Keisha Anastasia Raharjo, dia tidak pernah mengira bahwa di tempat kerjanya yang baru harus terlibat dengan bocah kecil berusia 5 tahun dan ayahnya.
" Hi Mommy! Mommy tantik, jadi mommy Ale ja ya? talau jadi mommy Ale, Mommy nda halus dimalahin Daddy."
" Maaf sayang, Kakak nggak bisa jadi mommy nya Ale."
Bukan hanya sekali itu saja Aleika meminta Keisha untuk jadi ibunya. Bahkan Ale secara terang-terangan meminta kepada sang daddy untuk menjadikan Keisha ibunya.
Entah bagaimana Keisha bisa membuat hati Ale terpaut begitu.
" Kamu sengaja ya deketin anakku biar bisa menarik perhatianku," ucap daddy nya Ale.
" T-tidak Pak, saya tidak pernah punya tujuan demikian."
Keisha yang mencari kerja ditempat lain untuk bisa lepas dari hal-hal demikian, kali ini malah dia terlibat sesuatu yang lebih mengejutkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hi Mom! 21
" Omongan Angel meskipun kayaknya meyakinkan tapi aku kok nggak yakin ya. Apalagi Melani jawabnya kayak nyembunyiin sesuatu. Atau jangan-jangan itu cuman aka-akalan Angel aja. Kampret, sialan tuh orang, bukannya bantu temen tapi malah ngalang-ngalangi. Apa mungkin dia suka sama Gael terus pengen jadi istrinya. Huh, nggak bisa. Aku nggak bisa gini, aku harus kayak dulu lagi frontal."
Ayu bicara sendiri sambil memegang ponselnya. Setelah kemarin bertemu Angel dan mendapatkan fakta mengejutkan, isi kepala Ayu tidak langsung percaya. Maka dari itu Ayu mencoba mengonfirmasinya melalui sekertaris Gael.
Jawaban dari Melani, meskipun ambigu namun membuat Ayu yakin bahwa Gael belumlah menikah. Dan dia semakin yakin karena mempertimbangkan masa alu.
Gael begitu mencintainya, jadi kalau seandainya dia muncul lagi pasti nanti Gael pun akan menerimanya. Ayu yakin Gael masih punya cinta itu. Seperti itu lah pemikiran dangkal Ayu.
Kembalinya Ayu memang untuk menemui Gael, namun yang utama adalah dia yang sudah kesulitan menjalani hidup itu harus mendapatkan penyokong.
" Apa lagi sih yang ditunggu, telpon langsung aja kali orangnya. Ribet banget dari tadi mikir gitu doang."
" Mulut mu Bram, kamu pikir gampang apa kembali muncul setelah lama menghilang. Kamu tinggal ngomong aja gampang, tapi aku yang ngelakuin itu susah tahu. Bisanya cuma kayak gitu, sana nyari kerja. Apa kek. Kalau kamu cuma kayak gini aja, bulan depan kita nggak bakalan bisa makan."
Selama beberapa waktu belakangan ini, hanya itu-itu saja yang menjadi bahasan pembicaraan diantara mereka berdua. Lha mau apa lagi, sekarang mereka benar-benar sudah tidak memiliki banyak uang, yang mana itu semua ulah mereka sendiri juga.
" Cih, nggak guna jadi perempuan."
" Kamu yang nggak guna jadi laki. Bisanya ngandelin doang!"
Braak!
Bram pergi meninggalkan apartemen yang sebenarnya lebih tepat dibilang seperti kos-kosan itu. Di situ cuma ada tiga ruang yang tidak besar. Kamar, ruang tamu dan dapur, aaah iya satu lagi kamar mandi yang juga tidak besar.
Mau bagaimana lagi memang itu yang mereka bisa dapatkan setelah menjual semua aset yang ada di hongkong. Terlebih mereka juga memiliki tunggakan kartu kredit.
" Kayaknya aku harus ngubungin Gael. Aku nggak bisa terus-terusan hidup bareng orang kayak Bram."
Akhirnya Ayu memutuskan untuk menelpon Gael. Percobaan pertama gagal. Ayu berpikir, mungkin karena dia menggunakan nomor barus sehingga Gael tidak meresponnya.
Tapi di percobaan kedua dan seterusnya pun Gael tak kunjung mengangkat panggilan. Ayu mengusap wajahnya kasar, dan dia tidak juga bertekad bahwa dirinya akan terus melakukan itu sampai di jawab oleh Gael.
" Halo, siapa ya?"
Ayu membelalakkan matanya ketika mendengar suara Gael. Suara yang tetap masih terdengar indah meskipun saat ini usia Gael sudah menuju ke kepala 4. Hampir saja Ayu berteriak, namun dia masih bisa mengontrol dirinya sendiri.
" Halo Gael, meskipun lama nggak denger suara kamu tapi suara kamu tetep indah di telinga ku. Gael, gimana kabar mu?"
Hening
Malah terkesan seperti ada suara jangkrik saat ini. Ayu bicara seolah mereka sama sekali tidak putus hubungan. Ayu bicara seolah dia tidak pernah melakukan kesalahan besar.
" Maaf saya tidak tahu siapa Anda. Jika Anda hanya melakukan telpon main-main maka saya akan menutupnya karena sungguh menyita waktu saya."
" Tu-tunggu Gael. Ini Aku, masa iya kamu nggak ngenalin suara aku sih."
" Maaf ya, orang yang ingin bicara dengan saya itu banyak sekai. Saya tidak harus mengenali satu per satu suara dari orang-orang itu. Jika mereka memang ada keperluan dengan saya maka mereka akan mengungkapkan identitasnya lebih dulu. Sekian!"
Tuuut tuuuut tuuuut
Ayu hanya bisa terpaku, matanya menatap nanar, tangannya masih menggenggam ponsel dan berada di sisi telinga. Dia sama sekali tidak menyangka akan mendapat jawaban yang seperti itu dari Gael.
" Masa iya sih dia lupa sama suara aku?" ucap Ayu dengan nada kesal. Dia sangat tidak percaya kalau Gael tidak mengenali suaranya. Itu membuatnya begitu frustasi sekarang.
Ayu merasa bahwa Gael telah menolaknya secara terang-terangan dengan mengatakan tidak mengenali suaranya. Ayu tidak terima akan hal ini. Seorang Gael yang begitu mencintainya tidak mungkin sudah melupakan suaranya.
" Nggak, ini nggak mungkin. Dia pasti lagi pura-pura aja. Atau mungkin dia lagi ada klien jadinya ngomong kayak gitu. Aku bakalan nyoba lagi. Ah iya, aku bakalan ngasih tahu dia lewat chat."
tak tik tak tik
Dengan cepat dia menulis chat ke nomor ponsel milik Gael. Setelah mengirimnya Ayu berharap langsung di balas. Tapi ternyata tidak, dia tidak mendapat jawaban yang diinginkan.
Sebenarnya Gael bukannya tidak ingat suara Ayu.
Dia sudah menyelidiki semuanya. Meskipun Gael memang tidak mengenali nomor yang Ayu gunakan, namun ia sudah memprediksi bahwa Ayu cepat atau lambat akan menghubunginya.
Dan Gael tidak menyangka akan secepat ino, dimana dia dan Ale tengah bersama.
" Siapa yang telpon, Daddy. Tok wajah Daddy tesel begitu?"
Mungkin ini memang waktunya untuk membicarakan Ayu. Padahal Gael berniat untuk menundanya karena melihat wajah bahagia Ale yang mendapat biskuit dari Keisha.
" Sayang, ada sesuatu yang mau Daddy bicarakan dengan Ale. Kali ini Daddy mohon untuk bicara yang sejujur-jujurnya. Bicara sesuai dengan apa yang Ale rasakan, bukan dengan apa yang Ale pikirkan."
Gael yakin bahwa Ale mengerti apa yang ia sampaikan. Ale adalah anak yang cerdas, dia pasti akan memahaminya.
Bocah berusia 5 tahun itu menganggukkan kepala. Dia yang tadinya duduk menghadap lurus ke depan kini berubah menjadi sedikit serong ke samping kanan dan menghadap sang ayah.
" Sayang, Ibu itu kembali setelah pergi jauh dan lama. Ibu itu lah yang tadi menelpon Daddy. Pertanyaan Daddy, jika Ibu itu ingin bertemu dengan Ale apa Ale mau ketemu sama dia? Jika Ibu itu datang untuk ngajak Ale bermain, apa Ale mau main dengan dia?"
Ale tidak langsung menjawab, Gael sudah merasa demikian. Namun sedetik kemudian Ale tersenyum, senyum yang simpul namun begitu tulus. Tidak ada gurat sedih atau kecewa di sana.
" Daddy, talau ibu itu mau tetemu ya tinggal ditemui, nda susah tan. Talau soal belmain, ya lihat dulu. Mainnya selu nda, talau nda selu ya Ale nda mau. Tapi yang pasti, ibu itu ya cuma ibu itu. Ale nda yang gimana-mana. Talau dia mau tetemu Ale hali sabtu ato minggu jelas Ale nda bisa, soalnya Ale udah janji sama Mommy Sha buat main te lumah Mommy. Ah iya Daddy, ibu itu hanya atan jadi Ibu itu, dia nda bisa jadi mommy Ale."
Degh!
TBC
jdi kamu gak bkal berurusan fery juga elin
awalnya pura-pura akhirnya jatuh cinta beneran dan bucin nantinya 😁
Dengan Pak Gael menolongmu, pasti dirimu pun secara otomatis setuju dengan ide yang di cetus Pak Gael. Soal berpura2 ada hubungan jika ada si Yuyu