Sinopsis:
Cerita ini hanyalah sebuah cerita ringan, minim akan konflik. Mengisahkan tentang kehidupan sehari-hari Bulbul. Gadis kecil berusia 4 tahun yang bernama lengkap Bulan Aneksa Anindira. Gadis ceria dengan segala tingkahnya yang selalu menggemaskan dan bisa membuat orang di sekitar geleng-geleng kepala akibat tingkahnya. Bulbul adalah anak kesayangan kedua orangtua dan juga Abangnya yang bernama Kenzo. Di kisah ini tidak hanya kisah seorang Bulbul saja, tentunya akan ada sepenggal-sepenggal kisah dari Kenzo yang ikut serta dalam cerita ini.
Walaupun hanya sebuah kisah ringan, di dominan dengan kisah akan tawa kebahagian di dalamnya. Akan tetapi, itu hanya awal, tetapi akhir? Belum tentu di akhir akan ada canda tawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yuliani fadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 3 Dikejar si Boy
Bulbul tengah mondar-mandir di teras rumahnya dengan kepala yang di tundukan sedikit dan tangan disilangkan di bawah dada. Gadis itu tengah menunggu Kenzo pulang dari sekolahnya. Sesekali pandanganya mengarah pada gerbang rumahnya.
Pasalnya, kemari Kenzo mengatakan, bahwasanya dia akan membelikan ikan cupang yang minggu kemarin remaja itu gagal untuk mengajaknya membeli ikan itu.
"Dek, bisa diem gak?! Mama pusing dari tadi liatin kamu mondar-mandir gak jelas gitu!" tegur Winda yang tengah duduk di kursi teras. "Lagi ngapain, sih, kamu!"
Bulbul berhenti sejenak dan menoleh menatap ke arah Winda. "Bulbul, lagi nunggu, Bang Jojo, Mama!" sahutnya dan kembali melakukan kegiatan berjalan mondar-mandir.
Winda berdecak melihat kelakuan anaknya itu. Pasalnya, sudah dari tadi Bulbul mondar-mandir begitu. "Kan, bisa sambil duduk Embul. Emang kamu gak capek mondar-mandir terus dari tadi!"
Bulbul menyeka keringat yang bercucur dari pelipisnya dan memilih untuk duduk selesehan di atas lantai itu, menelan ludahnya untuk membasahi tenggorokan yang teras kering. Lalu mendongkak menatap Winda. "Mama Bulbul aus, mau cucu!"
"Tuh, kamu capekkan?" tanya Winda.
Bulbul mengagguk menyenderkan punggungnya pada tiang di sebelahnya. "Bang Jojo lama, ndak pulang-pulang dali tadi, Mama!"
"Sabar dong Bul, kan Bang Jojo nanti pulang sekolahnya jam 2 siang!" sahut Winda, dan meminum tehnya.
Bulbul mengerucutkan bibirnya. "Masi lama dak, Ma?"
"Baru juga jam satu Bul. Satu jam lagi!" jawab Winda.
Bulbul mendesah, "Satu jam tu lama dak, Mah?"
"Lama, kalo kamu tungguin mah, apalagi sambil mondar-mandir kaya tadi!" sahut Winda lagi.
"Iih, Mama, Bulbul bilang, Bulbul mau cucu!" rengek Bulbul mengerucutkan bibirnya kesal. "Bulbul aus Mama!" rajuk Bulbul.
Winda menghela napasnya, "Makannya, Mama bilang juga apa diem, bandel si kalo di bilangin!"
Bulbul mengerucutkan bibirnya dan menggerak-gerakan kaki kanannya.
Winda beranjak dari duduknya sambil membawa bekas teh yang sudah kosong.
"Mama, cucuna jangan pake dot, Bulbul ndak suka, Bulbul, kan udah gede, pake cangkil aja!" pintanya sebelum Winda benar-benar masuk ke dalam rumah.
Winda mendengkus pelan mendengar permintaan anaknya itu. "Kalo udah gede harusnya Embul udah gak minum susu lagi!"
"Iihh, Ndak bisa dong, Mama!" sewotnya mencebikkan bibirnya kesal.
Wida terkekeh, "Yaudah, Mama buatin dulu, kamu jangan pergi kemana-mana!" pesan Winda, pasalnya dulu Bulbul pernah pergi, katanya si mau jajan. Namun, anak itu malah main sampai magrib bersama anak-anak lain di ujung komplek perumahan sana.
•••••
Kali ini Bulbul menunggu Kenzo datanga dari sekolahnya di sofa ruang tamu, gadis itu tengah berbaring di atas sofa tersebut. Namun, dengan posisi kaki di atas sandaran sofa dan kepala menggantung sedikit kebawah tetapi sedikit jauh mengenai lantai.
Bulbul bahkan sudah meminum susu hampir empat kali saking lamanya menunggu Kenzo pulang.
Kini matanya sudah tidak bisa di ajak kompromi, tidak bisa lagi ditahan, ia mengantuk, munggkin efek minum susu kebanyakan.
"Assalamualaikum!" salam seseorang setengah berteriak, yang membuat Bulbul yang baru saja memejamkan matanya seketika terlonjak kaget, bahkan hampir saja ia salto.
Bulbul membenarkan posisinya menjadi duduk, tangannya mengucek matanya. "Bang Jojo, kok pulang lama?!" Bulbul menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal dan hal itu membuat rambutnya terlihat acak-acakan.
Kenzo menyernyit menatap Bulbul. "Kenapa emang? Abang biasanya, kan pulang jam segini."
"Bulbul nunggu Abang, dali pagi au!" sahutnya dan gadis itu langsung menguap.
Kenzo tergelak mendengarnya, "Ngapain, Bul?"
"Ikan cupang ana!" pinta Bulbul seraya mengadahkan tangannya.
"Oh, ikan cupang? Abang lupa belom beli, Bul!" sahut Kenzo dengan santai dan melangkah menaiki undakan tangga untuk ke kamarnya.
Bulbul menggaruk pipinya, terus apa gunanya ia nunggu Jojo dari pagi! "ABANG! TELUS KAPAN AU BELI IKAN CUPANG BUAT, BULBUL! HUAA!" teriaknya menggema di raung tamu.
"MAMA! BULBUL, AU IKAN CUPANG SEKAlANG! HUAA!" teriak Bulbul diiringi tangisan, dan berjalan ke arah kamar Winda.
•••••
Berhubung Winda terus saja mengonel untuk segera membeli apa yang di minat Bulbul yaitu ikan cupang. Kenzo akhirnya bergegas ke depan komplek dimana penjual ikan cupang itu berdagang.
"Mang, berapaan?" tanya Kenzo pada si penjual ikan cupang itu.
"Yang mana? Nih, kalo yang kagak ada warnanya dua ribu, kalo yang ada warnanya sepuluh ribu!" tutur si penjual itu.
"Yang murah aje, Mang!" ujar Kenzo dan merogoh saku celananya mengambil uang recehan.
"Beli tiga, Mang!" sambunggnya, jarinya tengah menghitung uang di telapak tangannya.
Si penjual ikan cupang itu berdecak saat Kenzo membayarnya dengan uang recehan, bukannya apa-apa kalo lima ratus, atau seribuan mah gak papa ia terima. Lah ini dua ratus perakan.
"Dek, jangan bayar pake uang receh gini juga, kek!" protes si penjual itu.
"Yang pentingkan uang, Bang!" sahut Kenzo mengambil ikan cupang itu.
"Uang yang ginian mah udah gak laku kali!" desis si penjual ikan supang tersebut. "Orang-orang gak akan mau nerima uang recehan kek gini, ribet!"
Kenzo berdecak. "Lah Mang, kreatif dikit kek, biar gak ribet, solatip dong, satuin!" sahut Kenzo. Mengacungkan kedua jempolnya.
"Lagian, darimana dapet uang kek gini, masih jaman apa melihara uang yang ginian," ujar si tukang cupang itu.
"Banyak Mang, apalagi di pinggir jalan, saya juga kalo nemu ya, dipungutlah lumaya, kan kalo ke kumpul banyak, buat jajan cilok!" sahut Kenzo.
"Udah, yah, Mang, makasih, saya pulang dulu assalamualaikum. Jangan lupa coba saran saya!" ujar Kenzo dan melengos pergi dari sana.
Konzo berjalan santai di tepi jalan, sambil bersiul sesekali melihat-lihat ikan cupang yang dibawanya.
"Kalo di goreng enak gak, yah?" ujar Kenzo bertanya pada diri sendiri. Sambil mengangkat ikan cupang tersebut.
"Jangan deh, kalo tiba-tiba gue di cupangin terus meninggoy, kan kagak lucu!" ujarnya lagi berbicara sendiri.
"Sepi amat ni komplek, kek kuburan aja. Kagak ada penghuninya apa!" Kenzo kembali bermonolog, sambil melihat kesekitarnya.
Kakinya refleks mendang kaleng bekas yang terdapat di hadapanya. Namun, tanpa sengaja Kenzo menendangnya terlalu kencang membuat sendal yang di gunakannya ikut terlempar. Dan sialnya ia tidak menyadari bahwa ia menendang kaleng tersebut tepat mengenai anjing milik Pak Jaenudin yang sedang berjalan santai di depan sana.
Anjing, tersebut sudah menggonggong-gonggong mentap ke arah Kenzo, bersiap hendak mengejar Kenzo.
"Alah siah, kumaha ieu!" ujar Kenzo was-was. "Aduh, sendal aing deuih, mana itu bari kemarin gue beli!" sambung Kenzo dan bergidik melihat anjing itu, sebut saja namanya, si Boy. Yang sebentar lagi bersiap ingin menerkam dirinya.
(alah siah gimana ini,) (aduh sendal gue lagi,)
"Boy, anak baik, rajin menabung, pinter, diem yah jangan ngejar dulu. Gue mau ambil sendal gue dulu itu baru kemarin di beli soalnya!" ujar Kenzo, dan melangkah sedikit demi sedikit sambil membungkukkan badannya, mengarah sendal yang tergeletak satu meter dari si Boy.
Gog!
Gog!
Gogog!
Boy kembali menggonggong saat Kenzo semakin mendekat.
"Astagfirullah, kalem Boy, kalem gue terkejod dengernya!" ujar Kenzo lagi.
Kenzo semakin mendekat melihat si Boy sedikit lengah tanpa mau berlama-lama ia segera mengambil sendal swalownya itu, dan setelahnya langsung lari terbirit-birit memeluk sendalnya tanpa di pakai terlebih dahulu, menghindari Boy yang semakain cepat mengejarnya.
"TOLONGGG! MAMA. ANJING STOPP CUKUP JANGAN KEJAR GUE LAGI ANJING!" teriak Kenzo histeris dan semakin mempercepat larinya, mengabaikan kaki kanannya yang tidak memakai alas.
••••