"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
empat
Helena menggeliat nyaman di kasur dengan guling di pelukannya. Kini tengah jam dua malam, Helena yang tertidur dengan nyenyaknya tidak merasakan bahwa pintu kamarnya yang tidak terkunci, dibuka oleh seorang bertubuh tinggi.
Seorang itu– Damian berdiri kaku di samping ranjang tempat Helena tertidur lelap, menatap penuh selidik pada sosok yang terbaring.
"Kamu bisa tidur dengan nyenyak setelah membuatku uring-uringan beberapa hari ini, Helena. " ucap Damian tentu tidak ada balasan, laki-laki itu hanya berdiam menatap Helena yang tampak begitu menawan dalam tidurnya.
Damian membuka jas kerja yang masih melekat di badannya. Sesuai permintaannya pada Niko, Damian benar-benar pulang setelah menyelesaikan urusan pekerjaannya selama dua hari, walau harus begadang tiap malam agar pekerjaannya cepat selesai dan dirinya bisa pulang.
Setelah melepaskan pakaian atasnya hingga bertelanjang dada, Damian ikut berbaring tidur disamping Helena, membawa tubuh ramping Helena kedalam pelukannya. Damian dapat mencium harum bunga citrus saat wajahnya dibenamkan potongan leher jenjang Helena.
Wanita itu mengeliat sebentar dalam tidurnya, kemudian kembali nyenyak dengan membalas pelukan Damian yang dikiranya guling itu.
"Kamu sangat menyukaiku ya, Helena. Didalam tidur mu saja kamu pasti bermimpi tengah memelukku. " gumam Damian percaya diri, bibirnya tersenyum merekah.
Damian memejamkan matanya, terlelap dengan menghirup wangi Helena di dekapannya yang begitu memabukkan. Damian tidak sabar menantikan reaksi Helena besok pagi nanti saat mendapati dirinya yang sudah pulang dan tengah tidur bersama sambil memeluk erat tubuh Helena.
••••••
Helena mengeliat dalam tidurnya, merasa terganggu dengan sinar matahari yang masuk menembus melalui jendela yang ditutupi hordeng putih. Dahinya mengernyit merasa tubuhnya berat tertimpa sesuatu membuatnya susah untuk bergerak.
Mengerjapkan matanya sebentar agar penglihatannya lebih jernih, saat dirinya melihat bayangan seseorang yang tertidur disampingnya.
"Akhhhh! " teriakan Helena menggelegar membuat suara bising memenuhi kamarnya, matanya melotot melihat ada seorang laki-laki yang tertidur di satu ranjang dengannya.
Tangannya bergerak cepat untuk membuka selimut dikenakannya, mengecek apakah pakaian masih terpasang atau tidak.
"Berisik, Helena! "
Helena kembali melototkan matanya saat suara yang di kenalinya terdengar, untuk memastikan. Helena mengecek seseorang yang tengah tertidur dengan wajah yang terbenam bantal.
"DAMIAN?!" kagetnya dengan suara yang sedikit berteriak. Sontak, dirinya bangun dari ranjang membiarkan Damian yang mengeluh sakit saat satu tangannya yang memeluk pinggang Helena sedikit terkilir.
"Arghhh! Kamu kenapa sih, Helena. Bangun grasak-grusuk begitu, tanganku sakit nih gara-gara pergerakan tiba-tiba kamu. " dumel Damian mengeluh kesakitan, dia bangun dari baringnya dan duduk bersandar di ranjang.
"Kamu kenapa bisa tidur, di sini? " tak mengidahkan keluhan Damian, Helena bertanya mengapa suaminya itu bisa tidur di kamarnya. Bukannya Damian ada urusan pekerjaan diluar negeri, ya? Kenapa tiba-tiba ada di kamarnya dan tidur bersamanya?
"Kenapa? Gak boleh? Ini kan rumah ku, otomatis kamar dan ranjang ini juga punyaku, suka-suka aku dong mau tidur di mana. " tanya balik Damian tidak suka, dari nada suara Helena. Wanita itu tampak tidak suka dirinya tidur dikamar Helena.
Helena mengerutkan dahinya bingung, Damian nih lagi sakit apa lagi ngigo ya? Aneh banget, jangankan tidur seranjang sama Helena, diajak ngobrol bareng aja laki-laki itu selalu enggan.
"Bukannya kamu gak suka ya tidur seranjang sama aku? Awal kita menikah saja kamu sudah menyuruh aku tidur dikamar yang berbeda sama kamu. "
Damian tergagap seketika mendengar ucapan Helena. Kayak habis diciduk melakukan sesuatu. Omongan Helena emang benar, Damian memang sudah mengatur kamar mereka masing-masing, Damian enggan untuk berbagi kamar dan berdekatan dengan Helena.
Dan ini..? Sebenernya ada apa dengan dirinya, kenapa Damian tampak berbeda dari biasanya.
Damian gak ngejawab ucapan Helena. Dia bangun dari ranjang dan keluar dari kamar Helena, udah kepalang malu.
"Dia kenapa sih? Aneh banget. " gumamnya bingung menatap kepergian Damian dengan dahi mengerut.
Kalau boleh jujur. Jantung Helena tadi berdegup sangat kencang saat mendapati dirinya tidur sekasur dengan Damian, apalagi tadi Damian memeluknya begitu erat. Tubuh shirtless tadi membuat Helena melayang-layang!
Eh?! Helena dengan cepat menggeleng kuat kepalanya, membuang pikiran-pikiran tadi. Helena, kan berjanji tidak akan jatuh pada pesona Damian lagi, hanya karena kedapatan tidur bersama saja Helena langsung goyah begitu saja.
Dan– kenapa bisa Damian tertidur di kamarnya? Apa laki-laki itu semalam mabuk ya, jadi ngasal masuk saja ke dalam kamar. Ya, mungkin begitu adanya. Helena tidak boleh berharap, Damian mana mungkin sudi tidur satu tempat dengannya.
Udahlah, memikirkan itu semua yang ada kepalanya sakit. Helena mending mandi dan turun ke bawah untuk sarapan pagi, perutnya udah keroncongan karena semalam Helena belum sempat makan.
Pagi ini Helena memulai dengan berendam di dalam bathtub, sibuk bermain busa dan memuji kulit tubuhnya yang makin hari makin terawat. Beda lagi keadaannya di kamar Damian, laki-laki itu sibuk mengumpati dirinya karena kekonyolan yang dengan berani tidur dikamar dan ranjang yang sama dengan Helena.
Wanita itu pasti memikirkan yang aneh-aneh tentang Damian. Udahlah, ngapain juga memikirkan tanggapan Helena, ini kan rumah Damian. Jadi, suka-suka dirinya ingin melakukan apapun. Ya, Damian sudah mulai tenang sekarang.
••••••••
Dengan tubuhnya yang terbalut pakaian kerja. Damian melangkah dengan kaki panjangnya menuju meja makan, walau baru pulang dari perjalanan luar negeri mengurus pekerjaan. Damian hari ini tetap berangkat kerja untuk mengurus perusahannya yang sudah beberapa hari ini dia tinggal.
"Pagi mas, Damian. Mas Damian pulang kapan? Bibi kemarin gak lihat kedatangan, mas. " sapa bi Ayu, sedikit kaget dengan kehadiran Damian yang tiba-tiba saja ada di meja makan.
"Pagi, bi. Saya baru pulang semalam jam dua, jadi bi Ayu gak tau. Ini bibi masak sendiri, Helena kemana? " tanya Damian karena tidak melihat keberadaan Helena, bibi Ayu terlihat seorang diri menyusun makanan diatas meja. Biasanya, Helena akan membantu masak di dapur bersama bibi Ayu.
"Bibi masak sendiri, mas. Bu Helena kayaknya masih di kamar, apa mau bibi panggilkan? "
Damian menggeleng tanda tidak perlu memanggil Helena, wanita itu juga nanti akan datang sendiri kesini. "Bibi pergi makan aja, sekalian panggil pak Tarno juga. " ucap Damian yang di angguki bibi Ayu, wanita baya itu pamit undur diri kebelakang.
Damian tidak langsung memulai sarapannya, dia menunggu kedatangan Helena. Selagi menunggu, dirinya mengecek sebentar pada pekerjaannya di tab macbook yang senantiasa dibawanya kemanapun.
'Krekk'
Suara kursi bergeser membuat atensi Damian yang tadinya pada benda persegi ditangannya langsung teralihkan saat Helena datang, menggeser mundur kursi untuk didudukinya. Damian menyimpan macbook nya, tatapannya terus menatap pada Helena yang begitu acuh keberadaannya.
"Kau tidak melayani suami mu terlebih dahulu? " kata Damian melihat Helena yang tampak santai menyendokkan makanan ke piring wanita itu.
Helena mengangkat sedikit kepalanya untuk menatap Damian, dia menghentikan gerakannya yang hendak mengambil lauk ayam goreng di depannya. "Kamu gak punya tangan? " tanya balik Helena dengan wajah begitu santai.
"Kamu gak lihat tanganku ini?! " balas Damian jengkel. Sambil mengangkat satu tangan kanannya ditunjukkan pada Helena.
"Yasudah."
Damian membulatkan mulutnya melihat sikap acuh Helena, wanita itu malah dengan santainya makan tanpa menghiraukan dirinya.
"Helena!" tekan Damian, menahan jengkel.
Helena menghentikan makannya, menatap wajah datar Damian yang mengeras. Menghembuskan nafas, Helena akhirnya mengalah. Dia melayani Damian, mengambilkan makanan laki-laki itu seperti kegiatan yang selalu dilakukannya.
"Ya, harusnya begitu. Kamu sudah menghabiskan puluhan juta uangku untuk berbelanja, bayarannya kamu harus melayani aku seperti ini setiap hari. "
Helena cuman bisa ngedumel didalam hati, walau dia udah niat gak bakal mengejar cinta Damian, tapi Helena tetap takut juga sama laki-laki yang sialnya suaminya itu. Tatapan intimidasi Damian membuat Helena tidak bisa berkutik, dengar suara Damian datar dan dingin aja Helena udah gemetaran kakinya.
Tapi gak mungkin Helena bersikap lemah dihadapan Damian, yang ada laki-laki itu makin semena-mena memperlakukannya.
"Mau kemana kamu dengan penampilan rapi begitu. " mata Damian sedari tadi gak pernah lepas melihat penampilan Helena yang tampak begitu cantik dan anggun.
Helena pagi ini mengenakan pakaian dress sepanjang lutut berwarna putih polos, bagian dadanya sedikit rendah juga bagian pinggangnya yang mengetat membentuk pinggang ramping Helena dengan indah. Mau kemana wanita itu dengan penampilan yang menakjubkan ini?
"Keluar sebentar menemui teman lama. " jawab Helena, dia sebenarnya gak mau jawab tapi lihat tatapan tajam Damian, Helena jadi takut. Kalau dia bersikap acuh, tidak menjawab pertanyaan Damian, takutnya laki-laki itu berbuat yang tidak-tidak padanya– misalnya menamparnya mungkin? Walau Helena tau, sedingin apapun Damian padanya, laki-laki itu tidak pernah sedikitpun melayangkan tangan padanya, kecuali kata-kata pedasnya itu.
Damian mengerutkan alisnya, "Bertemu teman lama? Siapa? Dimana kalian akan bertemu? Teman mu itu, laki-laki apa perempuan? " pertanyaan bertubi-tubi Damian membuat Helena seketika menghembuskan nafas tanda kesal.
"Kenapa kamu begitu penasaran? Bukannya selama ini kamu selalu tak peduli dengan apa saja yang aku lakukan? Kenapa sekarang tiba-tiba bertanya seperti ini? " ucapan Helena telak menohok Damian, seperti dikatakan Helena tadi. Damian emang gak pernah peduli dengan apa yang dilakukan Helena selama ini, laki-laki itu benar-benar acuh dan tidak menganggap Helena ada.
Damian tidak menjawab perkataan menohok Helena yang menembus jantungnya. Laki-laki itu bangkit dari duduknya, membuat Helena menatap penuh pada Damian. "Pergilah bersama pak Tarno untuk mengantarkan kamu. "
"Terus kamu ke kantor bagaimana? " tanya Helena, dia mengelap sekitar mulutnya dengan tisu setelah menyelesaikan sarapan paginya.
"Sudah ada Niko didepan menunggu. "
Helena menatap bingung kepergian Damian hingga menghilang dari pandangannya. Tumben baik, yasudah lah mungkin Damian kesambet hantu di negara seberang sana saat tengah melakukan perjalanan bisnis. Helena menaikkan bahunya acuh, baguslah dia ada pak Tarno yang mengantar jadi Helena gak usah lagi pesan taksi online.
semangat 💪💪💪