NovelToon NovelToon
Nekat Ngelamar Gus Tamvan

Nekat Ngelamar Gus Tamvan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: syah_naz

dengan gemetar... Alya berucap, "apakah kamu mau menjadi imam ku?? " akhirnya kata kata itu pun keluar dari lisan Alya yg sejak tadi hanya berdiam membisu.

"hahhh!!! apa!!... kamu ngelamar saya? "ucap afnan kaget
sambil menunjuk jari telunjuknya ke mukanya sendiri.
dengan bibir yg ber gemetar, Alya menjawab" i ii-iya, saya ngelamar kamu, tapi terserah padamu, mau atau tidaknya dgn aku... aku melakukan ini juga terpaksa, nggak ada pilihan.... maaf kalo membuat mu sedikit syokk dgn hal ini"ucap Alya yg akhirnya tidak rerbata bata lagi.
dgn memberanikan diri, afnan menatap mata indah milik Alya, lalu menunduk kembali... karna ketidak kuasa annya memandang mata indah itu...
afnan terdiam sejenak, lalu berkata "tolong lepaskan masker mu, aku mau memandang wajahmu sekali saja"

apakah Alya akan melepaskan masker nya? apakah afnan akan menerima lamaran Alya? tanpa berlama-lama... langsung baca aja kelanjutan cerita nya🤗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syah_naz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

perjalanan yang melelahkan

"Alhamdulillah, sudah beres..." gumam Alya sambil menepuk-nepuk koper kecilnya. Matanya menatap koper itu dengan tatapan lega, meskipun hatinya masih terasa berat.

"Mau ke mana, Alya?" suara Nila, teman kostnya, terdengar dari balik pintu. Nada bicaranya datar, seperti biasa, namun ada sedikit rasa penasaran yang terselip di sana.

Alya menoleh, memberikan senyum kecil. "Oh, ini nggak apa-apa kok. Besok pagi aku cuma mau ke bandara," jawabnya santai, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang ada.

Nila hanya mengangkat alis tanpa banyak bertanya lagi. Ia kembali sibuk dengan ponselnya, membiarkan Alya tenggelam dalam pikirannya sendiri.

 

#Flashback#

Beberapa minggu yang lalu, hubungan Alya dan Nila baik-baik saja. Tidak ada tanda-tanda perselisihan di antara mereka. Namun, semuanya berubah.

Entah sejak kapan, Nila mulai bermuka masam setiap kali bertemu Alya. Awalnya, Alya mengabaikan sikap itu, tetapi setelah lebih dari tiga hari tanpa tegur sapa, ia merasa tidak bisa diam saja.

Alya teringat sabda Rasulullah SAW, "Tidak halal bagi seorang muslim untuk tidak menyapa saudaranya lebih dari tiga hari. Jika ia mati dalam keadaan seperti itu, maka nerakalah tempatnya."

Dengan mengesampingkan egonya, Alya memutuskan untuk menyapa Nila lebih dulu. "Hai, Nil! Tumben diam, biasanya nggak gini," tegurnya sambil tersenyum hangat.

Nila tetap menunduk, matanya terpaku pada layar ponselnya. "Nggak papa," jawabnya singkat dengan nada ketus.

Alya mencoba bersikap ceria. "Ayolah, Nil. Udah tiga hari lebih kamu diam terus. Ada masalah sama pacar kamu ya?" godanya ringan.

Nila mendesah kasar, jelas terganggu. "Nggak ada apa-apa," jawabnya sambil tetap menatap layar ponselnya.

Alya tidak menyerah. Dengan nada penuh pengertian, ia berkata, "Kalau ada yang salah sama aku, langsung bilang aja ya. Aku nggak suka kamu diam-diam gini. Afwan kalau ada kata-kata aku yang bikin kamu nggak enak."

Namun, Nila tetap dingin. "Aku nggak ada masalah sama siapa pun," katanya tanpa menoleh.

Merasa percuma, Alya akhirnya menyerah. "Oke, aku duluan ya. Assalamu’alaikum." Ia melangkah keluar, membawa payung kecil dari rak sandal, namun suara rintik hujan membuatnya ragu.

Ketika ia kembali untuk mengambil payung yang lain, langkahnya terhenti mendengar suara Nila yang sedang menelepon.

"Bu, aku kayaknya nggak cocok satu kost sama Alya. Masa crush aku malah nanyain kabarnya dia, bu? Nggak banget, kan? Terus pacarku juga ikut-ikutan tanya tentang Alya. Gimana kalau kita minta ibu kost buat ngusir dia aja ya, bu?"

Suara ibu Nila terdengar dari telepon, lembut namun tegas, "Iya, nanti ibu yang urus. Kamu nggak usah khawatir, anak mama. Tugas kamu cuma satu, buat Alya nggak betah di situ."

Alya membeku. Hatinya remuk mendengar percakapan itu. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Dengan tangan gemetar, ia mengambil payungnya dan segera pergi, meninggalkan tempat itu dengan perasaan bercampur aduk.

 

#Flashback Off#

Alarm di ponsel Alya berbunyi, menandakan pukul 03.30 dini hari. Dengan langkah ringan, ia menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Usai itu, ia berdiri khusyuk di atas sajadah, menunaikan sholat tahajjud dengan air mata yang mengalir pelan.

Dalam sujudnya, ia berdoa, "Ya Allah, kuatkan hatiku menghadapi ini semua. Aku tidak tahu apa yang menungguku di depan, tapi aku yakin Engkau selalu bersamaku."

Hingga fajar menjelang, Alya tetap bertahan dalam doa dan dzikir, memantapkan hatinya untuk melangkah pergi keesokan paginya.

*  *  *

"Baiklah, Bismillah... Ayo kita berangkat, Alya," gumam Alya sambil menarik koper kecilnya. Pakaian serba hitam yang ia kenakan, ditambah masker hitam yang menutupi sebagian wajahnya, seolah menjadi perisai bagi hatinya yang sedang berusaha tegar.

Dengan tekad dan keberanian yang ia kumpulkan, Alya melangkah menyusuri lorong-lorong Bandara Internasional Syamsudin Noor.

Tidak ada teman yang mendampinginya, hanya dirinya sendiri dan keyakinan pada tujuan yang ia bawa.

Perjalanan dari Banjarmasin menuju Surabaya berjalan lancar. Namun, setibanya di Bandara Internasional Juanda, Alya merasa bingung.

"Dari mana aku harus mulai?" pikirnya dalam hati. Hatinya berkecamuk. Di satu sisi, ia merasa lega berhasil sampai di sini, tapi di sisi lain, ia kewalahan memikirkan langkah berikutnya.

Setelah beberapa menit berjalan tanpa arah, Alya memutuskan duduk di salah satu bangku di dekat terminal. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya.

Namun, keheningan itu tak berlangsung lama. Suara ceria seorang wanita tiba-tiba terdengar dari belakang.

"Alya!!" panggilnya sambil melambaikan tangan.

Alya menoleh, wajahnya penuh kebingungan. Seorang wanita dengan pakaian sedikit terbuka melangkah mendekatinya.

Alya mengernyit, mencoba mengenali sosok itu, tetapi tidak ada ingatan tentang siapa dia. "Siapa dia? Kenapa dia tahu namaku? Bukankah aku tidak punya teman di sini, kecuali teman sepondokku dulu?" pikir Alya, merasa heran.

Melihat Alya yang masih terdiam, wanita itu tersenyum dan memperkenalkan diri.

"Kamu bingung ya? Kok aku bisa tahu namamu, dan siapa aku?" Ia tertawa kecil, lalu berkata, "Perkenalkan, nama saya Wilona Heksara.

Kita tadi satu pesawat, loh! Waktu di pemeriksaan identitas tadi, saya nggak sengaja melihat KTP kamu terjatuh dari kantong sweater-mu. Ini, KTP-mu," ucapnya sambil menyerahkan KTP itu kepada Alya.

Alya terdiam, terpaku pada wajah Wilona. Paras wanita itu benar-benar menawan, dengan rambut cokelat bergelombang yang berkilauan, dan penampilan yang mencolok. Alya bahkan tak sadar Wilona sudah melambaikan tangan di depan wajahnya untuk membuyarkan lamunan.

"Omg, sorry... sorry. Oh ya, makasih," jawab Alya gugup. Tatapannya tak berani menatap langsung ke mata Wilona.

Ia merasa canggung, apalagi pakaian mereka yang sangat berbeda menarik perhatian orang-orang di sekitar. Wilona dengan penampilan glamor dan terbuka, sementara Alya dengan pakaian serba tertutup, tampak kontras sekali.

Wilona tersenyum santai, seolah tidak peduli dengan tatapan orang-orang. Ia duduk di samping Alya, menyilangkan kakinya dengan anggun. "Kamu nggak usah gugup gitu, santai aja. Aku cuma mau bantu," katanya dengan nada ramah.

Alya tersenyum kaku. Dalam hati, ia merasa tidak nyaman. Kecantikan Wilona yang bak idol Korea, ditambah dengan caranya yang percaya diri, membuat Alya merasa insecure. Wilona jelas bukan orang biasa.

Wilona Heksara adalah seorang anak konglomerat, seorang gadis 21 tahun yang hidup dalam kemewahan.

Rambut bergelombang cokelatnya memancarkan kesan elegan, dan sikapnya mencerminkan seseorang yang terbiasa mendapatkan apa pun yang ia inginkan.

Meski beragama Islam, ia hanya menjalankan Islam sebatas status, sering disebut "Islam KTP" oleh banyak orang. Kehidupannya hanya dipenuhi kesenangan duniawi, tanpa memikirkan apa yang lebih penting di balik itu semua.

"Jadi, kamu ke Surabaya mau ngapain, Alya? Kelihatan banget kalau kamu nggak biasa di sini," tanya Wilona sambil menatap Alya dengan rasa ingin tahu.

Alya hanya tersenyum kecil, berusaha mengendalikan hatinya yang masih penuh keraguan. "Ada urusan aja, kak ," jawabnya singkat.

Namun, dalam hati, ia bertanya-tanya apakah pertemuannya dengan Wilona hanyalah kebetulan, atau ada rencana takdir yang belum ia pahami.

1
nana_eth
suka bangettt sama part yang ini, soalnya ada poin yang bisa diambil
Rudi Rudi
aku sukaaa bgt cerita kok, yaa kadang aku ketawa" sendiri 😍😭
Rudi Rudi
semangat kk buat novelnya/Smile//Drool/
DZX_ _ _@2456
ahhhhhhh
baper
Edgar
Mengurangi stress dengan membaca cerita ini, sukses thor!
Trà sữa Lemon Little Angel
Mantap banget ceritanya, thor! Bener-bener bikin gue terhanyut!
Kieran
Makin seru aja, gak kerasa udah baca sampai akhir!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!