Hidup bergelimang harta, mempunyai istri yang cantik dan seorang putri yang manis tak membuat seorang Demian merasakan kebahagiaan hidupnya.
Rasa bersalahnya pada seorang wanita 8 tahun yang lalu selalu menghantui hidupnya. Wanita itu sudah berhasil mengubah hatinya yang hangat menjadi sedingin es, beku dan keras.
"Ariana, di mana kamu? aku merindukanmu sayang."
Disisi lain jauh dari ibu kota Ariana sedang bekerja keras seorang diri untuk menghidupi anaknya.
Anak yang tidak pernah mengetahui di mana sang ayah, karena 8 tahun yang lalu Ariana meninggalkan laki-laki yang sudah menyakitinya bersama janin yang tak pernah terucap.
Akan kah keduanya akan bertemu dan kembali bersama meski keadaan tidak seperti dulu lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part~16
Sebelum ke rumah sakit, Ariana memastikan dulu ke sekolahnya anaknya dan ternyata hari itu Ricko pulang lebih cepat dari jamnya.
Sepertinya anak itu berusaha untuk pulang sendiri, lalu menyeberang jalan raya. Karena rumah Ariana berada tak jauh dari seberang sekolah.
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Ariana hanya bisa merutuki dirinya sendiri. Seandainya saja dia mempunyai ponsel pintar, maka ia akan mengetahui info dari sekolah.
Namun kemiskinan yang membelenggu hidupnya, membuatnya tak mampu membeli ponsel tersebut. Bahkan uang yang dia tabung sisa dari kerjanya di klub malam sebulan yang lalu, hanya sisa satu juta karena untuk menutupi kebutuhan sehari-hari ketika warungnya sepi.
Sesampainya di rumah sakit Ariana segera menuju unit gawat darurat mencari keberadaan sang putra.
"Dokter bagaimana keadaan anak saya yang mengalami tabrak lari di depan sekolahnya ?" tanya Ariana pada seorang dokter jaga di sana.
"Jadi anda ibunya? mari ikut saya anak anda sedang di tangani oleh dokter." dokter tersebut mengajak Ariana menuju ruangan lainnya.
Di sana nampak wali kelas Ricko sedang menunggu di depan ruangan yang masih tertutup.
"Bu Ariana." panggil wali kelas tersebut.
"Bagaimana keadaan anak saya Bu, bagaimana bisa ia mengalami tabrak lari." cecar Ariana.
"Ricko masih di tangani di dalam Bu dan Maafkan kami, kebetulan hari ini anak-anak pulang lebih cepat dan kami sudah memberitahu kan di grup kelas. Saya juga sudah mengirim pesan pada bapak Herman, saya pikir beliau yang menjemput Ricko."
"Mas Hermannya sedang ada pekerjaan di luar kota Bu." sahut Ariana.
"Rin, bagaimana keadaan Ricko ?" Widya yang baru datang nampak berjalan tergopoh-gopoh menghampiri Ariana.
"Masih di dalam mbak."
"Sudah kamu tenang saja, Ricko pasti baik-baik saja." Widya nampak menenangkan Ariana.
Beberapa saat kemudian, dokter terlihat keluar dari ruangan dimana Ricko sedang di tangani.
"Dokter bagaimana dengan anak saya ?" cecar Ariana.
"Anda ibunya ?" tanya dokter tersebut.
"Benar dok."
"Begini Bu, luka yang di alami anak ibu cukup parah pada kakinya. Mau tidak mau kami harus segera melakukan tindakan operasi, kalau di biarkan saja kami takut terjadi infeksi dan berujung amputasi ." ujar dokter tersebut.
Ariana mendadak lemas, anaknya sangat menyukai bermain bola. Bagaimana jika kakinya di amputasi, Ricko pasti akan hancur.
"Dan saya harap ibu segera menyiapkan uang 200 juta untuk biaya operasi kedua kakinya dan perawatan selanjutnya." ujar dokter tersebut.
Deg!!
"Dua ratus juta? uang dari mana bahkan uang tabunganku hanya tersisa satu juta saja di dompet."
"Kapan anak saya harus di operasi, Dok ?"
"Selamat-lambatnya dalam dua hari ini, Bu." sahut Dokter tersebut.
Setelah menjelaskan sedetailnya pada Ariana, dokter tersebut segera pamit meninggalkan tempat tersebut.
"Sabar ya Bu, pihak sekolah pasti akan membantu meski tidak sebesar itu." ucap wali kelas Ricko.
"Terima kasih, Bu." sahut Ariana.
Tak lama kemudian wali kelas Ricko pamit untuk kembali ke sekolahnya.
"Rin, aku punya tabungan 20 juta kamu bisa pakai dulu." tawar Widya.
"Nggak mbak, itu tabungan mbak dan mas Herman." tolak Ariana.
"Lalu kamu akan mencari uang di mana? 200 juta itu tidak sedikit." Widya begitu merasa kasihan pada Ariana.
"Entahlah, mbak." Ariana nampak memijit pelipisnya yang tiba-tiba nyeri.
Di sisi lain, Demian nampak baru turun dari dalam pesawat. "Mas, bagaimana keadaanmu? apa lebih baik ?" tanya Monica ketika mereka sudah berada di dalam mobil.
Demian yang duduk di samping kemudi bersama Victor, hanya berdehem mendengar perkataan sang istri.
"Daddy pasti sehat lagi, Daddy kan kuat." celoteh Olive yang duduk di samping ibunya.
"Tentu saja Daddy kuat, sayang." sahut Demian.
Hampir sebulan ini, Demian mendapatkan pengobatan jantung di rumah sakit luar negeri. Sejak terjadi pertengkaran dengan Ariana di klub malam sebulan yang lalu, Demian mengalami komplikasi pada jantungnya.
Tekanan darahnya yang tiba-tiba tak stabil, membuat gangguan pada jantungnya dan kedua orang tuanya memutuskan untuk membawanya ke luar negeri.
Setelah mengantar anak dan istrinya pulang, Demian langsung pergi ke kantornya bersama Victor.
"Apa tidak sebaiknya anda istirahat di rumah, tuan." saran Victor dari balik kemudinya.
"Saya sudah istirahat hampir sebulan, Vic dan saat ini saya sangat sehat asal kamu tahu." tolak Demian.
"Ya sepertinya begitu, anda sangat bersemangat saya lihat." ujar Victor.
"Bagaimana kabarnya Vic? saya sangat merindukannya." ucap Demian, ia nampak bersandar di kursinya dengan pandangan kosong ke depan.
"Lebih baik anda jangan memikirkannya lagi tuan, gara-gara kejadian waktu itu kesehatan anda jadi tidak stabil." saran Victor.
"Saya sudah sehat Victor dan mana mungkin saya bisa melupakan Ariana, dia itu separuh hidupku. Kamu tahu apa yang membuatku cepat membaik, itu karena saya terus-menerus memikirkannya." dengus Demian kesal.
Sedangkan Victor hanya bisa menghela napasnya, sungguh atasannya itu sangat keras kepala sekali kalau sudah menyangkut Ariana.
Sesampainya di kantornya, Demian segera masuk ke dalam ruangannya. Sepertinya sebulan ini, Victor sangat bekerja keras buktinya tidak ada pekerjaan yang menumpuk di atas meja kerjanya.
"Kamu memang bisa di andalkan, Vic." gumam Demian seraya mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya.
Kemudian ia membuka laci meja kerjanya, lalu mengambil sebuah bingkai kecil yang menampakkan foto dirinya dan Ariana 8 tahun yang lalu.
"Aku sangat merindukanmu, bagaimana kabarmu saat ini? meskipun kamu membenciku tapi aku yakin cepat atau lambat kamu akan menjadi milikku."
Sedangkan Ariana kini nampak berpikir keras bagaimana caranya mendapatkan uang 200 juta itu.
"Apa aku meminjam saja sama Demian? ya hanya itu satu-satunya cara."
" Mbak, aku akan pergi sebentar. Tolong jaga Ricko ya." mohon Ariana pada Widya.
"Kamu mau kemana Rin ?"
"Bagaimana pun caranya aku akan mendapatkan uang itu, mbak."
"Apa yang akan kamu lakukan Rin ?" Widya nampak sangat khawatir.
"Mbak tenang saja, aku tahu siapa orang yang bisa membantuku." sahut Ariana.
Setelah melihat Ricko yang masih belum sadarkan diri, Ariana segera meninggalkan rumah sakit tersebut dan pergi ke kantor Demian.
"Semoga benar ini kantornya."
Ariana nampak melihat tulisan yang terpampang di atas gedung pencakar langit di depannya saat ini.
Anggoro Perkasa adalah perusahaan di mana Herman bekerja dan Demian menjadi pemilik perusahaan tersebut.
"Maaf mbak sedang mencari siapa ?" seorang security nampak memperhatikan penampilan Ariana yang sederhana bukan khas kantoran.
"Saya ingin bertemu dengan tuan Demian." sahut Ariana.
Beberapa security yang berjaga di post tersebut nampak saling tertawa mengejek.
Selama ini banyak wanita berkelas yang mencoba untuk bertemu dengan Demian saja, namun semuanya di tolak.
Apalagi wanita berpenampilan kampung seperti Ariana, pasti wanita itu sedang stress pikir security tersebut.
"Pergilah mbak, di sini bukan tempat mencari sumbangan." perintah security tersebut.
"Saya mohon, pak. Biarkan saya masuk." pinta Ariana dengan menangkupkan kedua tangannya.
"Cepat pergi dari sini, sebelum kami mengusirmu paksa." bentak security lainnya.
Bersambung......
Bisa nggak ya Ariana bertemu dengan Demian ? 🤔🤔😅😅
wah kamu tuh Victor ga menghargai Nina..
hijrah
ini zinah ya ukhty ya akhy 😊
tunggakan bacaan ini sudah banyak yang melenceng dari ajaran syariat Islam
hijrah ke jalan yang benar dan lurus dengan pemahaman para ulama Sunnah
setidaknya gak harus kerja di bar