dia menjadi seorang yatim piatu setelah ayahnya tiada.
dan meninggalkan dirinya yang sakit sakitan bersama sang ibu tiri.
perhatian orang baru dalam kegersangan dan kesendiriannya membuatnya sedikit terlena dan lupa.
setitik bahagia coba ia rajut bersamanya.
namun...
dia adalah kakak tirinya.
mampukah ia menata kembali hidupnya saat ia tahu siapa sebenarnya laki laki yang di perkenalkan sang ibu tiri sebagai kakak tirinya itu ?!
sementara sesuatu yang berharga miliknya telah di renggut oleh seseorang itu.
simak cerita baru aku ya....
cinta dalam bara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 14 kecemasan Leon
Leon turun dari brankar dan Calista terpaksa melepaskan laki laki itu.
Mata Leon menyipit ketika ia meraih ponselnya dan mengetahui siapa yang menghubunginya saat ini, di jam seperti ini.
Pukul 11 malam.
" bibik Mira....?! " desisnya pelan dengan kening yang berkerut.
" siapa ?! " tanya Calista dari brankar sana.
" bibik Mira " jawab Leon.
" bibik Mira...?! Ada apa dia menghubungimu ?! " tanya Calista dengan raut wajah tak suka.
" entahlah...biar kuangkat lebih dulu " jawab Leon dan kemudian ia menekan tombol hijau di ponselnya itu.
( ya bibik Mira...ada apa ?! ) tanya Leon
( mas Leon...maaf, bibi menelpon mas Leon.
Tapi bibik sungguh terpaksa mas ) bibik Mira mulai berkata
( tidak apa apa bik...ada apa ?! ) tanya Leon.
( apa mas Leon dan nyonya ada di rumah ?! ) tanya bibik Mira dari seberang.
Leon menatap Calista sejenak.
( tidak bik...kami tidak berada di rumah ) jawab Leon kemudian.
( Ya Tuhan...
Nona sendirian di rumah mas, sedangkan bibik dan pak John pulang kampung sore tadi.
Satpam komplex menghubungi bibik barusan, terjadi pemadaman total di sana karena hujan lebat dan petir.
Di jam seperti ini pasti para pelayan lain berada di paviliun belakang.
Tolong bibik mas Leon...
Nomor nona tidak bisa bibik hubungi.
Tolong pulang dan temani nona, dia takut gelap dan petir ) suara bik Mira terdengar bergetar dan penuh kecemasan.
Sementara Leon,
Mendengar kata kata terakhir bibik Mira, raut wajah pemuda itu sontak berubah penuh kecemasan dan kekhawatiran.
( iya bik...aku akan segera pulang ) jawab Leon kemudian.
( iya mas...terimakasih, tolong kabari bibik jika mas Leon sudah berada di rumah )
( iya bik, jangan cemas )
Klik..
Sambungan telephon terputus.
" ada apa ?! " tanya Calista
" Raha...
Raha sendirian di rumah, bik Mira dan pak John pulang kampung sore tadi "
" lalu ?! Kenapa jika Raha di rumah...biarkan saja, dia bukan anak kecil lagi " jawab Calista ketus.
" hujan sangat deras juga petir, terjadi pemadaman total di area kompleks...
Kau mengerti kan ?! " Jawab Leon sambil bersiap untuk pergi.
" kau mau kemana Leon ?! " tanya Calista dengan raut wajah semakin tak suka.
" Calista...
Kau tahu aku akan kemana, jadi berhenti bertanya " jawab Leon yang tiba tiba merasa risih dengan sikap Calista ini.
" tidak..
Kau tidak boleh pergi Leon, aku membutuhkanmu "
" Calista...berpikirlah lebih dewasa, dia sendirian di sana "
" aku juga sendirian Leon, aku bahkan baru saja keguguran anak kita.
Aku tidak mau kau pergi "
" jangan seperti anak kecil...aku akan segera kembali " sentak Leon pelan dan langsung beranjak menuju pintu.
" kenapa kau sangat mencemaskannya ?! Apa kau mulai menyukainya ?! " tanýa Calista yang mampu menghentikan langkah seorang Leon.
Leon tak langsung menjawab, hatinya berdesir mendengar tuduhan Calista padanya itu.
Sejenak Leon termangu.
Menyukai Raha....?!
" dia hanya anak kecil Calista, lagi pula ini juga karenamu.
Beristirahatlah dan jangan berpikir macam macam " jawab Leon singkat sambil melanjutkan langkahnya.
Calista termangu di tempatnya. Untuk pertama kalinya Leon mengabaikannya demi orang lain.
Walau pada awalnya memang dirinya yang memaksa Leon untuk mau mendekati Raha dengan tujuan agar gadis itu jatuh hati kepada Leon.
Setelahnya ia meminta Leon merayu Raha agar mau menandatangani serat pelimpahan hak waris atas namanya.
Tapi belakangan ini, entah kenapa ia merasa tak suka dan kerap cemburu melihat Leon seolah lebih memprioritaskan Raha di banding dirinya.
Ia bahkan juga tanpa sengaja sering memergoki Leon diam diam menatap Raha dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.
Dan itu cukup membuat hatinya terbakar.
Sebenarnya ia sudah berniat meminta Leon untuk berhenti mendekati Raha,
Tapi ia merasa sayang karena keinginannya belum tercapai.
Dan satu hal yang membuat Calista risih adalah ketika ia melihat tatapan penuh kecemburuan di mata Leon saat pemuda itu melihat Raha sedang bersama dengan dokter Zani.
Ketika Calista tengah tenggelam dengan pemikiran dan ketakutannya sendiri,
Leon melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi dan di atas rata rata menembus gelapnya malam dan hujan deras.
Derai air hujan yang turun dengan begitu derasnya tiada ia hiraukan.
Yang ada di pikirannya kini hanya satu nama.
Raha, Raha dan Raha...
Kurang beberapa meter perjalanan sampai di kompleks perumahan Raha, Leon melihat kemacetan yang sangat panjang dan mengular.
Pemuda itu memukul setir di hadapannya berkali kali setelah beberapa menit berlalu tapi kemacetan itu tak terurai sama sekali.
Leon keluar dari mobil dan mendekati seorang petugas yang ada di sana.
" apa yang terjadi pak... ?! " tanya Leon.
" ada pohon besar yang tumbang ke jalan raya dan menimpa beberapa mobil pengguna jalan, kami sedang menunggu alat berat untuk mengevakuasinya " jelas petugas itu.
" silahkan anda kembali saja ke mobil pak...
Di sini sangat tidak aman, banyak pohon pohon besar dengan ranting rantingnya yang sudah tua.
Apalagi hujan sangat deras juga di sertai dengan angin " tambah petugas itu lagi.
Dengan wajah kecewa dan sedikit bingung sekaligus cemas Leon kembali ke mobil.
Di dalam mobil ia duduk dengan tak tenang, bayang bayang Raha yang berjongkok ketakutan di makam sang papa saat hujan deras di sertai petir beberapa hari yang lalu membuat hatinya kian gelisah.
Leon akhirnya keluar dari mobil,
Brakk...
Dengan sedikit keras ia menutup pintu mobilnya, kemudian tanpa banyak berpikir lagi.
Pemuda dengan postur tubuh tinggi menjulang itu memutuskan berlari menembus derai air hujan dan gelapnya malam menuju kompleks perumahan Raha.
Tak ia hiraukan teriakan para petugas kepolisian yang di tujukan kepadanya.
Leon terus berlari dan berlari,
Benar kata petugas,
Keadaan jalan memang gelap gulita, tak ada penerangan sedikitpun karena aliran listrik sepertinya memang mati total.
Leon mengabaikan pakaiannya yang sudah basah kuyup karena tersiram air hujan yang turun dengan deras.
Suar petir menggelegar memekakkan telinga dan mampu menciutkan nyali siapa saja yang mendengarnya.
Sementara itu,
Kilatannya bak lidah api malaikat pencabut nyawa yang siap membakar siapa saja manusia yang menghalanginya.
Leon benar benar mengabaikan itu semua,
Hati dan pikirannya hanya di penuhi dengan sata nama.
Raha....
kok gak hubungi dokter xani..
penjahat kelamin sekelaa leon tak akan mudah mati...
😀😀😀❤❤❤❤