Raka Chandra Wijaya, merasa bersalah dengan apa yang saat ini dia lakukan terhadap istrinya. Dia memiliki anak dengan wanita lain, karena kesalahan satu malam yang dilakukannya. Seharusnya, dia jujur dari awal pada Yuna Dafhina Aryadi agar wanita yang sangat dicintainya itu tidak pergi. Sayangnya, Raka terlambat mengatakan kebenarannya pada sang istri. Alhasil, Yuna pergi meninggalkan dirinya sembari meninggalkan surat perceraian mereka. Tapi, Raka tidak menyerah dia ingin kembali pada sang istri apapun yang terjadi. Apakah Raka berhasil mendapatkan cinta Yuna kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A-yen94, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~ 4 ~
“ Sayang, tunggu ...! “ teriak Raka.
Sayangnya, mobil yang ditumpangi Yuna, melesat begitu cepat. Sehingga, Raka tidak dapat menyusulnya lagi. Sebab, dia berlari tidak menggunakan mobilnya, tenaganya kalah cepat karena dia hanyalah manusia biasa, bukan mesin.
“ Maafkan aku, sudah tidak jujur padamu. Aku hanya takut, kamu akan meninggalkan aku sendiri. Sungguh, aku tidak bisa hidup tanpa kamu, Yuna. Apakah aku sudah terlambat? Ya Tuhan, tolong berikan aku kesempatan, agar aku bisa memperbaiki hubungan ini dengan istriku " batin Raka.
“ Tuan, sebaiknya kita makan dulu. Kasihan Yudha, dia benar-benar tidak mau makan kalau anda tidak kembali! “ kata Livia dengan nada sok anggun nya tersebut.
Raka terpaksa mengikuti keinginan Livia, dia kemudian berjalan beriringan dengan wanita itu. Livia ini adalah teman baik atau sahabat istrinya, itulah yang membuat Yuna murka. Memang ya sepandai-pandai membungkus, yang busuk berbau juga ( Perbuatan yang buruk, meski dirahasiakan, lama-lama pasti akan ketahuan juga ).
“ Aku rasa, sebaiknya aku bawa anakku ke rumah. Aku akan merawatnya sendiri dan untukmu aku akan sediakan apartemen yang lebih kecil dari mansion ini. Bukankah kau selalu bilang, kalau tempat ini terlalu besar untuk ditinggali berdua? “
Deg...
“ Apa dia serius? Mengapa jadi seperti ini? Yang aku inginkan adalah menjadi Nyonya Wijaya. Bukan seperti ini, aku tidak mau kalau begini!” batin Livia.
" T---tapi Tuan, Yudha pasti tidak akan mau saya tinggalkan " katanya mencoba untuk meyakinkan Raka.
Raka menggeleng, " Aku yakin dia pasti akan mengerti, sebab dia anakku. Dia pasti mau menuruti keinginan ku "
" Yudha tidak bisa tidur jika tanpa saya " kata Livia berdalih.
Wanita itu mencoba mencari berbagai alasan, agar dia juga bisa tinggal bersama Raka di keluarga Wijaya.
Raka menghela napasnya, dia menatap heran wanita di sampingnya tersebut. " Apa yang sebenarnya kamu inginkan? Mengapa bisa kamu terus mencari alasan seperti itu? Yudha sudah besar, jangan terlalu dimanja, tidak baik untuknya! "
Livia menggigit bibirnya, dia juga memainkan kuku panjangnya, untuk menghilangkan rasa grogi nya. Disaat seperti itu, Yudha datang menghampiri keduanya, dan memeluk pinggang sang Ayah. Raka, dengan sigap menggendong anaknya tersebut.
" Papa, Mama kalian datang kembali ya. Kenapa lama sekali sih? " tanya Yudha sembari memeluk tubuh ayahnya.
Livia tersenyum manis dan mendekat pada Yudha sembari mengusap lembut puncak kepalanya, " Sayang, nanti kamu akan tinggal bersama Papa ya! "
" Siapa yang menyuruhmu untuk mendahului aku berbicara? " batin Raka.
Yudha mendongak menatap nanar wajah sang ayah, " Benarkah Pa? Lalu Mama ikut tidak? "
Raka menggeleng, " Tidak sayang, kamu akan tinggal bersama Papa saja. Mama tidak bisa ikut "
" Kenapa? " tanya Yudha penasaran.
" Emh, I--itu karena Mama dan Papa tidak bisa. Mama 'kan akan kembali ke industri hiburan, sebagai aktris. Jadi, dia menyerahkan kamu pada Papa untuk di rawat. Nah, nantinya kamu akan bersama dengan Papa dan Mama Yuna. Kamu harus terima kenyataan itu, jangan membenci Mama Yuna dia Mama kamu juga. Mama Yuna baik kok, tidak sejahat yang kamu kira "
Yudha terlihat bingung, tapi sedetik kemudian dia menoleh dan melihat Livia sedang memelototinya. Sehingga, Yudha menggelengkan kepalanya " Yudha tidak mau, Yudha maunya Mama! "
" Bagus, kamu memang anak yang pengertian! " batin Livia sembari tersenyum miring.
Disaat seperti itu, tiba-tiba saja Raka mendapatkan panggilan masuk. Dia menurunkan tubuh sang anak. " Nak, Papa angkat telpon dulu ya. Kamu sama Mama kamu dulu, okey? " ujarnya sembari mengecup kening putranya tersebut.
Sementara itu, Livia setelah kepergian Raka dia menarik paksa pergelangan tangan putranya tersebut.
" Mama sakit, jangan menarik Yudha seperti itu huhuhu! " Yudha menangis saat Livia menarik pergelangan tangannya dengan paksa.
Wanita itu melotot, dan memukuli pantat anaknya tersebut supaya diam. " Siapa yang menyuruhmu menangis Hah? Jangan cengeng, laki-laki tidak boleh menangis" ujarnya ketus.
" Yudha pernah mendengar cerita tentang seorang Ibu. Tapi, isi cerita itu menunjukkan kalau seorang Ibu akan sangat menyayangi anak-anaknya. Ini sangat berbeda dengan Mama, kenapa Mama jahat pada Yudha . Sebenarnya, Yudha anak Mama atau bukan? Kenapa Mama lebih pantas menjadi Ibu tiri Yudha, karena sifat Mama seperti ibu dari Cinderella!" batin Yudha sembari menatap nanar wajah Ibunya.
" Eh, ada apa ini? " tanya Raka saat melihat Yudha sedang menangis sembari terduduk di tanah.
" Ah itu, tidak apa-apa Tuan. Tadi Yudha hanya terjatuh saja, iya kan Sayang? "
Yudha, menatap wajah Ibunya heran. Kemudian dia yang merasa takut pada sang ibu, akhirnya mengangguk sebagai jawaban.
" Ah baiklah, Nak Papa harus pamit dulu ya. Karena ada perlu, kamu makanlah dengan benar. Dua jam setelah makan, barulah kamu tidur ya. Besok, Papa akan menjemput kamu! " ujar Raka sembari mengecup kening putranya.
" Livia, jaga Yudha baik-baik. Besok aku akan menjemput kalian! " ujar Raka.
Mendengar perkataan Raka, Livia tersenyum sumringah," Akhirnya, aku bisa tinggal di kediaman Wijaya! " batinnya.
" Baik Tuan, Nak ayo kita masuk dan makan malam! " ujar Livia sembari tersenyum lebar dan menuntun putranya.
Sementara itu, Raka berbalik arah dan menuju parkiran mansion milik anaknya ini. Dia membuka pintu mobilnya, dan memakai sabuk pengamannya. Setelah itu, dia menjalankan mesin mobilnya, dan menginjakkan kakinya pada pedal mobil tersebut. Dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.
***
" Selamat datang Pak Raka! "
Raka mengangguk ketika para maid yang keluar itu menyambut kedatangannya.
" Kenapa rumah begitu sepi, Ibu dan yang lainnya kemana kenapa hanya ada kamu dan teman-temanmu saja? "
" K---kami di perintahkan untuk menjaga kediaman ini Pak. Karena, Bapak dan Ibu akan bercerai, sehingga rumah ini nantinya akan di jual oleh ibu. Jadi, kami diperintahkan untuk mengosongkan rumah ini besok. Dan, untuk saat ini kami harus menyambut kedatangan anda dengan baik, dan membiarkan anda beristirahat di kamar dulu. Ibu Bilang, kami harus melayani Bapak dengan baik! "kata seorang pelayan laki-laki menjelaskan.
Raka menghela napasnya, " Ayolah Budi, jangan bercanda. Mana mungkin aku dan istriku bercerai, kamu ini ada-ada saja. Sudahlah, siapkan makan malam untuk kami, aku tidak akan memecatmu karena sudah kelewatan. Tapi ingat, jangan diulangi lagi, oke? "
Pelayan bernama Budi itu mengangguk, dia terlihat begitu ketakutan sekaligus heran dengan Tuan Mudanya itu. Kemudian, dia meminta pada rekannya untuk menyiapkan makan malam untuk sang majikan.
Ketika di dapur, mereka semua hanya menyiapkan makanan dengan porsi satu piring saja karena hanya ada Raka saja yang makan.
Prang ...
Suara pecahan kaca terdengar di telinga para pelayan di rumah ini. Mereka saling pandang, dan merasa takut dengan apa yang baru saja mereka dengar.
" Bud, kita harus bagaimana? Apa perlu kita menghampiri Bapak? "
Budi mengangguk, " Ya kau benar, kita harus menghampirinya. Aku takut, Bapa akan bertindak gegabah lagi. "
Para maid itu mencoba untuk menghampiri majikan mereka di kamarnya. Mereka dikejutkan dengan teriakan majikan mereka.
" Arrrghhhh, Mengapa kamu lakukan ini? Yuna...! " teriak Raka.
" Bapak Raka ini memang ya, bodoh sekali. Seharusnya katakan saja dengan jujur pada Ibu Yuna, kalau sudah begini 'kan siapa yang mau disalahkan? " tanya Budi kepada para rekan kerjanya.
Bersambung