ke arah leher, serangannya malah meleset ke tangan kanan Yuda.

Menyadari bahwa pedang milik Luthfi mengarah ke tangannya, Yuda tiba-tiba menjadi panik. Ia melompat mundur dengan cepat, sambil menjauhkan tangannya dari bilah pedang yang tajam itu. Ekspresi ketakutan yang sebelumnya tak pernah terlihat, kini terpampang jelas di wajahnya.

"Eh?" Gumam Luthfi heran akan kelakuan aneh Yuda. Ia tidak pernah terlihat sepanik ini sejak awal pertarungan, meskipun serangan kedua panglima Monasphatika itu selalu mengarah ke titik-titik vitalnya. Akan tetapi, ia tiba-tiba kalang-kabut saat pedang Luthfi menyasar ke arah tangannya.

Luthfi mengamati Yuda yang sedang mengatur napas, sembari memutar kilas balik pertarungan di otaknya. Ia berusaha mengingat bagaimana cara Yuda mengayunkan pedang di tangannya selama pertarungan tadi. Luthfi kemudian langsung memberitahu Kiara mengenai sesuatu yang baru ia sadari. "Kiara, mendekatlah." Panggilnya dengan suara berbisik.

Kiara, yang baru saja mampu untuk berdiri, kemudian mendekat sambil memegang lukanya. "Ada apa?" Tanyanya dengan suara rendah.

"Aku rasa kelemahan orang itu ada di tangannya." Bisik Luthfi dengan pandangan yang menatap tajam ke arah pergelangan tangan Yuda. "Dia mengandalkan kelenturan sendinya untuk melakukan serangan yang super cepat. Itulah sebabnya ia membawa pedang yang lebih panjang dan lentur untuk menambah momentum gerak di setiap serangannya."

Mendengar penjelasan itu, Kiara kemudian tersenyum dengan mata yang berbinar. Ekspresi wajahnya seolah mengatakan bahwa ia baru saja mendapatkan sebuah taktik brilian untuk mengalahkan Yuda. "Luthfi, sepertinya aku punya ide bagus!"

1
jonda wanda
Mungkin cara bicara karakter bisa diperbaiki agar lebih natural.
IndraKoi: baik, makasih banyak ya masukannya🙏
total 1 replies
Abdul Aziez
mantap bang
IndraKoi: makasih bang🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!