Dalam keluarga yang terhormat dan terpandang, Andi dan Risma hidup bahagia dengan dua anak laki-laki mereka. Namun, kebahagiaan itu berubah menjadi tragedi ketika Risma meninggal setelah melahirkan anak ketiga mereka yang diberi nama Annisa.
Andi yang sangat mencintai Risma, tidak dapat menerima kenyataan bahwa Annisa adalah penyebab kematian istrinya. Ia membenci Annisa dan tidak pernah menyentuhnya, bahkan ketika Annisa dewasa dan menderita penyakit serius.
Annisa yang sadar ayahnya membencinya, selalu mencari cara untuk mengambil kasih sayang Andi. Ia berusaha untuk menjadi anak yang baik dan membuat ayahnya bangga, namun Andi tetap tidak mau menerima Annisa.
Kisah ini menggambarkan konflik antara cinta dan kebencian, serta perjuangan Annisa untuk mendapatkan kasih sayang ayahnya. Apakah Annisa dapat membuat Andi mengubah pendapatnya dan menerima Annisa sebagai anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini Nuraenii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
"Astaghfirullah ! Aris !" Andi bangkit dari duduk nya , bagaikan di sambar petir di siang bolong ,tubuh Andi mematung, beberapa detik kemudian Andi kembali terduduk seraya memegang kepalanya yang mulai terasa pusing.
"papa !" Anton dan Aris mendekati Andi , khawatir terjadi sesuatu kepada Andi.
"diam kalian !" Andi tak ingin disentuh, dengan sekuat tenaga Andi mencoba bangkit dari duduk nya dan berjalan menuju kamar.
Anton , Aris dan juga Mirna hanya pasrah melihat papa nya, masih beruntung Aris tak dihajar ,karena kondisi Andi yang mulai melemah.
Andi memasuki kamar nya dan mengunci pintu kamar rapat - rapat, Andi tak ingin diganggu siapapun.
"masuk kamar ! " Anton memerintah Aris dengan tegas nya , Aris hanya pasrah dan segera menuruti perintah Anton.
Aris merebahkan diri nya di kasur yang sudah lama tak ia sentuh, penyesalan masih menyelimuti perasaan Aris , entah mengapa dirinya yang selalu menjaga diri dengan baik sampai harus berakhir seperti ini.
"Bi , tolong masakin nasi goreng buat Aris yah , kasih pedas sedikit aja jangan kebanyakan " Mirna meminta tolong asisten rumah tangga yang baru mereka pekerjakan untuk memasak makanan untuk Aris , mirna khawatir Aris belum makan.
Mirna lalu membuat teh hangat untuk Anton dan juga diri nya ,agar suasana menjadi lebih tenang.
"Makasih sayang udah perhatiin aku dan Aris juga" ucap Anton berterima kasih kepada istri tercinta.
Mirna tersenyum seraya meminum teh hangat buatan nya.
" Anton ! "
baru saja Anton meneguk teh hangat, Andi sudah memanggil nya , Anton terburu - buru menghampiri Andi di kamar.
"iya pa " Anton berdiri di depan pintu kamar Andi , karena Andi mengunci pintu nya.
"masuk !" teriak Andi di dalam sana.
dalam keadaan serius ini, anton tak kuasa untuk menahan tawa , pasal nya pintu kamar Andi terkunci , sementara Andi menyuruh Anton untuk masuk.
"masuk Anton ! " Andi mulai kesal karena Anton tak kunjung masuk ke kamar nya.
"maaf pa ,pintu nya dikunci " ucap Anton .
Andi terdiam dan menepuk kening nya , Andi yang sedang memikirkan masalah yang aris sampai lupa jika pintu kamar nya ia kunci.
Andi membuka pintu kamar nya.
"ayo masuk Anton" Andi menutup kembali pintu kamar setelah Anton masuk.
"Kamu kenal pacar Aris ? " tanya Andi kepada Anton.
"kenal sih pa ,tapi Anton belum pernah dikenalin langsung cuman tau orang nya aja" jawab Anton.
"gimana pun caranya , besok pacar Aris harus kesini ,nemuin papa ,tapi jangan sampai Aris tahu yah"
Entah apa yang direncanakan oleh Andi , Andi memerintahkan Anton untuk membawa pacar Aris kerumah nya besok.
"emm tapi pa , papa mau apa ?" tanya Anton penasaran dengan rencana papa nya.
"sudahlah nurut aja !" jawab Andi yang tak ingin memberitahu Anton.
"baik pa , Anton bakal usahain bawa Intan ke rumah besok" Anton menyanggupi keinginan Andi.
..
"ini non ,sudah siap nasi goreng nya" ucap bi Arum yang merupakan asisten rumah tangga yang baru saja bekerja di rumah Andi.
"makasih yah bi" Mirna mengambil nasi goreng untuk Aris dan membawa nya ke kamar Aris.
"Ris makan yah , bi Arum udah buatin kamu nasi goreng " Mirna menyimpan nasi goreng dan air minum di meja Aris, Aris hanya mengangguk.
"kenapa ? nyesel ? " Mirna duduk di samping Aris dan mulai bertanya , khawatir dengan kondisi Aris , Mirna tak ingin Aris jatuh sakit memikir kan masalah nya ini.
"udah lah , nasi udah jadi bubur, sekarang yang harus kamu lakuin adalah tanggung jawab ,sebagai laki - laki , kamu yang berbuat maka kamu juga yang harus bertanggung jawab" Mirna menasihati Aris sebisanya , bagi Mirna ,menyesal dan kecewa sudah tak ada gunanya lagi ,yang penting Aris bertanggung jawab dengan apa yang sudah ia perbuat.
"maafin Aris kak" Aris meminta maaf kepada Mirna , Aris sadar Mirna begitu menyayangi nya.
"udah lah , kakak gak marah ,kakak mungkin kecewa ,tapi tebus itu dengan tanggung jawab kamu ke Intan yah ,nikahilah dia secepatnya" jawab Mirna.
"habiskan makanan mu yah Aris" Mirna meninggalkan Aris di kamarnya, Mirna membiarkan Aris untuk sendiri agar Aris bisa lebih tenang.
"papa gimana sayang? " tanya Mirna kepada Andi yang sudah duduk di sofa ruang tv setelah keluar dari kamar Andi.
"papa pengen Intan kesini besok, tapi jangan sampai Aris tahu " jawab Anton mengatakan semuanya kepada Mirna , Anton tak pernah merahasiakan apapun dari istri nya ini.
"hah? gimana caranya ? kita bahkan gak kenal sama Intan" Mirna yang bingung bertanya bagaimana cara untuk membuat Intan datang,pasalnya mereka sama sekali tak mengenal Intan hanya sebatas tau saja bahwa Intan itu pacar nya Aris.
"aku tahu alamat nya kok ,kan Aris pernah minjem handphone buat pesenin hadiah ke alamat Intan" jawab Anton menunjukkan aplikasi online shop yang pernah dipakai Aris untuk membelikan hadiah kepada Intan, alamat Intan tertera dengan jelas disitu , ditambah nomor telepon nya.
"masalah nya , Intan bersedia dibawa kesini?" tanya Mirna lagi.
"makanya bantu suami mu ini yah sayang" Anton membujuk Mirna untuk membantu.
"yaudah ,gausah bertele - tele ,besok kita jemput Intan langsung ke rumah nya" tegas Mirna tak ingin membuat rencana yang memakan waktu lebih banyak , Mirna ingin semua masalah cepat di selesaikan, agar keluarganya bisa kembali tenang.
"Andai Annisa tau ,pasti dia sedih" Anton mengingat adik bungsu nya yang berada jauh dari rumah, Mirna memeluk Anton untuk menenangkan suami nya, bagaikan obat ,pelukan Mirna memang selalu membuat Anton tenang.
..
"ibuk ku cuman seorang buruh tani , aku pengen bantu dia terus setiap hari nya, tapi dia malah nyuruh aku mondok " ujar Ningsih bercerita tentang ibu nya.
"ibu aku juga sama, nyuruh aku mondok ,padahal dia sendiri kerepotan ngurus adik - adik aku di rumah , belum lagi bantuin bapak kerja di ladang " Wirda tak mau kalah mengadu nasib.
"kalian punya ibu?" tanya Annisa terbangun dari posisi rebahan nya, mereka tengah mengisi waktu bebas dengan mendengarkan salawat dan juga bercerita tentang hidup mereka masing - masing ,agar mereka lebih mengenal satu sama lain.
"loh ibu kamu kemana ca? " tanya Maulida yang penasaran karena Annisa sama sekali tak ikut bercerita.
"mama meninggal waktu melahirkan ku, aku cuman lihat wajah mama dari foto nya aja , karena itu papa benci sama aku , dia gak pernah rawat aku dari bayi karena gara - gara aku lahir , mama harus pergi untuk selamanya , nenek yang ngurus aku dari lahir baru saja meninggal , dan buk Mirah pengasuh aku dari lahir yang sudah aku anggap ibu, memutuskan untuk berhenti bekerja karena harus menikah , aku punya dua kakak laki - laki ,kakak pertama ku namanya kak Anton , dia udah menikah mereka sangat sayang sama aku, tapi mereka harus memulai kehidupan mereka sendiri , kakak kedua ku namanya kak Aris, dia lagi kuliah biar jadi dokter ,bahkan dia gak pernah ada dirumah,dan pada akhir nya aku berakhir di pondok pesantren ini "
Annisa bercerita panjang lebar , dengan nasib nya,yang selama ini jarang Annisa ceritakan kepada siapapun.
"maafin aku ca ,aku bodoh banget ngeluh di depan kamu " Ningsih merasa bersalah dengan Annisa ,dirinya masih beruntung mempunyai kedua orang tua yang masih sehat dan ada di dunia ini.
teman - teman Annisa memeluk Annisa yang mulai menangis , tak kuasa menahan segala kesedihan yang ia tanggung sendiri, kini keluarga baru nya akan selalu siap mendengar setiap cerita dan keluhan Annisa.