Setelah mengukuhkan kekuasaannya atas Kota Canyu, Zhang Wei memulai perjalanan epik menuju puncak dunia demi membangkitkan kembali masternya, Lian Xuhuan. Namun, jalan menuju tujuan itu penuh bahaya: musuh kuat, intrik politik, hingga menjadi buronan kekaisaran Qin.
Dalam petualangannya, Zhang Wei harus menghadapi penguasa Tanah Barat, mengungkap rahasia dunia, dan membuktikan dirinya sebagai pendekar pedang kelabu yang tak terkalahkan.
Dengan tekad membara, Zhang Wei bersiap melawan dunia untuk mencapai puncak tertinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Musuh Lainnya
Di wilayah tanah barat, suasana dalam aula pertemuan utama Klan Wu dipenuhi ketegangan. Para pemimpin dari berbagai klan dan sekte kuat berkumpul, membahas perkembangan terakhir yang mengguncang mereka. Wu Changming, pemimpin Klan Wu yang dikenal sebagai salah satu tokoh paling disegani di wilayah itu, duduk di kursi utama dengan ekspresi penuh kecemasan.
“Kita kehilangan kontak dengan semua pembunuh yang dikirim ke utara,” ujar salah satu tetua klan, nada suaranya dipenuhi kekhawatiran. “Mereka menghilang tanpa jejak, dan itu terjadi bertepatan dengan munculnya tribulasi petir yang luar biasa beberapa hari lalu.”
Wu Changming mengerutkan kening. “Tribulasi petir itu… Kau yakin itu adalah tribulasi Martial Ancestor?”
Tetua lain mengangguk. “Tidak diragukan lagi. Energi langit dan bumi yang terkumpul begitu masif. Itu jelas tribulasi Martial Ancestor, tapi ada sesuatu yang aneh. Petirnya jauh lebih dahsyat daripada biasanya, seolah-olah dunia itu sendiri mencoba menyingkirkan individu yang menerobos.”
“Jadi kau mengatakan ada seseorang di wilayah utara yang menerobos ke Martial Ancestor dan kemungkinan besar membantu pemuda bernama Zhang Wei itu?” Wu Changming mengetukkan jarinya di meja. “Itu berarti pemuda itu tidak sendirian.”
“Tidak hanya itu,” sela salah satu pemimpin sekte. “Tribulasi itu menunjukkan bahwa penerobos memiliki kekuatan luar biasa. Kemungkinan besar orang ini adalah seorang senior atau guru dari Zhang Wei.”
Kecurigaan mereka terus berkembang. Semua orang di ruangan itu berasumsi bahwa ada seorang ahli yang mendukung Zhang Wei dari balik layar. Tidak ada satu pun dari mereka yang membayangkan bahwa pemuda berusia 16 tahun itu sendiri yang menyingkirkan pembunuh mereka sekaligus menjadi Martial Ancestor termuda dalam seribu tahun terakhir.
“Jika benar ada ahli sekuat itu di pihak Zhang Wei, kita harus berpikir ulang sebelum mengirim pasukan lagi,” kata seorang tetua dengan suara berat. “Kehilangan pembunuh-pembunuh itu sudah cukup mempermalukan kita.”
Namun, Wu Changming menggeleng. “Kita tidak bisa membiarkan ini begitu saja. Yan Zhenhai adalah salah satu dari kita. Kematian dan penghinaan terhadapnya adalah penghinaan bagi seluruh tanah barat. Jika kita membiarkan Zhang Wei hidup lebih lama, dia akan menjadi ancaman nyata di masa depan. Kita harus bertindak.”
“Apa yang kau sarankan?” tanya salah satu pemimpin sekte dengan nada hati-hati.
Wu Changming berdiri, auranya sebagai seorang Martial Emperor menggetarkan ruangan. “Kita perlu memastikan siapa ahli yang membantu Zhang Wei. Aku akan mengirim pengintai tingkat tinggi untuk mengamati situasi di utara. Setelah itu, kita akan mengerahkan kekuatan penuh untuk menghancurkan pemuda itu dan siapa pun yang ada di belakangnya.”
Ruangan itu hening sejenak sebelum seorang tetua lain angkat bicara. “Dan jika orang itu lebih kuat dari yang kita duga?”
Wu Changming tersenyum tipis, penuh keyakinan. “Kalau begitu, kita akan memanggil bantuan dari wilayah lain. Dunia ini tidak kekurangan ahli yang bisa kita sewa dengan harga yang tepat. Zhang Wei dan sekutunya, siapa pun mereka, tidak akan luput dari hukuman.”
Di tengah diskusi itu, rasa waspada dan ancaman yang dirasakan para penguasa tanah barat semakin membesar. Namun, mereka sama sekali tidak menyadari bahwa ancaman terbesar bagi mereka bukanlah seorang ahli misterius, melainkan Zhang Wei sendiri—pemuda yang mereka remehkan, kini tumbuh menjadi kekuatan yang bahkan mampu mengguncang dunia.
***
Di sebuah lembah tersembunyi di wilayah tengah Kekaisaran Qin, Sekte Langit Tak Terkalahkan berdiri megah dengan bangunan-bangunan besar yang tampak kokoh dan berwibawa. Di salah satu aula utama, Liang Wuchang, tetua agung sekte itu, duduk di atas singgasana kayu ukirannya yang khas. Sosoknya memancarkan aura yang luar biasa, khas seorang Martial Ancestor lapisan kelima.
Namun, kali ini ekspresi wajahnya gelap, berbeda dari biasanya. Di hadapannya, seorang murid sekte berlutut dengan wajah penuh ketakutan, membawa berita yang membuat Liang Wuchang sulit mempercayai telinganya.
“Zhenhai…” gumam Liang Wuchang, suaranya nyaris berbisik namun menggetarkan seluruh ruangan. “Apa yang kau katakan tadi?”
“Tetua…” murid itu menelan ludah sebelum melanjutkan, “Senior Yan Zhenhai telah… meninggal. Berita ini datang dari tanah utara, dari kota kecil bernama Canyu.”
Liang Wuchang menggenggam sandaran kursinya dengan erat hingga kayu itu berderak. Matanya menyala penuh kemarahan, tetapi juga dilingkupi kesedihan mendalam. “Bagaimana bisa? Zhenhai bukanlah orang biasa. Dia salah satu tokoh hebat di tanah barat, seorang Martial Emperor lapisan keenam. Siapa yang berani membunuhnya?”
Murid itu menunduk lebih dalam, berusaha menghindari tatapan tajam gurunya. “Dari laporan yang kami terima, pembunuhnya adalah seorang pemuda bernama Zhang Wei. Usianya sekitar enam belas tahun, dan dia diduga hanya seorang Martial Lord. Namun, ada desas-desus bahwa kekuatannya jauh melampaui ranah itu. Selain itu, tak lama setelah kematian senior Yan Zhenhai, terjadi tribulasi petir besar di sekitar wilayah tersebut, seolah-olah seseorang sedang menerobos ke ranah Martial Ancestor.”
“Martial Lord?” Liang Wuchang tertawa dingin, meski nada tawanya lebih menyerupai tangisan tersembunyi. “Kau ingin mengatakan bahwa Zhenhai, muridku—tidak, putraku—yang kubanggakan, dibunuh oleh bocah ingusan?”
Murid itu menggigil mendengar kemarahan terselubung dalam suara Liang Wuchang. “Kami menduga ada pihak lain yang membantu Zhang Wei, mungkin seorang ahli yang sangat kuat. Beberapa saksi juga menyebutkan bahwa Zhang Wei kini menguasai kota Canyu dan melindungi keluarga Song di sana.”
Liang Wuchang memejamkan matanya, mencoba mengendalikan amarahnya yang hampir meledak. Bagi dunia luar, Yan Zhenhai mungkin hanya salah satu dari sekian banyak tokoh besar di tanah barat. Namun, bagi Liang Wuchang, dia lebih dari itu. Yan Zhenhai adalah murid yang dia didik dengan sepenuh hati, seseorang yang dia anggap seperti putranya sendiri setelah sekian tahun bersama.
“Zhenhai memang telah meninggalkan sekte ini dua puluh tahun lalu,” gumam Liang Wuchang, suaranya lirih namun penuh dengan penyesalan. “Tapi dia tetap darah dagingku. Aku yang membimbingnya, membesarkannya. Dan sekarang dia tiada… oleh bocah yang bahkan tidak layak menyebut namanya di hadapanku.”
“Tetua…” murid itu mencoba angkat bicara, tetapi Liang Wuchang melambaikan tangannya, menyuruhnya diam.
“Kirim pengintai kita ke tanah utara,” perintah Liang Wuchang dengan nada dingin. “Aku ingin tahu segalanya tentang Zhang Wei. Latar belakangnya, kekuatannya, sekutunya—semua. Jangan tinggalkan satu pun detail.”
“Baik, Tetua,” jawab murid itu cepat sebelum mundur dengan hormat.
Setelah murid itu pergi, Liang Wuchang berdiri dari singgasananya, menatap ke luar jendela aula. Pegunungan yang menjulang di kejauhan seolah memantulkan kekosongan dalam hatinya.
“Zhenhai, kau meninggalkan sekte ini untuk mengukir nama besar di tanah barat. Dan kau berhasil. Aku bangga padamu, lebih dari yang pernah kukatakan. Tapi sekarang… aku bersumpah akan membalaskan dendammu.”
Tatapannya berubah dingin, seperti pedang yang baru saja diasah. “Zhang Wei, siapapun kau, akan kubuat kau menyesali perbuatanmu. Jika memang ada ahli di balik semua ini, aku sendiri yang akan menghadapi mereka.”
Dengan tekad yang membara, Liang Wuchang mulai merencanakan langkahnya, tanpa menyadari bahwa pemuda yang dia anggap tidak layak disebutkan itu sebenarnya adalah ancaman yang jauh lebih besar dari yang dia bayangkan.
harusnya seperti dewa iblis
dewa bagi kawan
iblis bagi musuh
ditunggu up nya Thor