Dalam dunia sepak bola yang penuh persaingan, cinta tak terduga mekar. Caka Alvias, bintang tim Warriors FC yang tampan dan populer terjebak dalam perasaan terlarang untuk Bulan Nameera, asisten pelatih nya, yang terkenal tegas dan tangguh. Namun, konflik masa lalu dan juga tekanan karir mengancam untuk menghancurkan cinta mereka. Apakah cinta mereka bisa bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjelyy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenapa harus kamu
Riko berjalan menuju kamar Bulan lalu mengetuknya. "Lan!"
Bulan membuka pintu kamar, "Ada apa?"
Riko menunjukan kunci mobil milik Andi, "Ikut aku yuk, aku belikan snack sama es krim deh yang banyak."
"Oke!"
Riko tercengang, "Semudah itu, Lan."
Bulan mengangguk, "Aku juga ingin keluar, bosen di kamar mulu"
"Pacar mana pacar?" goda Riko
"Dih apasih." Bulan mengelak dan pergi duluan
Keduanya melewati ruang tamu yang di penuhi para pemain, "Weh udah rame aja nih." basa basi Riko saat melihat para pemain sudah kembali dari cuti
"Mau kemana kalian?" tanya Nino.
"Kepo banget sama urusan anak muda." ujar Riko bercanda lalu keduanya pergi begitu saja.
Di dalam mobil Riko terus bercerita tentang seorang cewek yang lagi dia deketin di media sosial. Riko terus bertanya pada Bulan bagaimana cara menyenangkan hati mereka.
Bulan yang muak memalingkan wajahnya di jendela yang terbuka.
"Kamu dengerin aku gak sih, Lan?" Riko melihat ke arah Bulan
"Iya denger lanjut aja." jawab Bulan tanpa menoleh
Tiba melewati cafe, pandangan Bulan melihat sosok yang sangat familiar di matanya.
"Stop... stop.. stop!" ulang Bulan membuat Riko terkaget lalu menepikan mobilnya.
"Ada apa sih, Lan." tanya Riko namun Bulan tidak menjawab justru membuka pintu dan keluar.
Riko yang khawatir ikut menyusul di belakang. Keduanya melihat Caka sedang duduk di kursi luar cafe. Pandangan Caka terjatuh.
Bulan berjongkok lalu menangkup kedua pipi Caka, "Kamu ngapain di sini?" tanya Bulan khawatir.
Perlahan Caka mengangkat pandangan melihat dalam mata Bulan, "Kenapa harus kamu?"
Bulan dan Riko saling menatap lalu Riko duduk di samping Caka.
"Aku?" Bulan menunjuk dirinya, "Aku kenapa? Ada apa?"
Caka tidak menjawab dia malah meneteskan air mata sambil tidak berhenti menatap pilu Bulan.
"Ada apa dengan tatapan sedih itu?" batin Bulan.
Riko merangkul Caka, "Dia mabuk berat, Lan. Kita bawa dia pulang aja ya." usul Riko lalu Bulan mengangguk.
Bulan berdiri ingin membantu Riko memapah Caka, namun Caka justru memeluk Bulan, dengan posisi Caka duduk di kursi dan Bulan berdiri.
Melihat itu Riko berkata, "Aku ke minimarket dulu Lan. Sekalian beli obat pereda mabuk"
Bulan mengangguk dan Riko pun pergi.
Bulan ingin melepaskan pelukan namun Caka menolak, alhasil Bulan hanya pasrah dan mengelus rambut Caka.
"Ada apa?" tanyanya lembut
Tidak ada kata lain yang keluar dari mulut Caka selain, "Kenapa harus kamu!" itu terus hingga berulang kali.
***
Besoknya, Caka bangun dengan kepala yang berputar-putar. Dia masih ingat kejadian malam sebelumnya dan perasaannya yang campur aduk. Dia tidak siap menghadapi Bulan.
Bulan sudah menyiapkan sarapan, tapi Caka tidak bersemangat. "Kamu tidak lapar?" tanya Bulan.
Caka hanya menggelengkan kepala, tidak berani menatap Bulan. Bulan merasa ada yang tidak beres, tapi tidak tahu apa.
"Apa yang terjadi, Caka? Kamu berubah," kata Bulan, mencoba mendekati Caka.
Caka berdiri dan berjalan menjauhi Bulan. "Aku cuma lelah, itu saja," jawabnya singkat.
Bulan merasa kecewa dan bingung. "Kamu aneh hari ini."
Caka berhenti berjalan, tapi tidak menoleh. "Tidak ada yang salah, Bulan."
Bulan memanggil pemain untuk berkumpul.Hari ini dia harus menjadi pelatih karna Andi ada keperluan.
"Hari ini kita fokus pada strategi serangan. Siapkan diri!"
"Coach Andi mana, Lan?" tanya Raffi
"Ada urusan, saya yang gantikan. Ada yang keberatan?" Bulan menatap mereka satu-persatu.
Semuanya terdiam dan setuju. Caka, yang masih terlihat murung, berdiri di belakang. Matanya tidak bersemangat seperti biasanya.
"Kita mulai latihan passing!" perintah Bulan.
Caka melakukan gerakan mekanis, tidak seperti biasanya yang penuh semangat. Bulan memperhatikan perubahan itu.
"Caka, lakukan yang benar" tegur Bulan
Caka mengangguk singkat. "Baik."
Bulan merasa khawatir, tapi tidak ingin menekan Caka.