Obsession With The Maid

"Selamat siang, Tuan Figo," sapa Meyza dengan senyum sopan.

Figo, yang sedang duduk di kursinya, hanya melirik sekilas sebelum kembali fokus pada berkas-berkas di tangannya.

"Tuan, sudah dua hari Anda tidak ke kantor. Karena itu, saya membawa semua berkas yang perlu ditandatangani ke rumah."

"Tapi sebelumnya, saya sudah bilang pada John kalau hari ini adalah hari libur. Tidak seharusnya ada gangguan," ucap Figo dengan nada datar tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas-berkas.

"Bagaimana kondisi Anda, Tuan? Apa sudah membaik?" Meyza bertanya dengan nada perhatian, matanya fokus memperhatikan wajah Figo.

Figo tidak menjawab, hanya memberi isyarat dengan tangannya agar Meyza segera melanjutkan pekerjaannya.

Dengan sedikit canggung, Meyza mengambil sekotak bekal dari dalam tasnya. "Kebetulan tadi saya memasak nasi goreng telur. Saya pikir Anda mungkin mau mencobanya."

"Tidak perlu repot-repot. Saya sudah makan tadi," jawab Figo singkat.

Meyza tampak sedikit kecewa, namun tetap berusaha tersenyum. "Tapi ini khusus untuk Anda, Tuan. Ini pertama kalinya saya memasak."

Figo tidak merespons. Sebelum Meyza bisa berkata lebih banyak, suara Axel terdengar dari tangga.

"Kak, bolehkah aku mengantar Shearen beli es krim di luar?"

Figo mengangkat pandangannya, menatap Axel dan Shearen yang baru saja turun dari lantai atas. Sorot matanya langsung tertuju pada pakaian Shearen. Ia memandang wanita itu dari ujung kaki hingga kepala dengan tatapan tajam.

"Apa kau tidak punya rok lain?" tanyanya dingin.

"Kenapa? Apa ada yang salah dengan rok ini? Aku baru membelinya kemarin," jawab Shearen dengan nada tidak terima.

"Sayang, kau boleh memakai apa saja. Tapi tidak rok itu. Itu terlalu pendek," ucap Figo tegas.

"Tapi rok ini cocok dengan bajuku," bantah Shearen.

Figo menghela napas panjang, jelas-jelas kesal. "10 menit lagi pekerjaanku selesai. Tunggu sebentar, aku yang akan mengantarmu."

"Tapi aku ingin pergi bersama Axel," rengek Shearen sambil menggandeng tangan Axel.

"Kalau begitu, ganti dulu roknya. Baru aku izinkan kau pergi," tegas Figo.

"Aku tidak punya rok lain yang cocok!"

"Kalau begitu, tidak usah pergi," balas Figo dingin.

Shearen mendesah panjang, lalu menatap Axel. "Ayo, kita tetap pergi."

"Shearen, kau yakin mau membuat kakakku marah?" Axel terkekeh kecil, tampak bingung namun juga geli dengan keberanian Shearen.

"Memangnya kenapa kalau dia marah?"

Axel menggeleng pelan sambil tersenyum. "Kau memang keras kepala."

Di depan sebuah toko es krim kecil, Shearen menyebutkan pesanannya. "Aku ingin dua es krim rasa cokelat."

Axel mengangguk. "Tunggu sebentar di sini. Aku akan mengambil dompet di mobil."

Shearen mengangguk pelan dan menunggu di kursinya sambil memandang sekeliling. Namun tiba-tiba, sesuatu membungkam mulutnya. Dua wanita tak dikenal menyeret tubuhnya masuk ke dalam mobil hitam yang terparkir di dekat toko.

Beberapa saat kemudian, Axel kembali dari mobil. Alisnya berkerut ketika tidak menemukan Shearen di tempat semula. "Apa kau melihat wanita yang tadi duduk di sini?" tanyanya pada penjual es krim.

"Saya kira dia pergi bersama Anda, Tuan," jawab penjual itu bingung.

Axel meremas rambutnya frustrasi. Ia segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon John.

"John, kau harus ke sini. Ada masalah besar," ucap Axel dengan nada tergesa.

"Ada apa, Tuan?"

"Shearen diculik. Aku akan kirim lokasinya. Cepat ke sini."

-

Di sebuah toko pakaian mewah di dekat tempat kejadian, Axel mendekati seorang petugas keamanan.

"Aku ingin melihat rekaman CCTV dari luar toko ini," ucapnya tegas.

Petugas itu tampak ragu. "Maaf, Tuan, kami tidak bisa memberikan rekaman tanpa izin resmi."

Axel menatapnya dengan mata tajam. "Aku akan membayar berapa pun. Sekarang juga."

Setelah beberapa menit berdiskusi, petugas akhirnya mengizinkan Axel melihat rekaman CCTV. Di layar komputer, Axel melihat jelas bagaimana dua wanita menyeret Shearen masuk ke dalam mobil hitam.

Axel memukul meja keras-keras. "Apa ada CCTV dari sudut lain?" tanyanya dengan nada dingin.

"Maaf, Tuan, CCTV lain sedang rusak."

Axel mendesah kesal dan keluar dari ruangan itu. Di luar, John baru saja tiba.

"Tuan Axel, apa yang terjadi?" tanya John sambil menghampiri.

"Shearen diculik. Aku punya nomor plat mobilnya. Bawa ini ke rumah Figo dan lacak melalui sistem pelacak di sana," ucap Axel sambil menyerahkan catatan nomor plat mobil.

"Kalau begitu, apa Anda tidak ikut ke rumah?"

"Tidak. Aku akan mencari Shearen dengan cara lain. Kakakku tidak boleh tahu tentang ini," ucap Axel tegas sebelum masuk ke mobilnya dan melaju cepat.