Agnes menjalani kehidupan yang amat menyiksa batinnya sejak kelas tiga SD. Hal itu terus berlanjut. Lingkungannya selalu membuat Agnes babak belur baik secara Fisik maupun Psikis. Namun dia tetap kuat. Dia punya Tuhan di sisinya. Tapi seolah belum cukup, hidupnya terus ditimpa badai.
"Bagaimana bisa..? Kenapa Kau masih dapat tersenyum setelah semua hal yang mengacaukan Fisik dan Psikis Mu ?" Michael Leclair
"Apa yang telah Dia kehendaki, akan terjadi. Ku telan pahit-pahit fakta ini saat Dia mengambil seseorang yang menjadi kekuatanku. Juga, Aku tetap percaya bahwa Tuhan punya rencana yang lebih baik untukku, Michael." Agnes Roosevelt
Rencana Tuhan seperti apa yang malah membuat Nya terbaring di rumah sakit ? Agnes Roosevelt, ending seperti apa yang ditetapkan Tuhan untuk Mu ?
Penasaran ? Silakan langsung di baca~ Only di Noveltoon dengan judul "Rencana Tuhan Untuk Si Pemilik Luka"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ATPM_Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Keluarga Eklet dan Roosevelt menjalin hubungan lewat pernikahan Putra dan Putrinya. Pertunangan sudah berlangsung sebulan yang lalu, dan sampai sekarang hubungan Charles dan Agnes baik-baik saja. Tidak ada pertengkaran hebat yang sampai harus melibatkan kedua keluarga untuk berdamai.
Sedangkan Laraswati Odinma merupakan sahabat Agnes yang berkenalan sejak masa-masa kuliah sampai saat ini.
Betapa beruntungnya Agnes mendapat Tunangan dan Sahabat terbaik di dalam hidupnya, karena hanya dalam waktu satu minggu saja Mereka berdua sudah akrab. Sehingga Mereka bertiga bisa menikmati banyak momen bersama-sama.
Ya, kedua nya sangat akrab. Saking Akrabnya saling mencicipi. Saling mengetahui bagaimana rasanya saat bagian intim Mereka bersatu dan menciptakan banyak kenikmatan. Dan dengan muka tebal, masih bisa bertemu dan beraktifitas seperti biasanya saat bersama dengan Agnes.
...*** ...
Satu minggu sejak pertengkarannya dengan Charles, kini Agnes sudah kembali pada rutinitasnya. Tidak perlu memakan waktu lama, Agnes akan menenggelamkan diri pada kesibukan kerja. Tidak pernah sedetik pun Dia membuang waktu dengan melintaskan nama Charles di benak.
Saat ini, Agnes tengah menjelaskan bagaimana langkah-langkah pengerjaan tugas yang Dia berikan pada Brigida
“...Sampai sini paham ?”
“Oh, paham. Terimakasih Kak Agnes, Ku rasa kepintaranku akan semakin bertambah.”
“Hahaha, baiklah. Pertemuan Kita sampai di sini, Aku harus beberes untuk pulang—“
“Ah tunggu dulu, Kak!” Potong Brigida yang tiba-tiba berdiri sampai membuat Agnes terkejut dan harus menengadah.
“Hem ? Ada apa Brigida ?”
“Es buah buatan Tante Theresia. Tante juga sudah menyimpan punya Ku dan punya Kakak. Tante bilang harus di makan. Maaf Aku lupa mengambilnya saat pelajaran tadi.”
“Tidak apa-apa, Brigida. Lebih baik memakan es buah nya setelah belajar kan ? Bisa kau bayangkan bagaimana mulutku belepotan saat harus makan dan mengajar ?”
Satu minggu setelah Agnes yang datang dengan luka di bibir, membuat sikap keluarga Lecllair semakin lembut dan dengan paksaan mendobrak tembok yang Agnes bangun. Sedikit demi sedikit, Mereka berhasil membuat Agnes merasa nyaman saat bersama dengan Mereka dan mulai jarang memberikan penolakan.
Brigida tersenyum senang dan meluncur ke lantai bawa. Dengan buru-buru mengambil tiga mangkuk es buah dan membawanya masuk ke perpustakaan.
“Kau memakan dua porsi ?”
“Tidak. Yang satu punya Kak Michael. Tcih! Dia juga belum makan karena masih terkubur di ruang kerja. Kalau seperti itu, lebih baik terkubur saja di kantor. Kenapa malah merepotkan para karyawan dengan bekerja dari rumah ? Dasar anak manja.”
Usai menyajikan es buah, Agnes sudah dalam posisi siap makan. Sendok sudah terpatri di tangan kanan, dan tampilan es buah juga berhasil menarik atensi Agnes. Sampai Brigida bersuara lagi, “Bentar Aku pipis dulu!” Tuntasnya dan berlari masuk ke dalam toilet yang tersedia di dalam perpustakaan.
“Astaga..” Ucap Agnes sambil menggeleng pelan. Dia sungguh selalu terpukau dengan tenaga Brigida yang tidak ada habis-habisnya.
Sembari menunggu Brigida, Agnes meletakkan kembali sendoknya dan melihat notifikasi yang baru masuk ke Handphone. Sedetik kemudian, Dia memutar bola mata malas dan meletakkan kembali benda pipih itu di atas meja.
Agnes terkekeh mengejek dan berkata, “Kau pikir bisa menarik perhatian Ku dengan perhiasan ?”
“Loh, dimana Brigida ?” Ujar Michael yang baru memasuki perpustakaan.
“Dia di toilet, Tuan Lecllair.” Jawab Agnes yang sudah bersikap normal kembali, seolah kejadian di depan Gua Maria tidak pernah terjadi. Dan Michael memaklumi hal itu.
Michael langsung mendaratkan tubuh di atas kursi, dan dengan tangan kekarnya langsung memegang sendok di mangkuk es buah.
“Makan saja. Jika menunggu Brigida, Es buah Mu terlanjur tidak enak.”
“Baik.”
Memakai dua detik untuk berpikir, Agnes kembali mengangkat sendoknya dan menyuapi es buah ke dalam mulut. Mata nya terbelalak saat rasa manis dan asam berpadu dalam lidah. Belum lagi rasa susu dan dingin yang menyebar dan berhasil menyegarkan tubuh.
Saat Agnes benar-benar menikmati es buah, Michael melontarkan pertanyaan.
“Kau menjalin hubungan dengan Charles Eklet ?”
Agnes mengangkat wajah sekilas dan kembali fokus pada makananya, “Kau mencari tahu tentang diri Ku, Tuan Lecllair ?”
“Tidak. Brigida pergi kebioskop kemarin malam, dan disana Dia memotret dua orang yang pergi bersamamu. Aku mengenal Pria yang ada di foto itu karena sering Ku jumpai Charles dalam beberapa acara yang di adakan oleh Kolega-kolega bisnis. Jadi Kusimpulkan bahwa kalian berdua pasti menjalin hubungan.” Jelas nya dengan sangat jeli menghindar dari fakta bahwa Dia sudah mencari tahu tentang Agnes.
Foto yang Brigida kirimkan hanya satu potongan Puzzle yang membatu Michael menghindar dari tindakan yang mengurangi pointnya di hadapan Agnes.
“Kesimpulan Mu benar, Tuan Lecllair. Kami bertunangan sebulan yang lalu.”
Melihat respon Agnes, Michael kembali menyimpulkan bahwa topik ini tidak akan menjadi bom jika diteruskan.
“Kau percaya pada Pria ini ?”
“Tentu tidak. Pertunangan ini diatur oleh orang tua. Bukan dari kesepakatan Ku dan Charles.”
“Hei, apa Kau tau ? Charles Eklet itu terkenal dengan hobinya gonta ganti wanita. Kasarnya, Dia rakus lubang wanita.”
Agnes terdiam sejenak. Sekitar lima detik. Bukan karena syok, tetapi karena ada potongan buah pepaya dalam ukuran besar membuatnya harus terdiam sejenak dan fokus mengunyah.
Usai menelan yang menyumbat mulut, Agnes berucap “...Aku tau fakta itu, Tuan Lecllair.” Lontarnya dengan ekspresi yang sangat santai.
“Lalu Kau akan tetap melanjutkan hubungan ini sekalipun sudah tau tabiat tidak senonoh nya ?”
“Awalnya, Aku berterimakasih kepada Tuhan karena adanya pertunangan ini. Dengan pernikahan, Aku bisa bebas dari rumah tanpa perdebatan panjang. Saat kutahu fakta bahwa Dia suka berganti-ganti wanita, Aku semakin bersyukur karena nafkah batin usai menikah tidak Ku harapkan sedikitpun. Dengan demikian, Kebebasan akan membuka pelukan lebar dan menyambutku...”
Agnes berhenti sejenak, kembali memasukan sesuap es buah ke dalam mulut. Michael pun kembali bersuara.
“Lalu pada akhirnya ? Apa Kau menyadari tatapan yang di berikan Charles pada Mu ? Tatapan yang menginginkan dan sangat mendambakanmu ?”
“...Kau menyadari secepat ini hanya dari satu foto yang di kirimkan Brigida ? Insting laki-laki memang selalu tepat saat menganalisis sesama spesiesnya.” Sindir Agnes yang kini hanya menarik garis senyum di satu sisi.
“Aku tidak pantas mengatakan ini, tetapi memang pikiran Pria gampang di baca oleh sesama Pria. Namun Kau tau ? Keluarga Ku sangat berhasil dalam mendidik selama ini. Aku tidak akan memiliki sikap seperi itu.”
“Hem.. Aku dapat merasakannya. Kau benar, Tuan Lecllair. Awalnya Ku kira kebebasan akan memeluk Ku, nyatanya tidak. Tatapan Charles memberikan sekilas gambaran di masa mendatang bahwa kebebasan akan semakin melangkah jauh sekali dari jangkauan Ku.”
“Lalu sekarang bagaimana ? Kau membutuhkan bantuan Ku? Aku bisa membantumu untuk tidak menikah dengan nya.”
“Hahaha.. Tidak perlu, Tuan Lecllair. Kami berdua tidak akan menikah. Aku sangat yakin 100% akan hal ini.”
“Apa ada bagian yang Aku lewatkan ?”
“Tentu. Ada bagian yang tidak Kau ketahui.”
“Apa bisa Kau katakan pada Ku ?”
“Tidak. Jika memberitahu akhir dari rencana yang sudah di susun, fenomena yang sering terjadi akan gagal dan menjauh dari perkiraan awal. Tunggu dan saksikan saja, Tuan Lecllair.”
Michael tersenyum lebar di dalam batin. Kelihatan di luar nya saja terlihat tenang dan menikmati es buah buatan Sang Ibu. Dia sangat bersyukur bahwa Agnes tidak memiliki perasaan spesial pada Charles apalagi pada pria lain. Ini merupakan peluang terbesar bagi dirinya.
Beberapa menit kemudian, Brigida muncul kembali dengan perasaan yang semakin membaik.
“Maaf Aku agak lama. Yang ku pikir Cuma buang air kecil, malah berakhir—“
“Brigida, lebih baik langsung duduk dan makan Es buah milik Mu. Jangan terlalu over sharing di momen yang tidak tepat.” Sela Michael yang tau sekali kemana arah pembicaraan yang dikemudikan oleh Brigida akan berlayar.
Brigida terkekeh pelan dan meminta maaf. Dia langsung duduk di sebelah Agnes dan melahap es buah nya dengan sangat cepat.
“Besok Aku akan berpakaian seperti Kak Agnes. Kau tidak keberatan ?”
“Hem, tentu tidak. Mau menyamakan warna nya juga ?”
“Dengan senang hati. Kemeja berwarna apa yang akan Kak Agnes pakai besok ?”
“ Kemeja berwarna biru langit dan Celana kain dengan warna Broken white. Apa Kau memiliki warna kemeja ini?”
“Ada. Kebetulan sekali. Baiklah, besok Aku akan memakai Celana panjang berwarna hitam.”
“Kemana Kalian akan pergi ?” Sela Michael yang tersingkirkan dari obrolan.
“Kak Michael tidak perlu tau. Karena Kau tidak bisa bergabung bersama Kami.”
“Kalian akan ke gereja bersama ?” Tebak nya tepat sasaran.
“Tebakan Mu benar, Kak.”
“Aku ikut.”
“Hah ? Seorang ateis seperti Mu—“
“Brigida, ingatlah jarak umur di antara Kalian berdua. Bagaimana pun juga, Dia Kakak Mu.” Tegur Agnes pelan seperti tengah berbisik.
Wajah melongo Brigida berusaha dikontrol, namun tetap tidak bisa. Rasa syok dan tidak percaya tercetak dengan sangat jelas di wajahnya. Walaupun demikian, Mereka bertiga sepakat untuk pergi bersama ke gereja besok.
Dan Agnes belum sadar bahwa keputusan yang Dia buat hari ini, akan menambah kejadian merepotkan yang malas Dia tangani di masa mendatang.
...*** ...
Terimakasih yang masih stay dan membaca cerita ini. Jangan lupa Like dan komennya teman-teman, thank you so much Darling~♡