Satria Barra Kukuh atau lebih dikenal dengan Barra adalah seorang mantan mafia kejam pada masanya. Sejak kecil dia hidup dengan bergelimang harta namun haus akan kasih sayang orangtuanya sehingga membuat Barra mencari jati diri di dunia baru yang sangat bebas. Barra adalah pria yang tidak tersentuh wanita dan tidak pernah merasakan jatuh cinta sejak muda. Namun ketika usia nya telah matang dan dewasa dia bertemu dengan seorang gadis kecil yang tengil dan bar bar.
Alina, gadis kecil berusia dua belas tahun lebih muda dari Barra yang mampu membuatnya jatuh cinta layaknya seorang abege yang baru saja masuk masa puber.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chococino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketangkep basah
Jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi. Itu artinya mereka berdua telah asyik memangkas rumput dan mengobrol selama hampir tiga jam lamanya.
"Nah... Sudah bersih semua... Sudah kelihatan rapi. Ini tinggal di kasih tanaman hias saja Mas Barra." ucap Pak Badhot merasa puas dengan hasil kerja baktinya
"Wahhh iya... Sudah selesai semua ternyata. Ngga kerasa yah pak."
"Iyalah nggak kerasa orang Mas Barra cuma nemenin ngobrol doang, saya yang lebih banyak mangkas rumput nya ha ha ha," ucap Pak Badhot bercanda
"He he he iya juga ya Pak." ucap Barra terkekeh dan merapikan peralatan kebersihan yang telah selesai mereka gunakan
"Mas Barra ayo ngopi dulu di rumah saya. Istri saya pasti sudah siapkan makanan enak. Mas Barra harus cobain makanan buatan istri saya." ucap Pak Badhot mengajak Barra mampir ke rumahnya
"Wahh jadi tambah ngerepotin ini saya jadinya yah Pak..."
"Udah santai aja sama saya mah. Ayo masuk mas Barra." ajak Pak Badhot setengah memaksa
"Emmm gimana yah?"
"eeh malah kelamaan mikirnya. Udah ayo masuk aja."
" Eh iya iya pak. Sebentar pak saya kunci pintu rumah saya dulu takut ada orang masuk." ucap Barra dan segera memasuki rumahnya dan mengunci rapat pintu dan gerbangnya
" Komplek sini mah aman mas. Ngga bakal ada orang masuk nyelonong. Kan ada satpam jaga di depan sana." ucap Pak Badhot
'iya emang ga ada orang nyelonong. tapi kemaren anak gadis kamu yang nyelonong masuk kamar saya, mana nungging nungging lagi! Menodai mata suci saya!' rutuk Barra dalam hatinya
"Ehehe iya Pak. Serius nih ini saya boleh masuk?" tanya Barra agak ragu
"Gak papa, ayo sini masuk. Kita cuci tangan dulu."
" Iya pak,"
" Kita duduk di teras belakang saja ya Mas Barra. Lebih silir di belakang rumah." ajak Pak Badhot
Barra mengikuti saja langkah Pak Badhot membawanya masuk sampai ke teras belakang rumahnya.
" Mami... Mam.. Tolong buatkan kopi panas dua ya mam. Papi duduk di teras belakang," ucap Pak Badhot pada Bu Koni yang tengah menonton tayangan televisi di ruang tamu
"Loh. ada siapa memangnya Pih?" tanya Bu Koni sambil berjalan menuju dapur guna membuat dua cangkir kopi panas
"Itu, tetangga sebelah rumah kita. Mas Barra,"
"Oooh.. Serius mas Barra yang datang? Tumben amat." ucap Bu Koni sambil melongok ke jendela yang mengarah ke teras belakang. Dan benar saja, ia dapat melihat Barra yang tengah asyik melihat burung kesayangan milik Pak Badhot.
Pak Badhot berjalan menuju teras belakang rumahnya dan duduk di kursi yang tersedia disana.
"Rumahnya asri ya Pak.. Sejuk banyak tanaman bunga cantik," ujar Barra tak henti hentinya memuji keindahan rumah pak Badhot yang terawat
"Itu tanaman yang rawat istri saya Mas. Kalo saya ngga terlalu bisa ngurus tanaman, bisanya ngabisin kopi ha ha ha," ujar Pak Badhot tergelak sendiri.
"Aha ha Pak Badhot bisa aja."
"Makanya buruan cari istri mas Barra. Biar ada yang menghidupkan rumah. Menghidupkan kamar juga ha ha ha," ucap Pak Badhot lagi dan tak lama tawa renyah terdengar memenuhi area tersebut.
"Assalamualaikum." ucap Alina memasuki rumahnya
"Waalaikumsalam.. Kok udah pulang Lin?" tanya Bu Koni sambil mencium puncak kepala putrinya
"Bebas Mih, gurunya ada rapat. Itu di belakang suara siapa Mih? Kayaknya rame banget?" tanya Alina sambil melepas sepatunya dan meletakkan di rak sepatu
" Itu loh si Papih sama tetangga sebelah rumah kita, Mas Barra."
"Oh..om om kulkas duabelas pintu itu?" tanya Alina nampak acuh
"Hihihi iya. Kulkas dua belas pintu. Tapi mamih denger dari tadi ternyata orangnya rame juga loh Lin. Ngga serem kaya yang kita kira," ucap Bu Koni lagi
"Ckck. Ngapain dia disini mih?" tanya Alina nampak kepo
" Ya ga tau mamih. Mereka berdua tadi pagi kan kerja bakti bersihin rumput depan rumah mas Barra. Terus selesai pada ngopi di belakang."
"Halah, kurang kerjaan aja si Papih." ujar Alina sambil berdecak
"Alina samperin mereka dulu ya Mih." ucap Alina dan segera berjalan ke belakang rumahnya
Terlihat sang ayah yang tengah bermain catur dengan Barra. Keduanya sangat serius bermain hingga tak ada yang menyadari kedatangan Alina.
"Ehmmm ehmmm.. Serius amat Pih?" ucap Alina lantas segera duduk di pangkuan sang ayah
" Ya ampun Alina.. Kamu sudah besar loh... apa ngga malu ini ada tamu malah duduk di pangkuan Papih ah elah.. ni anak....!" ucap Pak Badhot sambil mencubit pelan ujung hidung Alina
" Ish Papih. ...sakit hidung Alina." ujar Alina merajuk
"Tumben Om Barra main kemari. Ada modus apa?" tanya Alina men skakmat pria yang duduk di hadapannya itu
"Shhh! Alina ngga boleh bicara ngga sopan sama tamu!," ucap Pak Badhot dan menyuruh Alina untuk turun dan pindah duduk di samping nya
"Loh coba deh Papih tanyain,, apa modusnya Om Barra tiba tiba mampir ke rumah kita?" tanya Alina dengan berani menatap tajam wajah Barra
"Sepertinya anak Pak Badhot tidak suka kehadiran saya disini pak," ucap Barra mencium bau bau permusuhan dari Alina
" Ah.. Ngga gitu mas Barra. Alina ini memang anaknya suka asal bicara. Santai saja mas Barra," ucap pak Badhot tanpa mengalihkan pandangan nya pada papan caturnya
Alina saling pandang dengan Barra dengan tatapan mata penuh permusuhan. Ia membentuk jarinya dengan huruf V dan memindahkan dari depan matanya ke arah mata Barra.
Barra sendiri meletakkan tangannya menelungkup di lehernya dan menggeser nya membentuk gerakan membunuh membuat Alina meneguk salivanya dengan susah payah.
" Papih hati hati loh sama orang yang baru di kenal. Ga boleh terlalu dekat," ucap Alina masih mode menatap tajam Barra
"Alina kok ngomongnya gitu sih? Alina,bicara yang sopan, kamu ini anak gadis sayang....Mas Barra ini tetangga sebelah kita loh. Bukan orang baru kenal, iyakan Mas Barra?"
"Emmm.. mungkin maksud Alina ngga boleh masuk rumah orang lain sembarangan Pak Badhot? Betul begitu DIK Alina?" ucap Barra sambil tersenyum miring
"Oh kalo itu engga Lin. Tadi mas Barra papih yang ajak masuk. Dia ngga nyelonong masuk rumah kita gitu aja kok.....".
"Skak!! Satu kosong !!" ujar Barra dengan semangat empat lima. Tatapan nya mengejek Alina.
" Yaaah kan kamu sih Lin. Jadinya papih kalah main nih..."ujar Pak Badhot berdecak sebal karena dengan mudah di kalahkan oleh Barra
"Papihhh... Ada Agung di depan. Temuin dulu sebentar, kayaknya penting," ucap Bu Koni yang tiba tiba menyembulkan kepala nya di depan pintu
"Mas Barra tunggu disini sama Alina sebentar ya, saya temuin Agung dulu di depan." ucap pak Badhot sambil melangkah cepat'
"Oh iya pak... Silahkan.. Saya dengan senang hati menunggui putri bapak yang cantik ini," jawab Barra berbisik lirih di telinga Alina setelah Pak Badhot pergi
"Om Barra jujur deh sama saya. Om Barra ngapain deket deket sama papih saya? Apa motifnya?" tanya Alina setelah yakin papihnya tak terlihat
"Om Barra? kan kamu liat saya lagi main catur sama papih kamu. Tapi lain kali bolehlah main catur sama kamu, dikamar
pastinya." ucap Barra menowel dagu Alina
"Iiih... najis... Om Barra ternyata mesum yah?" ucap Alina menggeleng dan mengambil cangkir kopi milik ayahnya dan menyesapnya
"Alina... Itu kan kopi saya? Kenapa diminum?"tanya Barra melongo melihat Alina meminum dari gelas kopinya
"Loh ini kopi papih kan?" tanya Alina ragu
"Itu kopi papih kamu, sudah habis," ujar Barra sambil menunjuk cangkir berwarna hitam yang telah tandas isinya
"Hah??" ucap Alina membeo kaget bercampur malu
"Brati secara tidak langsung kita sudah berciuman loh Lin," ucap Barra menaik turunkan sebelah alisnya
"Apaan orang cuma gelas juga. Ciuman itu kalo bibir sama bibir nempel." ujar Alina mengelak
"Kaya kita tempo hari yah? Gimana? Apa mau di ulang lagi?" ucap Barra berbisik ditelinga Alina membuat gadis itu berhenti bernapas dan merinding mendengarnya
"Om.. Jangan mulai deh.. Alina teriak nih biar papih mamih sama om agung langsung datang kemari!"
"Coba saja kalo berani!" jawab Barra sambil membalikkan tubuh Alina dan menyambar bibir ranum gadis itu
Cupp Cupp
Alina membelalak mendapat serangan yang tak terduga dari tetangganya itu. Untuk sesaat gadis itu hanya diam mematung. Barra menjauhkan bibirnya dari wajah Alina dan memperlihatkan raut wajah gadis belia itu yang masih mematung.
Cupp Cupp
Barra kembali mengecup bibir ranum nan manis itu namun kali ini lebih lama. Barra sedikit melumat lembut hingga membuat Alina memejamkan matanya.
Lama kelamaan ciuman itu semakin menuntut. Barra memiringkan wajahnya hingga membuat mereka berpagutan cukup lama dengan lidah yang saling mengecap.
Tanpa sadar Alina telah mengalungkan tangannya di leher Barra dengan mesra hingga mereka tak menyadari suara langkah kaki yang mendekat ke arah mereka.
"Alina.... Oopps!! Maaf!!" sebuah bariton suara itu membuat Alina mendorong tubuh Barra menjauhinya
"Maaf saya menggangu kalian. Saya hanya mau bilang, Papih dan Mamih mbak Alina sedang ke resto cabang Pasar Minggu. Beliau buru buru tadi jadi tidak sempat pamit dan meminta saya memberitahukan sama mbak Alina dan tamunya." ucap Agung, sang tangan kanan pak Badhot yang dipercaya selama bertahun tahun
"Euuh ehmmm... Iya gak apa apa Om Agung. Makasih infonya." cicit Alina merasa salah tingkah
Sedangkan Barra tampak bersikap biasa saja. Pria itu bahkan mengusap sudut bibir Alina yang basah karena ulahnya.
"Mas Barra ih!!" ucap Alina menepis lembut tangan Barra dan merasa canggung berdiri di antara dua pria tampan yang menatap tajam ke arahnya.
Ketiganya hanya diam tanpa suara selama beberapa saat.
"Om Agung boleh pulang. Dan Mas Barra, karena papih lagi pergi jadi silahkan mas Barra juga boleh pulang dulu. Alina mau istirahat." ucap gadis itu meninggalkan kedua pria yang saling menatap dengan pandangan penuh arti.
*****
itumah nglunjak pk olh" mita mobil