Gadis kutu buku tiba-tiba mendapatkan sistem play store yang menyatakan jika update bumi akan segera terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon orpmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hujan beracun
Gilbran hanya bisa terpaku, menyaksikan bencana dahsyat yang terjadi di luar.
Gelombang tsunami yang menggulung segalanya di jalanan, disertai jeritan pilu ribuan orang yang tersapu arus, menimbulkan ketakutan mendalam dalam dirinya.
“Gi... Gilbran, apa yang harus kita lakukan?” tanya Gisella, kekasihnya. Suaranya gemetar, tubuhnya bergetar seolah masih merasakan dampak dari gempa sebelumnya.
Gilbran menoleh, menatap lima orang yang ia bawa ke hotel untuk menikmati hidangan mewah. Namun, alasan sebenarnya ia membawa mereka ke sini adalah karena peringatan Scarlett yang terus terngiang di pikirannya.
Di antara mereka ada ibu dan adiknya, serta Gisella bersama kedua orang tuanya.
“Kita harus mengumpulkan makanan sebanyak mungkin,” jawab Gilbran tegas. Pernyataannya membuat Gisella dan yang lainnya terkejut.
Dia teringat bahwa setelah tsunami, bencana berikutnya adalah hujan beracun yang dapat menyebabkan mutasi pada makhluk hidup.
Sebelumnya, Gilbran menganggap peringatan Scarlett hanyalah cerita mengada-ada. Namun, setelah melihat tsunami dengan mata kepala sendiri, ia tak lagi meragukan kebenaran kata-kata tersebut.
Di luar, hujan deras mulai turun. Airnya berwarna hitam pekat, membuat siapa pun yang melihatnya merasa cemas dan tidak nyaman.
***
Lampu di seluruh gedung kota sempat berkedip beberapa saat sebelum akhirnya padam sepenuhnya. Listrik terputus akibat tsunami.
Roshana tidak punya pilihan selain turun menggunakan tangga. Saat menuruni lantai demi lantai, pikirannya terus dipenuhi oleh sikap Crow yang tetap tenang meskipun bencana besar sedang terjadi.
"Seolah-olah dia sudah tahu semua ini akan terjadi," pikirnya.
Dugaan bahwa Crow sengaja menampakkan diri di hadapan publik semakin kuat. Namun, Roshana masih belum bisa memahami alasan di balik tindakannya.
"Kalaupun bencana ini berakhir, bukankah dia tetap akan dipenjara?" tanyanya dalam hati.
Sebesar apa pun kehancuran yang terjadi, bencana pasti akan berakhir suatu saat nanti. Tapi, berapa lama?
Saat menatap keluar jendela, hujan mulai turun. Roshana teringat peringatan Crow sebelumnya agar ia tetap kering.
"Apa maksudnya? Memangnya ada sesuatu yang salah dengan air hujan ini?" Saat memperhatikan lebih seksama, Roshana baru sadar jika sor hujan terlihat lebih keruh.
Perjalanan turun yang melelahkan akhirnya membawanya ke lantai bawah. Namun, masalah lain muncul saat seorang staf hotel memberitahunya bahwa banjir telah menenggelamkan lobi hingga lantai dua.
"Kenapa air laut tidak langsung surut? Apa yang sebenarnya sedang terjadi?" pikirnya, merasa ada sesuatu yang janggal.
Situasi semakin buruk karena hujan yang terus turun justru memperparah banjir.
Belum lagi, ada banyak polisi dan anggota mafia yang terjebak di dalam hotel. Mereka yang awalnya datang untuk menangkap seorang buronan kini sama-sama terkurung oleh genangan air.
Roshana berharap air segera surut sebelum terjadi bentrokan antara kedua pihak yang saling bermusuhan itu.
Di lantai tiga, banyak orang berkumpul mencari perlindungan dari air yang semakin naik.
Di tengah hujan deras dan arus banjir yang kuat, suara mengerikan terdengar dari dalam air. Sesuatu mulai muncul ke permukaan.
Awalnya, orang-orang mengira itu adalah korban yang masih hidup. Namun, saat mereka mendekat untuk menolong, makhluk itu tiba-tiba menyerang dengan taring tajam dan cakar panjang.
Darah langsung mengotori lantai. Semua orang membeku, syok melihat serangan brutal yang terjadi di depan mata mereka. Kepanikan pun pecah, terutama di kalangan wanita yang berteriak ketakutan.
Tak hanya satu, semakin banyak makhluk serupa muncul dari dalam air, membuat situasi semakin mencekam.
Menyadari bahaya yang semakin besar, Roshana segera berlari naik ke lantai atas, mencari tempat aman untuk menyelamatkan diri.
***
Crow memandang hujan deras yang mengguyur kota. Dia yakin bahwa di seluruh dunia, kekacauan pasti telah terjadi akibat kemunculan mutan dan zombie.
Namun, karena hal itu bukan urusannya, dia memilih untuk mengabaikannya dan bersantai hingga hujan berhenti.
"Di kehidupanku sebelumnya, kebangkitan akan dimulai sekitar lima jam setelah hujan turun untuk pertama kalinya."
Ketika banyak manusia tewas akibat bencana dan monster, sistem dunia akan aktif dan mengumumkan tentang 'Belas kasih para dewa' sebuah berkah yang memberikan kekuatan bagi mereka yang mau berjuang.
Setiap orang yang masih hidup akan menjadi Awakener. Seperti dalam permainan, manusia bisa bertambah kuat dengan mengalahkan monster.
Pada awalnya, Crow berencana menghabiskan waktu sebelum kebangkitan terjadi dengan bermain game atau menonton film yang telah diunduhnya.
Namun, setelah dua jam bersantai, dia mulai merasa bosan. Di balik sikapnya yang tenang dan dingin, ada rasa ingin tahu yang tinggi.
Di luar, hujan hitam yang turun dari langit seolah mengundangnya untuk keluar.
'Bagaimana jika aku melakukan ini? Bagaimana jika aku mencoba itu?' pikirannya dipenuhi dengan berbagai pertanyaan, seperti seorang anak kecil yang penasaran dengan cara kerja dunia.
Tidak tahan dengan rasa penasarannya, Crow akhirnya memutuskan untuk keluar. Tentu saja, dia terlebih dahulu mengenakan pakaian anti-radiasi.
Di atas rooftop, dia membiarkan dirinya terkena hujan berbahaya itu.
Dari penyimpanan dimensinya, dia mengeluarkan sebuah kartu Peashooter dan pot tanaman. Setelah melempar kartu ke dalam pot, tanaman penembak kacang itu segera tumbuh dengan cepat.
Pada awalnya, Peashooter tampak normal, tetapi dalam hitungan detik, ia mulai mengalami perubahan drastis. Tubuhnya membesar hingga keluar dari pot tanaman.
Tanaman yang telah bermutasi menjadi monster humanoid itu tiba-tiba menyerang Crow. Itu seharusnya mustahil terjadi, karena Crow adalah tuannya.
"Sepertinya mutasi ini memungkinkan tanaman monster untuk mengabaikan sistem," pikir Crow.
Peashooter mutan menembakkan kacang polong ke arahnya, tetapi dengan mudah ia belah menggunakan sekop tanah. Serangan beruntun kembali dilancarkan oleh mutan Peashooter.
Namun, Crow bergerak dengan kecepatan tinggi, memotong setiap proyektil yang ditembakkan ke arahnya. Dalam sekejap, dia sudah berada di belakang Peashooter mutan. Satu per satu kacang polong hancur, diikuti oleh tubuh Peashooter yang terpotong-potong sebelum akhirnya tumbang.
Menatap mayat tanaman mutan itu, bukannya jera, Crow justru semakin tertarik untuk melihat hasil mutasi dari karakter game lainnya.
***
Puluhan karakter game berdiri di hadapan Crow, mata mereka dipenuhi kegilaan akibat pengaruh air hujan. Villager berubah menjadi zombie, Chomper menjelma menjadi monster tanaman pemakan daging yang ganas, dan Barbarian mengamuk liar tanpa kendali.
Di tempat yang aman, Scarlett menyaksikan pertarungan yang akan terjadi dari balik kaca, tangannya dengan lembut membelai kucing gemuk yang ia gendong.
Sekar mulai mempertimbangkan untuk membangkitkan sisi lain dari dirinya sebagai langkah pencegahan, jika pada akhirnya Crow kehilangan akal sehatnya.
Memang, rasa penasaran yang sulit dikendalikan membuat Crow tergoda untuk melepas baju anti-radiasi yang selama ini melindunginya dari air hujan.
Saat baju hazmat terlepas, tubuhnya langsung bereaksi. Kemarahan yang asal-usulnya tidak jelas mulai merayapi hatinya. Tubuhnya perlahan mengalami mutasi, tetapi dengan sisa kesadarannya, Crow berjuang untuk tetap bertahan.
"GROAAAAR!"
Suara raungan keras menggema saat para karakter game yang telah bermutasi kehilangan kendali sepenuhnya. Mereka dengan ganas menerjang Crow, yang masih berdiri diam, menikmati guyuran air hujan yang membasahi wajahnya.
Seorang Barbarian mutan mengayunkan pedangnya dengan kekuatan penuh, namun Crow dengan mudah menghindarinya. Dengan satu gerakan ringan, katana di tangannya menebas leher sang Barbarian, membuat kepalanya terpisah dari tubuh.
Mulut Chomper yang telah berubah menjadi mutan menganga lebar, siap menelan Crow dalam satu gigitan. Namun, dengan kecepatan tinggi, Crow menyerang lebih dulu, memotong-motong mulut Chomper hingga membentuk kelopak bunga mawar yang terbuka.
Serangan Royal Knight mutan datang bertubi-tubi. Sebagai prajurit elit, mereka memiliki keterampilan tempur yang luar biasa, mampu mengimbangi kecepatan dan ketangkasan Crow.
Dengan bantuan monster lain, akhirnya serangan mereka berhasil menembus pertahanan Crow.
"Ghak!"
Tombak panjang menghunjam dadanya, rasa sakit yang tajam menusuk seluruh tubuhnya. Dengan amarah yang tak tertahan, Crow akhirnya melepaskan wujud aslinya.
Tubuhnya mulai berubah, terbelah dan memuntahkan gumpalan daging yang terus membesar dengan cepat. Para monster mencoba menyerang, tetapi tentakel daging yang menjulur menangkap mereka satu per satu, kemudian melemparkan mereka ke dalam mulut besar yang terbentuk dari tubuh Crow.
Tak butuh waktu lama hingga semua monster tertelan bulat-bulat.
Setelah menghabisi seluruh musuh, tubuh Crow perlahan kembali ke wujud semula, sebagai seorang gadis berkacamata.
Ia menatap Scarlett, memastikan tidak ada yang berubah secara permanen pada dirinya.
"Sepertinya kemarahan adalah faktor utama yang mengubah manusia menjadi monster," ujar Scarlett, sambil menyerahkan segelas susu segar dari sapi kotak kepada Crow.
"Yah... Aku sendiri terkejut saat air ini tidak langsung membunuhku," jawab Crow santai.
Setelah meminum susu itu, semua efek negatif dalam tubuhnya langsung menghilang.
Selama lima belas tahun bertahan di dunia yang telah hancur, Sekar tidak pernah mengetahui apakah ada manusia yang mampu menahan dampak mutasi dari hujan hitam ini.
Karena setelah hari ini, hujan serupa tidak akan pernah terjadi lagi.
Namun, bukan berarti keadaan akan menjadi lebih baik. Justru sebaliknya kehidupan akan menjadi jauh lebih sulit ke depannya.
DING!
[Notifikasi Dunia!]
[Menyaksikan penderitaan manusia akibat rusaknya pembatas antara dimensi, para dewa dari berbagai pantheon telah memutuskan untuk memberikan sebagian kekuatan mereka kepada manusia yang bertahan agar dapat menghadapi dunia yang baru.]
Tiba-tiba, suara misterius menggema di dalam kepala semua orang. Menandakan sebuah era baru bagi dunia